Senin, 11 Desember 2023

Sifat Tawadhu' ( Rendah Hati ) Itu Beda Dengan Mahanah ( Kehinaan Diri )




 


Sifat Tawadhu' ( Rendah Hati ) Itu Beda Dengan Mahanah ( Kehinaan Diri )
 
     Allah Ta'ala berfirman :

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا 

"Adapun 'Ibadurrohman (hamba-hamba Ar Rohman) itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam”." (QS. Al Furqan : 63)

     Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Shodaqoh tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

     Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia
 

Perkataan Para Salaf Dan Ulama Tentang Tawadhu'
( أقوال السلف والعلماء في التواضع )

- عن عائشة رضي الله عنها، قالت: (إنكم لتغفلون أفضل العبادة: التواضع).
( رواه النسائي في (السنن الكبرى) (١٠/ ٤٠٥) )

      Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha mengatakan: “Sesungguhnya kalian sungguh sangat melalaikan ibadah yang paling utama, yaitu at tawadhu.’“(Riwayat An Nasa'i).

قال الحسن البصري أتدرون ما التواضع؟ قالوا: ما هو؟ قال: التواضع أن تخرج من منزلك ولا تلقى مسلماً إلّا رأيت له عليك فضلاً وفي لفظ: لا يلقى مسلماً إلا ظن أنه خير منه. ( حكم الأثر: حسن. أخرجه البيهقي في كتابه شعب الإيمان ط الرشد (ج10/ص511) )

Al-Hasan Al-Bashri berkata : "Tahukah kalian apa itu at tawadhu' (kerendahan hati)?  Mereka berkata: Apa itu?  Beliau berkata : At Tawadhu' (kerendahan hati) adalah ketika engkau keluar rumah dan tidak bertemu dengan seorang muslim kecuali kamu melihat bahwa dia mempunyai kelebihan dibandingkan kamu, dan singkatnya : Dia tidak bertemu dengan seorang muslim kecuali dia menganggap bahwa dia lebih baik darinya. ( Atsar hasan. Oleh Al Baihaqi dalam kitab  Syu'abul Iman, 10 : 511 )

سُئِلَ الفضيل بن عياض-رحمه الله-عن التواضع فقال: أن تخضع للحق وتنقاد له ممن سمعته، ولو كان أجهل الناس لزمك أن تقبله منه.
جامع بيان العلم وفضله لابن عبد البر (٤٦٢/١).

     Al-Imam Fudhai bin ‘Iyadh ketika ditanya apa yang dimaksud dengan tawadhu’, maka beliau rahimahullah berkata : “Tawadhu (rendah hati) adalah engkau tunduk dan patuh kepada kebenaran dari siapapun engkau mendengarnya. Meskipun seandainya kebenaran itu dari orang yang paling bodoh, maka engkau harus menerimanya.” (lihat Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih 1/462)

عن ابن عيينة قال : من كانت معصيته في الشهوة فارج له التوبة ؛ فإن آدم عليه السلام عصى مشتهيا فغفر له ، وإذا كانت معصيته في كبر فاخش على صاحبه اللعنة ؛ فإن إبليس عصى مستكبرا فلعن.
( حلية الأولياء وطبقات الأصفياء - أبو نعيم الأصبهاني - أحمد بن عبد الله بن أحمد بن إسحاق الأصبهاني - صفحة 271  جزء 7 )

Dari Sufyan Ibnu Uyainah beliau berkata : "Barangsiapa yang berbuat dosa karena syahwat, maka aku berharap dia bertaubat. Tatkala Adam 'alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwat, (lalu ia istighfar memohon ampun kepada Allah) maka ia diampuni, dan jika kemaksiatannya karena kibr (kesombongan), maka takutlah akan laknat atas pelakunya. Ingatlah Iblis bermaksiat karena takabbur (sombong), maka ia dilaknat Allah." (lihat Hilyatul Auliya', (7/271). Abu Nu'aim Al Ashbahani)

قال الشافعي رحمه الله: أرفعُ الناس قدرًا من لا يرى قدرَه، وأكبر النّاس فضلاً من لا يرى فضلَه). ( أخرجه البيهقي في الشعب (6/304). )

Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (lihat Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

قال عبد الله بن المبارك : رأسُ التواضعِ أن تضَع نفسَك عند من هو دونك في نعمةِ الله حتى تعلِمَه أن ليس لك بدنياك عليه فضل ( أخرجه البيهقي في الشعب (6/298) )

‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298)

"Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ (rendah hati) dan jauhkanlah kami dari sifat sombong ataupun sifat mahanah (kehinaan diri).."

اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ

Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...