Ancaman Allah Atas Mereka Yang Mengerjakan Suatu Amalan Ibadah Yang Tidak Disyari'atkan
Tafsir Surat Al Kahfi Ayat 103-104
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾
“Katakanlah, “Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya?" Yaitu orang-orang yang melakukan amalan sesat di dalam kehidupan dunia ini, tapi mereka menyangka bahwa diri mereka telah berbuat baik.” (QS. Al Kahfi : 103-104)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :
فَإِنَّ هَذِهِ الْآيَةَ مَكِّيَّةٌ قَبْلَ خِطَابِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَقَبْلَ(٤) وُجُودِ الْخَوَارِجِ بِالْكُلِّيَّةِ، وَإِنَّمَا هِيَ عَامَّةٌ فِي كُلِّ مَنْ عَبَدَ اللَّهَ عَلَى غَيْرِ طَرِيقَةٍ مَرْضِيَّةٍ يَحْسَبُ أَنَّهُ مُصِيبٌ فِيهَا، وَأَنَّ عَمَلَهُ مَقْبُولٌ، وَهُوَ مُخْطِئٌ، وَعَمَلُهُ مَرْدُودٌ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً﴾ [الْغَاشِيَةِ: ٢-٤] وَقَوْلُهُ(٥) تَعَالَى: ﴿وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا﴾ [الْفُرْقَانِ: ٢٣] وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا﴾ [النُّورِ: ٣٩] .
وَقَالَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: ﴿قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ﴾ أَيْ: نُخْبِرُكُمْ ﴿بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا﴾ ؟ ثُمَّ فَسَّرَهُمْ فَقَالَ: ﴿الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا﴾ أَيْ: عَمِلُوا أَعْمَالًا بَاطِلَةً عَلَى غَيْرِ شَرِيعَةٍ مَشْرُوعَةٍ مَرْضِيَّةٍ مَقْبُولَةٍ، ﴿وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا﴾ أَيْ" يَعْتَقِدُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ، وَأَنَّهُمْ مَقْبُولُونَ مَحْبُوبُونَ.
"Ayat ini adalah ayat Makkiyah sebelum orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani dimasukan ke dalam khithab (perintah)-Nya, juga sebelum munculnya golongan Khawarij secara keseluruhan. Sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang beribadah kepada Allah bukan melalui jalan yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya ditolak, sebagaimana yang disebut Allah Ta'ala dalam firman-Nya:
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً}
"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka)," (Al-Ghasyiyah: 2-4)
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqan: 23). Dan firman Allah Ta'ala :
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا}
"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun." (An-Nur: 39). Dan firman-Nya dalam ayat mulia ini :
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا}
Katakanlah, "Apakah akan kami beritahukan kepada kamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” (Al-Kahfi: 103). Kemudian dalam ayat selanjutnya dijelaskan oleh firman-Nya:
{الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
"Yaitu orang-orang yang melakukan amalan sesat (sia-sia) di dalam kehidupan dunia ini," (Al-Kahfi: 104). Karena amal-amal mereka batil, bukan pada jalan yang diperintahkan oleh syariat, yakni tidak diridai dan tidak diterima.
{وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا}
"sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (Al-Kahfi: 104). Yakni mereka mengira bahwa dirinya berpegang pada sesuatu dan bahwa amal mereka diterima lagi dicintai.
Firqatun Najiyyah ( Golongan Yang Selamat ), Yang Mengikuti Nabi Dan Para Shahabat
فقد ثبت في الحديث الصحيح أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: من كان على مثل ما أنا عليه وأصحابي. وفي بعض الروايات: هي الجماعة. رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه والحاكم، وقال: صحيح على شرط مسلم.
Telah dibuktikan dalam hadits shahih bahwa Nabi ﷺ bersabda : "Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu firqah (sikte), dan Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua firqah, dan ummatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqah yang kesemuanya (terancam) masuk neraka kecuali satu. Para Shahabat bertanya : "Siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau bersabda : "Siapapun yang berada di jalan yang sama denganku dan para Shahabatku. Dalam sebagian riwayat: "Mereka adalah Al Jama'ah". Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dan dia berkata : shahih menurut syarat Muslim. (Jadi yang masuk Jannah adalah Al Jama’ah dan bukan al jam'iyyah/muassasah/majmu'ah/semisal).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 millah (golongan). Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 millah (golongan), semuanya di neraka kecuali satu.” Para shahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti millah-ku dan (pemahaman) para shahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Berdasarkan hadits di atas maka umat Islam akan terpecah menjadi 73 firqah, semuanya diancam masuk Neraka kecuali satu golongan yang masuk Jannah (Surga) yaitu Al Jama’ah (yang berpegang dengan ajaran Islam murni sebagaimana Nabi dan para Shahabat). Jadi bukan al jam'iyyah/muassasah/majmu'ah/semisal.
Allah Menghalangi Taubat Shohibul Bid'ah ( Para Pelaku Bid'ah/Penganut Islam Tidak Murni )
Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54).
Imam Ahmad ketika ditanya mengenai makna hadits di atas, beliau menjawab:
لَا يُوَفَّقُ, وَلَا يُيَسَّرُ صَاحِبُ بِدْعَةٍ
“maksudnya: ia tidak mendapatkan taufiq, pelaku bid’ah tidak dipermudah untuk bertaubat” (lihat Ghadzaul Albab Syarh Manzhumatul Adab, hal. 582)
Hal itu dikarenakan pelaku bid’ah apapun menganggap bid’ah-nya itu baik dan qurbah (upaya mendekatkan diri kepada Allah) sehingga sama sekali tidak terpikir untuk bertaubat.
Namun memang tidak menuntut kemungkinan dijumpai ada sebagian kecil yang taubat. Asy Syathibi rahimahullah mengatakan:
إذ لا يبعد أن يتوب عما رأى, ويرجع إلى الحق, كما نقل عن عبد الله بن الحسن العنبري, وما نقلوه في مناظرة ابن عباس الحرورية الخارجين على علي – رضي الله عنه – وفي مناظرة عمر بن عبد العزيز لبعضهم, ولكن الغالب في الواقع الإصرار
“maka pelaku bid’ah tidak mustahil dari bertaubat terhadap apa yang ia yakini. Sebagaimana dinukil dari Abdullah bin Al Hasan Al Anbari dan yang dinukil para ulama dari kisah perdebatan antara Ibnu Abbas dan kaum Haruriyah (Khawarij) yang memberontak kepada Ali radhiallahu’anhu. Dan juga dalam perdebatan Umar bin Abdil Aziz kepada sebagian Khawarij. Namun secara umum kenyataannya pelaku bid’ah itu bertekad (=ngeyel ) pada bid’ahnya” (lihat Al I’tisham, hal. 164).
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.