Kamis, 20 April 2023

Hukum At Tahniah Pada Hari Raya Hanya Sebatas Mubah




Hukum At Tahniah Pada Hari Raya Hanya Sebatas Mubah Jangan Diyakini Wajib Dan Bukan Termasuk Sunnah Nabi

العيد في الإسلام هو مظهرٌ من مظاهره، وشعيرة من شعائره، فتعظيمُه داخلٌ في قوله - تعالى -: ﴿ ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴾

Hari raya 'Ied dalam Islam adalah salah satu manifestasinya, dan salah satu syi'ar dari syi'ar-syi'arnya, sehingga mengagungkannya itu termasuk dalam firman-Nya Ta'ala : "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al Hajj : 32)

وقد كان صحابة رسول الله - صلَّى الله عليه وسلَّم - يُهنِّئ بعضهم بعضًا في العيد، كما روى جُبير بن نُفيرٍ قال: "كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ - صلَّى الله عليه وسلَّم - إِذَا الْتَقَوْا يَوْمَ العِيدِ، يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك"؛ [حسن]، ونقل ابن قدامة في "المغني" عن الإمام أحمد أنَّه قال: "لا بأسَ أن يَقُولَ الرَّجُل للرجُلِ يومَ العيدِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك".

Para shahabat Rasulullah ﷺ biasa saling memberi selamat di hari 'Id, seperti yang diriwayatkan oleh Jubair bin Nufair, yang mengatakan: “Para sahabat Rasulullah ﷺ ketika mereka bertemu pada hari 'Id, akan berkata satu sama lain: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك; (hasan), dan Ibn Qudamah mengutip dalam “Al-Mughni” dari Imam Ahmad bahwa dia berkata: “Tidak ada salahnya seseorang mengatakan kepada orang lain pada hari Idul Fitri: "Semoga Allah menerima amalan dari kami dan dari Anda.”

وجاء في "الفتاوى الكبرى" لشيخ الإسلام ابن تيمية عن سؤالٍ يقول: هَل التَّهْنِئَةُ فِي العِيدِ وَمَا يَجْرِي عَلَى أَلْسِنَةِ النَّاسِ: "عِيدُك مُبَارَكٌ" وَمَا أَشْبَهَهُ, هَلْ لَهُ أَصْلٌ فِي الشَّرِيعَةِ أو لا؟ وَإِذَا كَانَ لَهُ أَصْلٌ فِي الشَّرِيعَةِ، فَمَا الَّذِي يُقَالُ؟ فأجاب: "أَمَّا التَّهنئة يوم العيد بقول بَعضهم لبعضٍ إذا لَقِيَهُ بعد صلاةِ العيدِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك, وَنحو ذلك, فهذا قد رُوِيَ عن طائفةٍ من الصَّحابةِ أَنَّهم كانوا يفعلُونهُ وَرخَّصَ فِيهِ الأئمَّةُ, كأحمد وغيره"؛ (2/ 228).

Dan telah datang dalam “Al Fatawa Kubra” oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang pertanyaan yang berbunyi: Apakah at tahniah/ucapan selamat Idul Fitri dan apa-apa yang diucapkan manusia : عِيدُك مُبَارَكٌ “Idul Fitri Anda diberkati” dan sejenisnya, apakah itu berasal dari Syari'at atau tidak? Dan jika itu berasal dari Syari'at, apa yang dikatakan?  Beliau menjawab: “Adapun at tahniah/doa ucapan selamat di hari Idul Fitri, dengan mengatakan sebagian dari mereka jika dia bertemu dengannya setelah sholat 'Ied: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك dan semisalnya, ini telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat Nabi. Mereka biasa melakukannya dan para imam mengizinkannya, seperti Ahmad dan lainnya. (2/ 228).

التهنئة بالعيد من باب العادات لا من العبادات، وقد قرره بعض أهل العلم كالسعدي وابن عثيمين

Ucapan selamat hari raya termasuk dalam perkara adat (non-ibadah), bukan perkara ibadat. Inilah kaedah yang ditetapkan oleh Syaikh As-Sa’di dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.

     Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan dalam bait syairnya :

والأصل في عاداتنا الإباحة حتى يجيء صارف الإباحة

“Hukum asal adat kita adalah boleh selama tidak ada dalil yang memalingkan dari hukum bolehnya.”

     Para ulama memberikan ungkapan lain untuk kaedah di atas :

الأصل في العادات الإباحة

“Hukum asal untuk masalah adat (kebiasaan manusia) adalah boleh.”

     Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

وَالْأَصْلُ فِي الْعَادَاتِ لَا يُحْظَرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ

“Hukum asal adat (kebiasaan masyarakat) adalah tidaklah masalah selama tidak ada yang dilarang oleh Allah di dalamnya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 4:196).

     Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata pula :

وَأَمَّا الْعَادَاتُ فَهِيَ مَا اعْتَادَهُ النَّاسُ فِي دُنْيَاهُمْ مِمَّا يَحْتَاجُونَ إلَيْهِ وَالْأَصْلُ فِيهِ عَدَمُ الْحَظْرِ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهُ إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

“Adat adalah kebiasaan manusia dalam urusan dunia mereka yang mereka butuhkan. Hukum asal kebiasaan ini adalah tidak ada larangan kecuali jika Allah melarangnya.” (lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 29:16-17)

وسُئِلَ الشيخ ابن عثيمين عن حكم التهنئة بالعيد؟ وهل لها صيغة مُعينة؟ فأجاب: "التهنئة بالعيد جائزة، وليس لها تهنئة مخصوصة؛ بل ما اعتاده الناسُ، فهو جائز، ما لم يكن إثمًا"؛ "مجموع فتاوى ابن عثيمين" (16/ 208).

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang hukum at tahniah/ucapan selamat Idul Fitri?  Apakah ada shighoh/bentuk ucapan tertentu?  Dia menjawab: "At Tahniah/selamat atas hari raya diperbolehkan, dan tidak ada tahniah/ucapan selamat khusus untuk mereka. Sebaliknya, apa yang biasa dilakukan orang diperbolehkan, selama itu bukan dosa."  Majmu' Fatawa Ibnu Utsaimin (16/208).

Ucapan At Tahniah dengan ucapan apa pun dibolehkan (selama isinya kebaikan, tidak mengandung dosa dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam). Begitu pula yang mengamalkan ucapan "taqabbalallahu minna wa minkum"
(semoga Allah menerima amalan kami dan kalian) sebagaimana praktik para salaf di masa silam ataupun ucapan lain semisal.

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن .

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘Ied (Idul Fithri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka.." (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian). Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (lihat Fath Al-Bari, 2 : 446)
من العائدين والفايزين اسف على ولادتك و قلبك.

Minal 'aidin wal faizin, aasif 'ala wilaadatika wa qolbika..
“Selamat berhari raya, dan semoga termasuk orang yg mendapatkan kemenangan. Mohon maaf lahir dan batin.."

في يوم الفطر هذا ، دعونا نشكر الله سبحانه وتعالى على كل النعم التي أعطاها لنا. عيد الفطر مبارك.

Fii yaumil fithri hadza, da'auwna nasykurullah subhaanahu wa ta'ala ala kullin niami latii a'thoha lanaa, Iduul fithri mubaarak...
"Hari yang fithri ini, mari kita ucapkan syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan. Idul Fithri mubaarak.."

عيد الفطر السعيد ، أتمنى أن يجلب لنا هذا اليوم البركات والسعادة.

Idul fithri sa'id, atamanii an yajliba lanaa hadzal yaumul barakaat wa sa'adah..
"Selamat Idul Fithri, semoga hari yang fithri ini membawa berkah dan kebahagiaan untuk kita semua.."

عيد الفطر السعيد ، نرجو أن نحظى دائمًا بالقوة لمواصلة العبادة وتنفيذ التعاليم الدينية بشكل جيد.

Idul fithri sa'id, narjuu an nahzhoo daa-iman bil quwwati limuwaasholati li'ibaadati wa tanfiidzit ta'aliimi diiniyati bi syaklin jayyidin..
"Selamat Hari Raya Idul Fithri, semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk terus beribadah dan mengamalkan ajaran agama dengan baik.."


     

Kamis ba'da Ashar 29 Ramadhan 1444 H/20-04-2023M 



Rabu, 19 April 2023

Tanggapan Atas Para Pencela Aimah Ahlus Sunnah


 

Tanggapan Atas Para Pencela Aimah Ahlus Sunnah


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ.... (رَوَاهُ البُخَارِيُّ.)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya...." (HR. Al Bukhari)


قال أبو حاتمٍ الرازيُّ : علامةُ أهل البدع الوقيعةُ في أهل الأثر،...

Abu Hatim Ar Roziy berkata : "Tanda-tanda Ahli Bid’ah; adalah mencerca Ahlul Atsar (Hadits),..."  (Aqiidatus Salaf Wa Ashhaabul Hadiits)

     Al-Imam Abu ‘Utsman Ash-Shobuni rahimahullah mengatakan :

وعلاماتُ البدعِ علَى أهلهِا باديةٌ ظاهرةٌ، وأظهرُ آياتِهم وعلاماتِهم: شدةٌ معاداتِهم لحملةٍ أخبارٍ النبِي –صلَّى اللهُ عليهِ وسلمَّ- واحتقارِهم واستخفافِهم بِهم

“Ciri Ahlul bid’ah sangatlah tampak dan jelas. Tanda dan alamat yang paling jelasnya adalah permusuhan mereka yang sangat keras terhadap para pembawa hadits-hadits Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam-, menghinakan dan merendahkan mereka”. (lihat Aqidah Salaf Wa Ashhabul Hadits : 101)

     Imam Syaukani berkata :

"من رام أَن ينصر بَاطِلا أَو يدْفع حَقًا فَهُوَ مركوس من غير فرق بَين رَئِيس ومرؤوس..."

“Barangsiapa yang berusaha menolong kebatilan atau menolak kebenaran, maka dia akan terbalik tanpa ada perbedaan antara kepala (pemimpin) dan bawahan...." (lihat Adabuth Tholab 202)

     Imam Abu Hanifah, imam Ibnu Hazm, imam Ibnu Hajar, imam Nawawi ataupun imam Al Albani adalah para aimah Ahlus Sunnah..para ulama mujtahidun yang bisa benar dan bisa juga keliru seperti para imam yang lain. Jika ada yang mengalami ketergelinciran dalam sebuah perkara insya Allah bukan karena mengikuti hawa nafsu dan tiada yang iqomatul ketika beliau masih hidup.

     Bagi para pencela aimah Ahlus Sunnah apabila beliau semua termasuk wali-wali Allah..jika para pencela tersebut enggan taubat, semoga Allah memerangi mereka sehingga mereka terbalik dan tergilas. Demikian juga terhadap orang-orang yang menentang kebenaran, insya Allah akan tergilas..laa haula wa laa quwwata illa billah..


Malam Kamis, 29 Ramadhan 1444 H / 19 April 2023


Selasa, 18 April 2023

Waspadalah Tehadap Paham Dan Hizb Takfir Mu'ayyan



 

Waspadalah Tehadap Paham Dan Hizb Takfir Mu'ayyan yaitu mereka yang mudah mengkafirkan orang lain tanpa bayanul hujjah ataupun iqomatul hujjah.

Minggu, 16 April 2023

Diantara Tanda Ahlu Bid'ah Mencerca Ahlu Hadits




Imam Abu Hanifah, imam Ibnu Hazm, imam Ibnu Hajar, imam Nawawi ataupun imam Al Albani rahimahullah adalah para ulama mujtahidun yang tidak ma'shum. Apabila tergelincir dalam ijtihadnya insya Allah akan mendapat 1 pahala dan diampuni kesalahannya. Ketergelinciran para ulama mujtahidun dalam suatu perkara bukan karena mengikuti hawa nafsu dan tiada yang iqomatul hujjah. Semasa hidup sampai wafatnya beliau semua punya nama harum di sisi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.

Tidak ada orang yang mencerca ahlu hadits dari ulama mujtahidun, kecuali itu menunjukkan tanda-tanda ahlu bid'ah.


Harap Direnungkan Secara Jujur


 

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...