Sabtu, 16 Desember 2023

Bantahan Dari Seorang 'Abdi Allah (Ahlus Sunnah) Atas Syubhat Pak Ustadz Salafi Yang Membolehkan Tasawwul/Mengemis Untuk Kepentingan Hizb





 

Baca juga :

TA'AFFUF (MENJAGA IFFAH) VS MINTA SHODAQOH (UNTUK DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN HIZB)
https://teguhakhirblora.blogspot.com/2022/09/taaffuf-vs-minta-shodaqoh-untuk-diri.html?m=1

Tasawwul (Minta Sodaqoh) Untuk Diri Sendiri Ataupun Untuk Orang Lain/Hizb Itu Hukum Asalnya Haram
https://teguhakhirblora.blogspot.com/2023/04/tasawwul-minta-sodaqoh-untuk-diri.html?m=1



Bantahan Dari Seorang 'Abdi Allah (Ahlus Sunnah) Atas Syubhat Pak Ustadz Salafi Yang Membolehkan Tasawwul/Mengemis Untuk Kepentingan Hizb


     Ada sebuah syubhat dari pak ustadz Salafi neo Laskar Jihad (=neo Laskar Jahat) Al Limboriy yang membolehkan tasawwul untuk dakwah hizbiyyah dan bukan karena darurot. Syubhat rendahan semisal ini setahuku juga tak jauh beda dengan syubhat mbah syaikh kubro (yang pernah menjadi gurunya di Banyutengah) yang membolehkan mengemis untuk kepentingan hizb-nya. Pak ustadz berkata :

"Maka kita katakan bahwa telah ada dalîl yang sangat jelas dan telah diamalkan oleh Salaf kita yang Shâlih yaitu Dzul Qarnain Radhiyallâhu 'Anhu sebagaimana pada perkataannya kepada kaumnya:

فَأَعِینُونِی بِقُوَّةٍ

"Maka tolonglah oleh kalian aku ini dengan suatu kekuatan." [Surat Al-Kahfi: 95].
Beliau minta tolong kepada kaumnya yang mereka mampu ketika itu untuk menolongnya, beliau sebagai pemimpin mereka. Beliaupun menyebutkan apa yang beliau minta ke mereka:

ءَاتُونِی زُبَرَ ٱلۡحَدِیدِ

"Berikanlah oleh kalian kepadaku potongan-potongan besi." [Surat Al-Kahfi: 96].
Beliau meminta pada ayat ini, dan telah ada fatwâ dari Lajnah Dâimah menyebutkan tentang pembolehannya.
Dengan adanya kebolehan tersebut, tatkala kita dapati ada du'ât atau ikhwân kita melakukannya dan itu bukan untuk pribadi namun untuk kemaslahatan umat dan atau dakwah maka kita tidak permasalahkan, karena yang menjadi masalah adalah orang yang meminta-minta untuk pribadi..."

Maka sebagai bantahan, kita katakan :

(1) Nabi dan para Salafush Sholih memgajarkan kepada kita untuk ta'affuf (menjaga iffah). Tidak boleh tasawwul (mengemis) kecuali darurat (yang dibolehkan syari'at). Silahkan baca tulisan kami dengan judul "TA'AFFUF (MENJAGA IFFAH) VS MINTA SHODAQOH (UNTUK DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN HIZB)" https://teguhakhirblora.blogspot.com/2022/09/taaffuf-vs-minta-shodaqoh-untuk-diri.html?m=1

(2) Ahlu Shuffah hidup dalam keadaan kekurangan makanan dan pakaian serta tidak punya rumah. Tapi tetap menjaga 'iffah dan tidak ada yang mengkoordinir untuk mengemis. Bahkan Nabi pun juga tidak tasawwul untuk ahlu Shuffah. Tidak sebagaimana yang dilakukan para biksu ataupun hizb/"partai pengemis" yang menghinakan diri kepada makhluk untuk kepentingan kelompoknya. Jadi para biksu dan partai pengemis itulah salaf mereka

(3) Dalam beberapa kitab tafsir yang kami baca, setahu kami tiada yang menggunakan ayat tersebut sebagai dalil bolehnya mengemis untuk kepentingan hizb dan bukan dalam keadaan darurot. Yang mana umumnya para pengemis berjubah tersebut punya tempat tinggal, punya banyak pakaian, punya kendaraan dan perutnya sering kenyang atau punya kebiasaan makan tidak dengan 1 usus.

(4)  Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :

﴿قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا﴾ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَجْرًا عَظِيمًا، يَعْنِي أَنَّهُمْ أَرَادُوا أَنْ يَجْمَعُوا لَهُ مِنْ بَيْنِهِمْ مَالًا يُعْطُونَهُ إِيَّاهُ، حَتَّى يَجْعَلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَهُمْ سَدًا. فَقَالَ ذُو الْقَرْنَيْنِ بِعِفَّةٍ وَدِيَانَةٍ وَصَلَاحٍ وَقَصْدٍ لِلْخَيْرِ: ﴿مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ﴾ أَيْ: إِنَّ الَّذِي أَعْطَانِي اللَّهُ مِنَ الْمُلْكِ وَالتَّمْكِينِ(١٦) خَيْرٌ لِي مِنَ الَّذِي تَجْمَعُونَهُ، كَمَا قَالَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: ﴿أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ﴾ [النَّمْلِ: ٣٦] وَهَكَذَا قَالَ ذُو الْقَرْنَيْنِ: الَّذِي أَنَا فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الَّذِي تَبْذُلُونَهُ، وَلَكِنْ سَاعِدُونِي ﴿بِقُوَّةٍ﴾ أَيْ: بِعَمَلِكُمْ وَآلَاتِ الْبِنَاءِ، ﴿أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا * آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ﴾ وَالزُّبَرُ: جَمْعُ زُبْرَة، وَهِيَ الْقِطْعَةُ مِنْهُ، قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ، وَمُجَاهِدٌ، وَقَتَادَةُ. وَهِيَ كَاللَّبِنَةِ(١٧) ، يُقَالُ: كُلُّ لَبِنَةٍ [زِنَةُ](١٨) قِنْطَارٍ بِالدِّمَشْقِيِّ، أَوْ تَزِيدُ عَلَيْهِ.
     Allah berfirman :

{قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا}

Mereka berkata, "Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu (upeti). (QS. Al-Kahfi: 94)

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Atha', dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kharjan ialah imbalan yang besar. Mereka bermaksud akan menghimpun dana di antara sesama mereka dalam jumlah yang cukup besar untuk diberikan kepada Dzulqarnain sebagai imbalan jasanya. Maka Dzulqarnain menjawab dengan nada yang terhormat, menunjukkan pendalaman agamanya yang sempurna, shalih lagi menghendaki kebaikan:

{مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ}

"Apa yang telah dikuasakan oleh Rabb-ku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik."(Al-Kahfi: 95)

Yaitu kerajaan dan kekuasaan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadaku lebih baik bagiku daripada harta yang kalian himpunkan. Perihalnya sama dengan perkataan Sulaiman alaihissalaam yang disitir oleh firman-Nya:

{أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ}

"Apakah (patut) kalian menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan­Nya kepada kalian." (QS. An-Naml: 36)

Hal yang sama telah dikatakan Dzulqarnain, yaitu: "Apa yang ada padaku jauh lebih baik daripada apa yang kalian berikan itu, tetapi aku meminta kepada kalian agar membantuku dengan sekuat tenaga melalui jasa kerja kalian dan pengadaan bahan bangunan yang diperlukan."

{أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا * آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ}

"agar aku membuatkan dinding antara kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi." (Al-Kahfi: 95-96)

.... dst. (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Al Kahfi)


(5)  Kisah Dzulqarnain dalam Al Qur'an justru dalil untuk tidak mengemis (dengan bermaksud memberi upah) dan dalil berbuat baik (dakwah) tanpa mengharap upah. Karena pada ayat sebelummya mereka menawari Dzulqornain dengan imbalan.

قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا 94

Mereka berkata, “Wahai Dzulkarnain! Sungguh, Ya'juj dan Ma'juj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” (QS. Al Kahfi : 94)

     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata :

"وَهَكَذَا أَهْلُ الْبِدَعِ لَا يَكَادُونَ يَحْتَجُّونَ "بِحُجَّةِ" سَمْعِيَّةٍ وَلَا عَقْلِيَّةٍ إلَّا وَهِيَ عِنْدَ التَّأَمُّلِ حُجَّةٌ عَلَيْهِمْ؛ لَا لَهُمْ." (مجموع الفتاوى-6/254)

 "Dan demikianlah ahlul bida', hampir-hampir mereka itu tidak berhujjah dengan suatu hujjah sam'iyyah (dalil naqli) ataupun dalil aqliy, kecuali dalam keadaan dalil-dalil tadi ketika direnungkan justru menjadi hujjah untuk menghantam mereka sendiri, bukan untuk mendukung mereka." (lihat Majmu'ul Fatawa/6/hal. 254)

(6)  Kisah Dzulqornain tersebut hanya menunjukkan bolehnya minta bantuan kepada makhluk. Sebagaimana misal saya minta tolong kepada tukang bangunan untuk membuat tembok pemisah antara rumahku dg rumah tetanggaku ahlu bid'ah. Kemudian si tukang bangunan minta kupersiapkan bahan dll. Jadi tiada unsur mengemis. Insya Allah tidak akan ada orang jujur dan berakal sehat mengatakan hal tersebut termasuk mengemis.

(7)  Pak ustadz memamahami ayat tersebut tidak sesuai dengan pemahaman para Shahabat, tapi mengikuti hawa nafsunya sebagaimana orang Khawarij yang mana ayat yang mereka baca tidak mampu melewati kerongkongan sehingga tidak bisa masuk ke hati. Jika masih tetap kibr dan dusta serta membangkang di atas kebathilan sebagaimana para syaithan, insya Allah diriku siap menantang berhakim kepada Allah dengan mubahalah. Laa haula wa laa quwwata illa billah..

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...