Selasa, 12 Desember 2023

Ancaman Allah Atas Mereka Yang Mengerjakan Suatu Amalan Ibadah Yang Tidak Disyari'atkan





 

Ancaman Allah Atas Mereka Yang Mengerjakan Suatu Amalan Ibadah Yang Tidak Disyari'atkan

Tafsir Surat Al Kahfi Ayat 103-104

     Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾

Katakanlah, “Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya?" Yaitu orang-orang yang melakukan amalan sesat di dalam kehidupan dunia ini, tapi mereka menyangka bahwa diri mereka telah berbuat baik.” (QS. Al Kahfi : 103-104)

     Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :

فَإِنَّ هَذِهِ الْآيَةَ مَكِّيَّةٌ قَبْلَ خِطَابِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَقَبْلَ(٤) وُجُودِ الْخَوَارِجِ بِالْكُلِّيَّةِ، وَإِنَّمَا هِيَ عَامَّةٌ فِي كُلِّ مَنْ عَبَدَ اللَّهَ عَلَى غَيْرِ طَرِيقَةٍ مَرْضِيَّةٍ يَحْسَبُ أَنَّهُ مُصِيبٌ فِيهَا، وَأَنَّ عَمَلَهُ مَقْبُولٌ، وَهُوَ مُخْطِئٌ، وَعَمَلُهُ مَرْدُودٌ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً﴾ [الْغَاشِيَةِ: ٢-٤] وَقَوْلُهُ(٥) تَعَالَى: ﴿وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا﴾ [الْفُرْقَانِ: ٢٣] وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا﴾ [النُّورِ: ٣٩] .
وَقَالَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: ﴿قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ﴾ أَيْ: نُخْبِرُكُمْ ﴿بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا﴾ ؟ ثُمَّ فَسَّرَهُمْ فَقَالَ: ﴿الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا﴾ أَيْ: عَمِلُوا أَعْمَالًا بَاطِلَةً عَلَى غَيْرِ شَرِيعَةٍ مَشْرُوعَةٍ مَرْضِيَّةٍ مَقْبُولَةٍ، ﴿وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا﴾ أَيْ" يَعْتَقِدُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ، وَأَنَّهُمْ مَقْبُولُونَ مَحْبُوبُونَ.

"Ayat ini adalah ayat Makkiyah sebelum orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani dimasukan ke dalam khithab (perintah)-Nya, juga sebelum munculnya golongan Khawarij secara keseluruhan. Sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang beribadah kepada Allah bukan melalui jalan yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya ditolak, sebagaimana yang disebut Allah Ta'ala dalam firman-Nya:

{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً}

"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka)," (Al-Ghasyiyah: 2-4)

{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqan: 23). Dan firman Allah Ta'ala :

{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا}

"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun." (An-Nur: 39). Dan firman-Nya dalam ayat mulia ini :

{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا}

Katakanlah, "Apakah akan kami beritahukan kepada kamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” (Al-Kahfi: 103). Kemudian dalam ayat selanjutnya dijelaskan oleh firman-Nya:

{الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}

"Yaitu orang-orang yang melakukan amalan sesat (sia-sia) di dalam kehidupan dunia ini," (Al-Kahfi: 104). Karena amal-amal mereka batil, bukan pada jalan yang diperintahkan oleh syariat, yakni tidak diridai dan tidak diterima.

{وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا}

"sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (Al-Kahfi: 104). Yakni mereka mengira bahwa dirinya berpegang pada sesuatu dan bahwa amal mereka diterima lagi dicintai.

Firqatun Najiyyah ( Golongan Yang Selamat ), Yang Mengikuti Nabi Dan Para Shahabat


فقد ثبت في الحديث الصحيح أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: من كان على مثل ما أنا عليه وأصحابي. وفي بعض الروايات: هي الجماعة. رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه والحاكم، وقال: صحيح على شرط مسلم.

Telah dibuktikan dalam hadits shahih bahwa Nabi bersabda : "Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu firqah (sikte), dan Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua firqah, dan ummatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqah yang kesemuanya (terancam) masuk neraka kecuali satu. Para Shahabat bertanya : "Siapakah mereka wahai Rasulullah?"  Beliau bersabda : "Siapapun yang berada di jalan yang sama denganku dan para Shahabatku.  Dalam sebagian riwayat: "Mereka adalah Al Jama'ah".  Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dan dia berkata : shahih menurut syarat Muslim. (Jadi yang masuk Jannah adalah Al Jama’ah dan bukan al jam'iyyah/muassasah/majmu'ah/semisal).

     Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda :

وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى

“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 millah (golongan). Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 millah (golongan), semuanya di neraka kecuali satu.” Para shahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti millah-ku dan (pemahaman) para shahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

     Berdasarkan hadits di atas maka umat Islam akan terpecah menjadi 73 firqah, semuanya diancam masuk Neraka kecuali satu golongan yang masuk Jannah (Surga) yaitu Al Jama’ah (yang berpegang dengan ajaran Islam murni sebagaimana Nabi dan para Shahabat). Jadi bukan al jam'iyyah/muassasah/majmu'ah/semisal.



Allah Menghalangi Taubat Shohibul Bid'ah ( Para Pelaku Bid'ah/Penganut Islam Tidak Murni )


     Rasulullah  bersabda :

إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ

Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54).

     Imam Ahmad ketika ditanya mengenai makna hadits di atas, beliau menjawab:

لَا يُوَفَّقُ, وَلَا يُيَسَّرُ صَاحِبُ بِدْعَةٍ

“maksudnya: ia tidak mendapatkan taufiq, pelaku bid’ah tidak dipermudah untuk bertaubat” (lihat Ghadzaul Albab Syarh Manzhumatul Adab, hal. 582)

     Hal itu dikarenakan pelaku bid’ah apapun menganggap bid’ah-nya itu baik dan qurbah (upaya mendekatkan diri kepada Allah) sehingga sama sekali tidak terpikir untuk bertaubat.

     Namun memang tidak menuntut kemungkinan dijumpai ada sebagian kecil yang taubat. Asy Syathibi rahimahullah mengatakan:

إذ لا يبعد أن يتوب عما رأى, ويرجع إلى الحق, كما نقل عن عبد الله بن الحسن العنبري, وما نقلوه في مناظرة ابن عباس الحرورية الخارجين على علي – رضي الله عنه – وفي مناظرة عمر بن عبد العزيز لبعضهم, ولكن الغالب في الواقع الإصرار

“maka pelaku bid’ah tidak mustahil dari bertaubat terhadap apa yang ia yakini. Sebagaimana dinukil dari Abdullah bin Al Hasan Al Anbari dan yang dinukil para ulama dari kisah perdebatan antara Ibnu Abbas dan kaum Haruriyah (Khawarij) yang memberontak kepada Ali radhiallahu’anhu. Dan juga dalam perdebatan Umar bin Abdil Aziz kepada sebagian Khawarij. Namun secara umum kenyataannya pelaku bid’ah itu bertekad (=ngeyel ) pada bid’ahnya” (lihat Al I’tisham, hal. 164).

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Senin, 11 Desember 2023

Sifat Tawadhu' ( Rendah Hati ) Itu Beda Dengan Mahanah ( Kehinaan Diri )




 


Sifat Tawadhu' ( Rendah Hati ) Itu Beda Dengan Mahanah ( Kehinaan Diri )
 
     Allah Ta'ala berfirman :

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا 

"Adapun 'Ibadurrohman (hamba-hamba Ar Rohman) itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam”." (QS. Al Furqan : 63)

     Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Shodaqoh tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

     Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia
 

Perkataan Para Salaf Dan Ulama Tentang Tawadhu'
( أقوال السلف والعلماء في التواضع )

- عن عائشة رضي الله عنها، قالت: (إنكم لتغفلون أفضل العبادة: التواضع).
( رواه النسائي في (السنن الكبرى) (١٠/ ٤٠٥) )

      Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha mengatakan: “Sesungguhnya kalian sungguh sangat melalaikan ibadah yang paling utama, yaitu at tawadhu.’“(Riwayat An Nasa'i).

قال الحسن البصري أتدرون ما التواضع؟ قالوا: ما هو؟ قال: التواضع أن تخرج من منزلك ولا تلقى مسلماً إلّا رأيت له عليك فضلاً وفي لفظ: لا يلقى مسلماً إلا ظن أنه خير منه. ( حكم الأثر: حسن. أخرجه البيهقي في كتابه شعب الإيمان ط الرشد (ج10/ص511) )

Al-Hasan Al-Bashri berkata : "Tahukah kalian apa itu at tawadhu' (kerendahan hati)?  Mereka berkata: Apa itu?  Beliau berkata : At Tawadhu' (kerendahan hati) adalah ketika engkau keluar rumah dan tidak bertemu dengan seorang muslim kecuali kamu melihat bahwa dia mempunyai kelebihan dibandingkan kamu, dan singkatnya : Dia tidak bertemu dengan seorang muslim kecuali dia menganggap bahwa dia lebih baik darinya. ( Atsar hasan. Oleh Al Baihaqi dalam kitab  Syu'abul Iman, 10 : 511 )

سُئِلَ الفضيل بن عياض-رحمه الله-عن التواضع فقال: أن تخضع للحق وتنقاد له ممن سمعته، ولو كان أجهل الناس لزمك أن تقبله منه.
جامع بيان العلم وفضله لابن عبد البر (٤٦٢/١).

     Al-Imam Fudhai bin ‘Iyadh ketika ditanya apa yang dimaksud dengan tawadhu’, maka beliau rahimahullah berkata : “Tawadhu (rendah hati) adalah engkau tunduk dan patuh kepada kebenaran dari siapapun engkau mendengarnya. Meskipun seandainya kebenaran itu dari orang yang paling bodoh, maka engkau harus menerimanya.” (lihat Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih 1/462)

عن ابن عيينة قال : من كانت معصيته في الشهوة فارج له التوبة ؛ فإن آدم عليه السلام عصى مشتهيا فغفر له ، وإذا كانت معصيته في كبر فاخش على صاحبه اللعنة ؛ فإن إبليس عصى مستكبرا فلعن.
( حلية الأولياء وطبقات الأصفياء - أبو نعيم الأصبهاني - أحمد بن عبد الله بن أحمد بن إسحاق الأصبهاني - صفحة 271  جزء 7 )

Dari Sufyan Ibnu Uyainah beliau berkata : "Barangsiapa yang berbuat dosa karena syahwat, maka aku berharap dia bertaubat. Tatkala Adam 'alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwat, (lalu ia istighfar memohon ampun kepada Allah) maka ia diampuni, dan jika kemaksiatannya karena kibr (kesombongan), maka takutlah akan laknat atas pelakunya. Ingatlah Iblis bermaksiat karena takabbur (sombong), maka ia dilaknat Allah." (lihat Hilyatul Auliya', (7/271). Abu Nu'aim Al Ashbahani)

قال الشافعي رحمه الله: أرفعُ الناس قدرًا من لا يرى قدرَه، وأكبر النّاس فضلاً من لا يرى فضلَه). ( أخرجه البيهقي في الشعب (6/304). )

Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (lihat Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

قال عبد الله بن المبارك : رأسُ التواضعِ أن تضَع نفسَك عند من هو دونك في نعمةِ الله حتى تعلِمَه أن ليس لك بدنياك عليه فضل ( أخرجه البيهقي في الشعب (6/298) )

‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298)

"Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ (rendah hati) dan jauhkanlah kami dari sifat sombong ataupun sifat mahanah (kehinaan diri).."

اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ

Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).

Sabtu, 09 Desember 2023

Jika Shalat Saja Engkau Remehkan, Ibadah Apa Lagi Yang Engkau Hargai ?



 

Jika Shalat Saja Engkau Remehkan, Ibadah Apa Lagi Yang Engkau Hargai ?


     Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :

يا ابن آدم، وماذا يعز عليك من دينك، إذا هانت عليك صلاتك

“Wahai bani Adam! Ibadah apa lagi yang engkau hargai dalam agamamu, apabila shalat saja sudah engkau anggap remeh.” (lihat Mausu’ah Ibnu Abi ad-Dunya, jilid 1, hlm. 341)

     Allah Ta’ala berfirman :

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ 

"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An Nisa' : 142)

وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّآ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ 

"Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa)." (QS. At Taubah : 54)

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5)

“Maka Wail (= adzab yang pedih menurut tafsir ibnu 'Abbas) bagi orang-orang yang shalat. (4) Yaitu mereka yang lalai di dalam shalatnya. (5)." (QS. Al Maun : 4 - 5)

     Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi pernah menceritakan tentang shalat pada suatu hari, di mana beliau bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

“Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nanti di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, hadits hasan)

     والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Jumat, 08 Desember 2023

Kejujuran Lisan Termasuk Sifat Dan Akhlaq Yang Paling Mulia Seorang Lelaki


 

Kejujuran Lisan Termasuk Sifat Dan Akhlaq Yang Paling Mulia Seorang Lelaki


قال إياس بن معاوية: امتحنت خصال الرجال، فوجدت أشرفها صدق اللسان، ومن عدم فضيلة الصدق، فقد فجع بأكرم أخلاقه. (تهذيب الكمال - المزي - ج ٣ - الصفحة ٤١٣)

     Iyyas bin Mu'awiyah rahimahullah berkata : "Saya menguji sifat-sifat para lelaki, maka saya mendapati yang paling mulia adalah kejujuran ucapan, dan barangsiapa tidak memiliki keutamaan sifat jujur, berarti dia telah menderita dengan kehilangan akhlaknya yang paling mulia."
(Tahdzib al-Kamal (3/314) - Al Mizzi )

اللهم ارزقنا الصدق في القول والعمل

"Ya Allah, berilah kami rizqi berupa kejujuran dalam perkataan dan amal perbuatan..."

Kamis, 07 Desember 2023

Gunakan Dunia Untuk Mencari Akhirat Nasihat Utsman Bin Affan



 

Gunakan Dunia Untuk Mencari Akhirat
Nasihat Utsman Bin Affan

وقال سيف بن عمر ، عن بدر بن عثمان ، عن عمه قال : آخر خطبة خطبها عثمان في جماعة :
إن الله إنما أعطاكم الدنيا لتطلبوا بها الآخرة ، ولم يعطكموها لتركنوا إليها ، إن الدنيا تفنى وإن الآخرة تبقى ، لا تبطرنكم الفانية ولا تشغلنكم عن الباقية ، فآثروا ما يبقى على ما يفنى ، فإن الدنيا منقطعة ، وإن المصير إلى الله ، اتقوا الله فإن تقواه جنة من بأسه ، ووسيلة عنده ، واحذروا من الله الغير ، والزموا جماعتكم ، لا تصيروا أحزابا 
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًاَ .... إلى آخر الآيتين [ آل عمران : 103 ، 104 ] .
(البداية والنهاية ابن كثير - إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي صفحة 390  جزء 10)

Dan Saif bin Umar berkata, dari Badr bin Utsman, dari pamannya, dia berkata: Khuthbah terakhir yang disampaikan Utsman radhiyaallahu 'anhu kepada suatu jama'ah :

“Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada kalian itu agar kalian mencari akhirat dengannya, dan tidaklah Allah memberikannya kepada kalian agar kalian condong kepadanya. Sesungguhnya dunia itu akan binasa sementara akhirat itu abadi..

Janganlah dunia yang fana ini menjadikan kalian sombong, dan jangan pula menyibukkan kalian dari yang abadi (akhirat).
Dan pilihlah oleh kalian yang abadi daripada yang fana! Karena dunia ini akan putus dan sesungguhnya tempat kembalinya adalah kepada Allah..

Bertakwalah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya takwa kepada-NYA itu adalah benteng pelindung dari siksaan-Nya, dan perantara di sisi-NYA. Dan hati-hatilah kalian dari sifat cemburu dari Allah (jangan bermaksiat kepada-NYA).
Berpeganglah kalian dengan jamaah kalian, janganlah kalian menjadi berkelompok-kelompok..

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ 

"Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran : 103)

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104)"

(lihat Al Bidayah Wa An Nihayah karya Ibnu Katsir)

Rabu, 06 Desember 2023

Siapa Yang Ingin Allah Menjaga Jasadnya Sampai Tua.., Menjaga Agama Dan Akhiratnya ?


Siapa Yang Ingin Allah Menjaga Jasadnya Sampai Tua.., Menjaga Agama Dan Akhiratnya ?


Bagi siapa yang ingin Allah menjaga jasadnya sampai tua..mata tidak cepat rabun (butuh kacamata), telinga tidak cepat tuli, gigi tidak cepat rusak, badan tidak cepat lumpuh ataupun tidak banyak keluhan serta menjaga Agama dan Akhiratnya..maka hendaknya menjaga hak Allah dan hukum-hukum Allah dengan gemar membaca dan mengamalkan Al Qur'an serta menjauhi maksiat..


     Ada suatu nasihat yang pernah disampaikan oleh Nabi kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berikut potongan hadits tersebut yang penuh makna,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

     Dijelaskan dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam (1 : 462), yang dimaksud menjaga hak Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Inilah yang disebutkan dalam firman Allah,

هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ ,مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ

“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada Setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya), (yaitu) orang yang takut kepada Ar Rahman sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan Dia datang dengan hati yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 32-33)

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.








 

Selasa, 05 Desember 2023

Tinggalkan 72 Firqoh Dan Semua Jam'iyyah Sekalipun Mengklaim Bernuansa Al Jama'ah





Tinggalkan 72 Firqoh Dan Semua Jam'iyyah Sekalipun Mengklaim Bernuansa Al Jama'ah

Agama Allah Melarang Berpecah Belah


     Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)

     Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menjelaskan :

وَقَوْلُهُ: ﴿وَلا تَفَرَّقُوا﴾ أمَرَهُم بِالْجَمَاعَةِ وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّفْرِقَةِ(٢٨) وَقَدْ وَرَدَتِ الأحاديثُ الْمُتَعَدِّدَةُ بِالنَّهْيِ عَنِ التَّفَرُّقِ وَالْأَمْرِ بِالِاجْتِمَاعِ وَالِائْتِلَافِ(٢٩) كَمَا فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ مِنْ حَدِيثِ سُهَيل بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "إنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاثًا، يَرْضى لَكُمْ: أنْ تَعْبدُوهُ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وأنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا، وأنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاهُ اللهُ أمْرَكُمْ؛ وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاثًا: قيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وإِضَاعَةَ الْمَالِ"(٣٠) .
وَقَدْ ضُمِنتْ لَهُمُ العِصْمةُ، عِنْدَ اتِّفَاقِهِمْ، مِنَ الْخَطَأِ، كَمَا وَرَدَتْ بِذَلِكَ الْأَحَادِيثُ الْمُتَعَدِّدَةُ أَيْضًا، وخِيفَ عَلَيْهِمُ الِافْتِرَاقُ، وَالِاخْتِلَافُ، وَقَدْ وَقَعَ ذَلِكَ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ فَافْتَرَقُوا عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، مِنْهَا فِرْقَةٌ(٣١) نَاجِيَةٌ إِلَى الْجَنَّةِ ومُسَلمة مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَهُمُ الَّذِينَ عَلَى مَا كَانَ عَلَيْهِ رسولُ اللَّهِ ﷺ وَأَصْحَابُهُ.

     Firman Allah  (وَلا تَفَرَّقُوا) "Dan jangan kalian bercerai-berai." (Ali Imran: 103). Allah memenntahkan kepada mereka untuk menetapi al jamaah (kesatuan) dan melarang mereka bercerai-berai. Banyak hadits yang isinya melarang bercerai-berai dan memerintahkan untuk ijtima' (bersatu) dan tidak berselisih (berpecah belah). Seperti yang dinyatakan di dalam kitab Shahih Muslim melalui hadits Suhail ibnu Abu Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah pernah bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»

"Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian dalam tiga perkara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah ridha kepada kalian bila kalian menyembah-Nya dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus perkara kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam tiga perkara, yaitu qila dan qala (banyak bicara tanpa seleksi), banyak bertanya dan menyia-nyiakan (menghambur-hamburkan) harta." Bilamana mereka hidup dalam persatuan dan kesatuan, niscaya terjaminlah mereka dari kekeliruan, seperti yang disebutkan oleh banyak hadits mengenai hal tersebut. Sangat dikhawatirkan bila mereka al iftiraq (berpecah belah) dan ikhtilaf (berselisih). Hal ini ternyata menimpa umat ini, hingga mereka iftiraq (berpecah-belah) menjadi 73 firqoh (golongan). Di antaranya terdapat satu firqatun najiyyah (golongan yang selamat) masuk surga dan diselamatkan dari siksa neraka. Mereka adalah orang-orang yang berada di atas apa-apa yang ada pada diri Rasulullah dan para Shahabatnya.


Tidak Ada Perintah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Untuk Berpecah Belah dan Berkelompok-Kelompok


     Tidak ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalil yang membolehkan berbilangnya jamaah dan kelompok (hizb). Bahkan yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah dalil yang mencelanya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolong-golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah. Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’am [6]: 159)

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum [30]: 32) 

     Tidak diragukan lagi bahwa kelompok-kelompok ini menafikan (meniadakan) perintah Allah Ta’ala dan bahkan bertentangan dengan apa yang dimotivasi oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minuun [23]: 52)

     Lebih-lebih ketika kalau kita melihat dampak dan pengaruh dari perpecahan dan kelompok-kelompok tersebut ketika masing-masing kelompok menghina, mencela, dan memfasikkan kelompok lainnya tanpa hujjah dan burhan.

     Sebagian mereka berkata bahwa tidak mungkin bagi dakwah ini untuk kuat dan tersebar kecuali dengan adanya kelompok-kelompok tersebut? Maka kita katakan, perkataan tersebut tidaklah benar. Bahkan dakwah tersebut bisa kuat dan tersebar kalau seseorang itu semakin berpegang teguh dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah , dan semakin mengikuti tuntunan Nabi (ittiba’) dan khulafaur rasyidin.


Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah (Hizb/Kelompok/Organisasi/Majmu'ah/Grup) Yang Memiliki Muassis (Pendiri), Tahun Berdiri, Struktur Organisasi Dan Keanggotaan Ataupun Tanzhim Yang Menuntut Ketaataan Para Pengikutnya


     Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

Ketahuilah sesungguhnya umat sebelum kalian dari Ahli Kitab berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka, dan 1 golongan di surga. Merekalah Al Jama’ah.” (HR. Abu Daud 4597, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

     Rasulullah ﷺ juga bersabda :

عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .من سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Berpeganglah pada Al Jama’ah dan tinggalkan kekelompokan. Karena syaithan itu bersama orang yang bersendirian dan syaithan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah surga, maka berpeganglah pada Al Jama’ah. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min.” (HR. Tirmidzi no.2165, ia berkata: “Hasan shahih gharib dengan sanad ini”)

     Dan ketahuilah tolok ukur "Al Jama'ah" itu bukan banyaknya jumlah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu :

اَلْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ

Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan al haq (kebenaran) walaupun engkau sendirian.” Dalam riwayat lain:

وَيحك أَن جُمْهُور النَّاس فارقوا الْجَمَاعَة وَأَن الْجَمَاعَة مَا وَافق طَاعَة الله تَعَالَى

Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.” (lihat Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70)

     Jadi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ dan para Shahabatnya, dan dalam memahami dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ tersebut mereka meneladani praktek dan pemahaman para Shahabat, tabi’in dan orang yang mengikuti mereka. Tanpa ditambah, dikurangi ataupun dirubah dengan mengadakan beragam bid'ah dalam agama yang tidak diajarkan Nabi dan para Shahabat sebagaimana ajaran 72 firqoh (golongan) yang sudah tidak murni. Ajaran Islam telah sempurna dan tidak butuh disempurnakan lagi. Dan makna ini sesuai dengan apa yang disebutkan Rasulullah ﷺ tentang satu golongan yang selamat :

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَاب

”yaitu orang-orang yang berada pada millah-ku dan jalannya para Shahabatku.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.


"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...