Minggu, 19 November 2023

Benarkah Kita Tidak Boleh "Mengklaim Diri Kita Benar Dan Di Atas Al Haq" ?





 


Benarkah Kita Tidak Boleh "Mengklaim Diri Kita Benar Dan Di Atas Al Haq" ?


     Allah Ta'ala telah menyebutkan bahwa Islam itu agama yang wasath yaitu pertengahan antara ghuluw (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan). Allah Ta'ala berfirman :

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

"Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu, umat yang pertengahan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu." (QS. Al-Baqarah: 143). Semua syari’at baik i’tiqad (keyakinan), ibadah maupun muamalah dibangun di atas konsep ini.

     Dalam perkara "mengklaim" maka Ahlus Sunnah Wal Jama'ah juga pertengahan antara ghuluw dan tafrith. Apabila kita mengklaimnya berdasarkan burhan (bukti) dan hujjah, maka hal itu dibenarkan dan terpuji bahkan bisa wajib. Sebaliknya yang tidak boleh dan tercela yaitu apabila ada orang yang sekedar mengklaim tapi tanpa hujjah dan burhan ataupun bukti. Lebih tercela lagi jika realitanya orang yang mengklaim tersebut menolak ketika kita tantang berhakim kepada Allah Rabbul 'Alamin dengan sumpah atau doa mubahalah untuk membuktikan kebenaran.

     Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالُوا۟ لَن يَدْخُلَ ٱلْجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوْ نَصَٰرَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا۟ بُرْهَٰنَكُمْ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

"Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (QS. Al Baqarah : 111)

     Dan hal ini insya Allah juga tak bertentangan dengan akal sehat.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
    




Tanggapan Atas Syubhat "Jangan Merasa Paling Benar"

     Seringkali di dunia nyata ataupun di dunia maya kita menjumpai orang yang berkata “Jangan merasa paling benar” atau “Jangan merasa benar sendiri” dan ucapan-ucapan semisal itu. Maka sebagai tanggapan kita katakan :

(1) Apakah perkataan mereka tersebut berasal dari wahyu ataukah hanya sebatas kilah yang tak beralasan pada dalil yang menunjukkan kepada kebingungan? Apakah ada ayat (al-Qur'an) atau hadits Nabi ﷺ atau pendapat para ‘ulama yang mengatakan dengan perkataan tersebut.??

(2) Yang menjadikan semua manusia merasa benar itu karena memang Allah Ta’ala menjadikan semua manusia merasa di atas kebenaran. Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan dalam Firman-Nya :

كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ

“Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerja’an mereka”. (QS. Al-An’am: 108). Bahkan manusia sezhalim  Fir’aun pun mengklaim yang dilakukannya adalah baik dan dia merasa diatas kebenaran. Itu sebabnya jika berselisih hendaknya dikembalikan kepada Allah dan Rosul-Nya. Allah تعالىٰ berfirman :

فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر

Maka jika kamu berbeda pendapat tentang suatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian (Kiamat).”
(QS. An-Nisaa  : 59).
     Ayat tersebut dengan tegas mengatakan bahwa setiap perselisihan wajib dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah تعالىٰ  tidak mengatakan; jika kamu berselisih janganlah kamu merasa benar sendiri, atau kembalikan pada pendapat masing-masing. Akan tetapi Allah  تعالىٰ memerintahkan kita untuk mengembalikannya kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, ini menunjukkan bahwa yang benar hanyalah yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

(3) Para Shahabat Nabi ﷺ senantiasa menyalahkan orang-orang yang mereka pandang salah dan tidak pernah di antara mereka yang mengatakan : “Jangan merasa benar sendiri!”

(4) Orang-orang yang enggan mengembalikan perselisihan kepada Al Qur'an dan As Sunnah, justru itulah yang hakekatnya "mereka merasa paling benar" sehingga kibr (angkuh) tidak mau mengikuti Al Qur'an dan Hadits Shahih. Ketika kita ajak berhakim kepada Allah dengan mubahalah, maka mereka menolak bagai syaithan yang takut mendapat adzab Allah, tapi tetap membangkang di atas kebatilan.

(5)  Kebenaran itu sudah jelas dan terang sebagaimana terangnya sinar matahari di siang hari. Nabi bersabda :

الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌٌ

“Sesungguhnya perkara halal itu sudah jelas dan perkara haram itu sudah jelas”. (Muttafaqun ‘alaih).

(6) Kebenaran itu hanya satu. Imam Malik rahimahullah berkata :

لا، والله حتى يصيب الحق، ما الحق إلا واحد، قولان مختلفان يكونان صوابًا جميعًا ؟ ما الحق والصواب إلا واحد

“Tidak, demi Allah hingga ia mengambil yang benar. Kebenaran itu hanya satu. Dua pendapat yang berbeda tidak mungkin keduanya benar, sekali lagi kebenaran itu hanya satu”.

(7) Kebenaran diperintahkan untuk disampaikan. Abu Ali Ad-Daqqoq berkata :

السَّاكِتُ عَن الحَقِّ شَيْطَانٌ أُخْرِسُ

“Orang yang diam dari kebenaran adalah setan bisu”.

     Sebagai penutup realitanya kami sering mengucapkan :

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.



Tanggapan Syubhat "Hanya Allah Yang Tahu Kebenaran"

    
     Maka sebagai tanggapan, kita katakan :

(1) Sebutkan dalilnya jika hanya Allah yang tahu kebenaran? Adakah para Shahabat Nabi ketika dikritik dengan hujjah, kemudian mengatakan bahwa hanya Allah yang tahu kebenaran.??

(2) Nabi mengetahui kebenaran. Allah berfirman :

إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya kamu berada di atas petunjuk yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 67).

(3) Ibnu Mas’ud, ketika mengomentari orang yang salah dalam memberi fatwa, berkata :

مَنْ عَلِمَ فَلْيَقُلْ ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ

"Siapa yang tahu, silahkan dia bicara. Dan siapa yang tidak tahu, maka ucapkan, ‘Allahu a’lam’." (HR. Bukhari 4774)
Apa itu semua bukan bukti bahwa manusia pun bisa mengetahui kebenaran?

(4) Seorang yang berilmu wajib menjelaskan dan memperlihatkan kebenaran. Dan wajib baginya mengingkari kebatilan. Dalilnya sangat banyak dan terdapat ijma'. Andai manusia tidak ada yang tahu kebenaran, kenapa kita diperintahkan menyampaikan kebenaran.??

(5) Memegang kebenaran itu sebuah keharusan. Allah memerintahkan kita untuk yaqin dan melarang ragu terhadap ajaran Islam. Allah berfirman :

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (QS. al-Baqarah: 147). Sehingga siapa yang pemikirannya, aktivitasnya, ucapannya, disesuaikan dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti dia di posisi sesuai kebenaran.

     Sebaliknya, siapa yang tidak mengikuti ajaran beliau, menyimpang dari prinsip agama yang beliau sampaikan, maka dia sesat. Allah berfirman :

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

"Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa : 115)

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...