Sabtu, 20 Mei 2023

PILIH TEMAN YANG BAIK DAN JAUHI TEMAN YANG BURUK




 


PILIH TEMAN YANG BAIK DAN JAUHI TEMAN YANG BURUK
Sendiri Tanpa Kawan Itu Lebih Baik Daripada Berteman Orang Yang Jelek Agamanya

     Rasululah ﷺ menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman, dalam sabda beliau :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk, ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan peniup bara api (tukang pandai besi, perokok dan semisal), bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu. Dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari no.5534 dan Muslim no.2628)

عن أبي هريرة رضي الله عنه أَن النبيَّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- قَالَ: «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُر أَحَدُكُم مَنْ يُخَالِل». (حسن) -(رواه أبوداود والترمذي وأحمد)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda, "Seseorang itu tergantung agama kholil/teman akrabnya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang dari kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekatnya."  
(Hadits hasan - Diriwayatkan At Tirmidzi)

     Hadits ini menunjukkan bahwa manusia itu tergantung kebiasaan, jalur dan perjalanan hidup sahabatnya. Demi kehati-hatian dalam urusan agama dan akhlaknya, hendaklah seseorang memperhatikan dan melihat siapa yang ia jadikan sahabatnya. Jika ada orang yang diridhai agama dan akhlaknya, maka jadikanlah teman, dan jika tidak maka jauhilah. Sesungguhnya tabiat itu laksana pencuri, dan persahabatan memberi pengaruh terhadap perbaikan dan kerusakan keadaan. Kesimpulannya, hadits ini menunjukkan bahwa sepatutnya manusia bersahabat dengan orang-orang baik karena hal itu mengandung kebaikan.

قال النبي صلى الله عليه وسلم: «الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف، وما تناكر منها اختلف» أخرجه البخاري (3336)، ومسلم (2638)

      Nabi ﷺ bersabda : “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (HR. Al Bukhari 3336 dan Muslim 2638)

قال الخطابي: يحتمل أن يكون إشارة إلى معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخير من الناس يحن إلى شكله، والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره، فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت وإذا اختلفت تناكرت.
فتح الباري لابن حجر (6/ 369).

     Al-Khoththobi rahimahullah berkata : “Bisa jadi bermakna isyarat atas kesamaan dalam hal kebaikan dan kejelekan serta perbaikan dan kerusakan. dan bahwasanya manusia yang baik akan rindu kepada jenisnya (yang baik pula), sedangkan yang jelek dan semisal itu maka akan condong kepada yang sejenisnya pula. Para ruh akan saling mengenal, sehingga akan hinggap sesuai dengan tabiat yang telah diciptakan di atasnya dari kebaikannya maupun kejelekannya, maka apabila telah cocok maka akan saling mengenal, dan apabila berbeda maka akan saling mengingkari.” (lihat Al-Fathul Bari 6/369)

     Malik bin Dinar rahimahullah berkata:

كل جليس لا تستفيد منه خيرًا فاجتنبه.

“Semua teman duduk yang engkau tidak bisa mengambil faedah berupa kebaikan dirinya, maka jauhilah dia!”
(lihat Az-Zuhd, karya Ibnu Abi Ashim, hlm. 86)

     Idealnya adalah kita mengubah kawan-kawan kita yg buruk itu agar kembali kepada Allah, tapi kenyataannya tidak selalu kita mampu melakukannya. Kadang malah kita yang kalah kuat pengaruhnya. Dalam keadaan inilah kita menjauh dan sangat selektif memilih kawan di dunia. 

     Mubarak Abu Hammad berkata: ‘Saya pernah mendengar Sufyan ats-Tsauri memesankan kepada Ali bin al-Husain as-Salimi:

إِيَّاكَ وَمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ عَمَلَكَ وَقَلْبَكَ، فَإِنَّمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ قَلْبَكَ مُجَالَسَةُ أَهْلِ الدُّنْيَا، وَأَهْلِ الْحِرْصِ، وَإِخْوَانِ الشَّيَاطِينِ الَّذِينَ ينْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي غَيْرِ طَاعَةِ اللهِ، وَإِيَّاكَ وَمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ دِينَكَ، فَإِنَّمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ دِينَكَ مُجَالَسَةُ ذَوِي الْأَلْسُنِ الْمُكْثِرِينَ لِلْكَلَامِ..

“Hati-hatilah kamu dari perkara yang dapat merusak amalan dan hatimu. Yang dapat merusak hatimu ialah duduk bersama ahli dunia, orang-orang yang penuh ambisi, dan saudara-saudaranya setan yang mengeluarkan harta di selain ketaatan kepada Allah.
Dan hati-hatilah kamu dari perkara yang dapat merusak agamamu! Yaitu duduk bersama dengan orang-orang yang banyak bicara.” (lihat Hilyah al-Auliya’, VII/48)

     Allah Ta'ala berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia." (QS. Al-Furqan : 27-29).

     Para mufasir menjelaskan kalimat “menggigit dua tangannya” diartikan sebagai penyesalan yang amat sangat dalam, tetapi sia-sia karena sudah tidak mungkin lagi untuk bisa kembali. Karena saat di dunia sebenarnya sudah diingatkan dan diperintahkan. Namun justru tidak mengikuti anjuran kebenaran tersebut.

     Memiliki teman yang baik meski sedikit itu jauh lebih baik daripada memiliki banyak teman namun menjerumuskan. Bahkan Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata:

الوحدة خير من جليس السوء، والجليس الصالح خير من الوحدة

Sendiri tanpa kawan, lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk. Dan berteman dengan orang shalih itu lebih baik daripada menyendiri.” (lihat Minhaj al-Qashidin, hlm. 424)

     Hasan Al- Bashri rahimahullah berkata :

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman, karena mereka memiliki syafaat pada Hari Kiamat.” (lihat Ma’alimut Tanzil 4/268)

     Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan ash shodiqin (orang-orang yang benar dan jujur imannya)." (QS. At Taubah : 119)

     Semoga Allah senantiasa memberikan kesempatan untuk dapat berteman, berinteraksi, dan menjalani hidup bersama dengan orang-orang shalih dan jujur imannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...