Minggu, 13 Oktober 2024

Jagalah Ibadah Kalian Walau Di Saat Harga Kebutuhan Naik



 

Jagalah Ibadah Kalian Walau Di Saat Harga Kebutuhan Naik

Jangan Resah Atau Mengeluh, Karena Allah Telah Menjamin Rizqi Kalian

     Fenomena kenaikan harga barang pernah terjadi pada zaman Nabi ﷺ, sehingga para Shahabat radhiyaallahu 'anhum mengadu.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه مرفوعاً: قال الناسُ: يا رسولَ الله، غَلَا السِّعْرُ فسَعِّرْ لنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ، وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ». (صحيح - رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وأحمد)

Dari Anas bin Malik radhiyaallāhu 'anhu- secara marfū', Orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, harga-harga menjadi mahal. Tetapkanlah harga untuk kami?" Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah yang berhak menetapkan harga (menaikkan dan menurunkan harga), Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rizqi. Sungguh aku berharap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezhaliman dalam darah (nyawa) dan harta.” (Hadits shahih. Diriwayatkan Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Mājah dan Ahmad)

قيل لأبي حازم سلمة بن دينار رحمه الله : « يَا أَبَا حَازِمٍ أَمَا تَرَى قَدْ غَلَا السِّعْرُ، فَقَالَ: وَمَا يَغُمُّكُمْ مِنْ ذَلِكَ؟ إِنَّ الَّذِي يَرْزُقُنَا فِي الرُّخْصِ هُوَ الَّذِي يَرْزُقُنَا فِي الْغَلَاءِ » حلية الأولياء لأبي نعيم (3/239).

Dikatakan kepada Abu Hazim rahimahullah : “Wahai Abu Hazim, tidakkah engkau mengetahui bahwa harga barang naik?” Beliau pun berkata : “Lantas apa yang membuat kalian resah dengan lonjakan harga tersebut?! Sesungguhnya Dzat yang memberi rizqi kepada kita di saat harga murah, Dia pula yang akan memberi rizqi kepada kita di saat harga mahal.” (lihat Hilyatul Auliya’)

     Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang salaf yang berkata:

والله لا أبالي ولو أصبحت حبة الشعير بدينار! عليَّ أن أعبده كما أمرني، وعليه أن يرزقني كما وعدني

“Demi Allah, aku tidak peduli dengan kenaikan harga barang, walaupun harga sebiji gandum adalah 1 dinar (4,25 gr emas). Kewajibanku adalah berbibadah kepada Allah sesuai yang ia perintahkan, dan Dia pasti akan memberikan rezekiku sebagaimana yang telah Dia janjikan.”

     Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. مَآ أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ. إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلْقُوَّةِ ٱلْمَتِينُ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan yang Sangat Kokoh.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56–58).

Kamis, 10 Oktober 2024

Hukum Mendoakan Keburukan Terhadap Orang Lain



 

Hukum Mendoakan Keburukan Terhadap Orang Lain

     Ajaran Islam itu wasath dan adil. Berada diantara 2 kubu yang ekstrim. Kubu 1 mengharamkan berdoa keburukan secara mutlaq, sedang kubu 2 menghalalkan dan membolehkan berdoa keburukan secara mutlak (termasuk kepada orang yang tidak berbuat zhalim). Kedua kubu tersebut sama-sama tidak berpegang dalil shahih.

     Hukum asal mendoakan keburukan orang lain itu haram. Namun ada pengecualian jika itu merupakan balasan atas kezholiman, sehingga kita dibolehkan mendoakan keburukan atas orang yang zholim dan enggan taubat. Ini termasuk kesempurnaan ajaran Islam dan sesuai dengan fitrah manusia minta keadilan Allah. Sebagian para nabi dan rasul pun juga mendoakan keburukan terhadap orang yang zholim.

     Allah Ta'ala berkalam :

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya (terdzolimi), dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS An-Nisa 148)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ} يَقُولُ: لَا يُحِبُّ اللَّهُ أَنْ يَدْعُوَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَظْلُومًا، فَإِنَّهُ قَدْ أُرْخِصَ لَهُ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى مَنْ ظَلَمَهُ، وَذَلِكَ قَوْلُهُ: {إِلا مَنْ ظُلِمَ} وَإِنْ صَبَرَ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ

     Ibnu Abbas rodhiallahu ‘anhu menjelaskan makna ayat; “Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan)” bahwa Allah tidak menyukai doa buruk seseorang atas orang lain, kecuali bagi yang terdzolimi. Sejatinya orang yang terdzolimi telah diberi keringanan (sehingga boleh) mendoakan keburukan orang yang telah mendzoliminya. Adapun lafal; “kecuali oleh orang yang dianiaya (terdzolimi)” jika ia bersabar maka itu lebih baik baginya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/442)

وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ: لَا يَدْعُ عَلَيْهِ، وَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِ، وَاسْتَخْرِجْ حَقِّي مِنْهُ. وَفِي رِوَايَةٍ عَنْهُ قَالَ: قَدْ أُرْخِصَ لَهُ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى مَنْ ظَلَمَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَعْتَدِيَ عَلَيْهِ.

     Hasan Al-Bashri rohimahulloh mengatakan; Jangan mendoakan (keburukan) padanya (orang yang mendzolimi kita), tapi katakanlah “Yaa Allah tolonglah aku atasnya” atau “Keluarkan hak ku darinya”. Dalam riwayat lain disebutkan, telah diberi keringanan (dibolehkan) untuk mendoakan keburukan pada orang yang mendzoliminya selama tidak melampaui batas (tidak berlebihan). (Tafsir Ibnu Katsir 2/443).

    Nabi Musa berdoa untuk kebinasaan Fir’aun dan bala tentaranya dengan diaminkan oleh Nabi Harun. Kemudian Allah kabulkan doa keduanya setelah 40 tahun. Ya, Fir’aun binasa setelah 40 tahun.

وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آَتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا

Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua".” (QS. Yunus: 88-89)

      Nabi Muhammad dan para Shahabat radhiyaallahu 'anhum juga pernah mendoakan keburukan terhadap orang zholim. Bahkan para malaikat pun melaknat atas idzin Allah. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat 161 :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir, mereka itulah yang mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia ajma'in."


Jumat, 04 Oktober 2024

Pertemanan Itu Tidak Bisa Dipaksakan, Tapi Bisa Dilupakan Dengan Menjauhi


 


Pertemanan Itu Tidak Bisa Dipaksakan, Tapi Bisa Dilupakan Dengan Menjauhi


✍🏼  Rasulullah bersabda :

الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (HR. Muslim)

✍🏼  Al-Khoththobi rahimahullah berkata :

على معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخير من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره، فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جُبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت

“Bisa jadi bermakna isyarat atas kesamaan dalam hal kebaikan dan kejelekan serta perbaikan dan kerusakan. dan bahwasanya manusia yang baik akan rindu kepada jenisnya (yang baik pula), sedangkan yang jelek dan semisal itu maka akan condong kepada yang sejenisnya pula. Para ruh akan saling mengenal, sehingga akan hinggap sesuai dengan tabiat yang telah diciptakan di atasnya dari kebaikannya maupun kejelekannya, maka apabila telah cocok maka akan saling mengenal, dan apabila berbeda maka akan saling mengingkari.” (lihat Al-Fath, juz 3, Halaman 199)

✍🏼  Renungkanlah kalam Allah berikut :

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً

“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan syaithan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan : 27-29)

Kamis, 19 September 2024

Fahamilah Perbedaan Khimar Dan Jilbab



 



Fahamilah Perbedaan Khimar Dan Jilbab


Ayat tentang "Khimar" di Surah An-Nur : 31

وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan "khimar" ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."

Ayat tentang "Jilbab" di Surah Al Ahzab : 59

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

"Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

✍🏻  Khimar (kerudung sedada) fungsinya untuk menutup aurat wanita. Yang terbaik berwarna putih. Bisa dipakai untuk pakaian sholat di rumah atau untuk pakaian keseharian di dalam rumah agar malaikat rahmat mau masuk ke dalam rumah.

✍🏻  Jilbab untuk menutup seluruh tubuh dan perhiasan wanita (termasuk menutupi khimar dan baju yang dipakai wanita). Disunnahkan berwarna gelap atau tidak menarik sebagaimana fungsinya untuk menutupi perhiasan wanita. Jilbab diwajibkan bagi wanita merdeka. Dan tidak diwajibkan bagi wanita merdeka yang sudah tua dan budak wanita, kecuali jika dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah yang bermadhorot. Wa Allahu a'lam.

Bukti Diriku Tidak Ikut Pemilu

 Bukti Diriku Tidak Ikut Pemilu




Jumat, 13 September 2024

Ada 4 Golongan Manusia Apabila Mereka Mati Maka Diriku Tidak Ingin Mensholati


 

Ada 4 Golongan Manusia Apabila Mereka Mati Maka Diriku Tidak Ingin Mensholati


✍🏼  Diriku wajib lebih mendahulukan ridha Allah daripada mencari ridha manusia atau mencari simpati makhluk. Insya Allah ada 4 jenis manusia, apabila mereka mati maka diriku tidak ingin mensholati (kecuali jika الله berkehendak lain) yaitu :
1️⃣  Orang yang sengaja meningggalkan sholat tanpa udzur yang dibenarkan syar'iat Allah.
2️⃣  Ahlul Ahwa' (pengikut hawa nafsu)
3️⃣  Al-Mujahirin (orang-orang fasiq yang berbuat dosa besar atau kezhaliman secara terang-terangan); dan setelah itu
4️⃣  Orang-orang yang membenciku bukan karena Allah tapi karena hawa nafsu.

       Dengan tanpa memandang dari sisi harta, perkerjaan, jabatan, nasab ataupun hubungan kerabat dsb, karena diriku tidak ingin mensholati orang-orang yang amalan zhahirnya dibenci Allah. Sebagaimana dalam HR. Muslim bahwa Nabi ﷺ tidak mau sholati orang yang mati bunuh diri atau pelaku dosa semisal sebagai pelajaran.

✍🏼  Orang yang tabiatnya baik insya-Allah akan senang kumpul dengan orang baik. Dan orang yang tabiatnya buruk (jelek) akan suka kumpul dengan orang yang buruk pula. Diriwayatkan dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :

الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها ائتلف، وما تناكر منها اختلف

“Ruh-ruh adalah tentara yang berkelompok-kelompok. Yang saling mengenal akan bersatu, dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.” 
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

✍🏼  Al-Khoththobi rahimahullah berkata :

على معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخير من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره، فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جُبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت

“Bisa jadi bermakna isyarat atas kesamaan dalam hal kebaikan dan kejelekan serta perbaikan dan kerusakan. dan bahwasanya orang yang baik akan rindu kepada jenisnya (yang baik pula), sedangkan yang jelek dan semisal itu maka akan condong kepada yang sejenisnya pula. Para ruh akan saling mengenal, sehingga akan hinggap sesuai dengan tabiat yang telah diciptakan di atasnya dari kebaikannya maupun kejelekannya, maka apabila telah cocok maka akan saling mengenal, dan apabila berbeda maka akan saling mengingkari.” (lihat Al-Fath, juz 3 hal. 199)

Rabu, 11 September 2024

Kemuliaan Dan Keutamaan Shalat Malam






 

Kemuliaan Dan Keutamaan Shalat Malam


     Allah Ta’ala berkalam :

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18)

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 15-18)

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (16) فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (17)

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 16-17).

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)

     Allah Ta’ala bercerita tentang ‘ibadurrahman (hamba-hamba Ar-Rahman).

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64)

“Dan hamba-hamba Ar-Rahman itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqon: 63-64). Dan di akhir ayat tentang 'ibadurrahman, Allah berkalam :

أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا

“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.”  (QS. Al-Furqon: 75)


Pentingnya Kedudukkan Shalat Malam

     Di antara yang menunjukkan pentingnya shalat malam adalah bahwa di awal Islam yang diwajibkan bukan shalat lima waktu. Shalat lima waktu baru diwajibkan tatkala isra dan mi’raj. Allah Ta’ala turunkan perintah-Nya melalui Surat Al-Muzammil di awal-awal Islam.

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5) إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا (6)

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS.Al-Muzammil: 1-6)

     Ummul Mukmini Aisyah radhiallahu ‘anha menjelaskan bahwa Rasulullah dan para sahabat shalat malam selama hampir setahun. Karena hal ini diwajibkan oleh Allah Ta’ala. Setelah satu tahun barulah Allah turunkan penutup dari Surat Al-Muzammil ini.

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِن ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرْضَىٰ ۙ وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al-Muzammil: 20)

Kemuliaan Seorang Mukmin Ada Pada Shalat Malam Dan Tidak Merasa Membutuhkan Manusia

     Rasulullah bersabda :

أَتَانِـيْ جِبْـرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُـحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ.

“Malaikat Jibril mendatangiku, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sekehendakmu karena kamu akan mati, cintailah seseorang sekehendakmu karena kamu akan berpisah dengannya, dan beramallah sekehendakmu karena kamu akan diberi balasan, dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mukmin itu ada pada shalat malamnya dan tidak merasa butuh terhadap manusia.” (HR. Al-Hakim).

       Rasulullah pernah bersabda mengenai diri ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّيْ مِنَ اللَّيْلِ.

“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah, seandainya ia mau shalat malam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

     Tatkala Anda bangun di tengah malam, berkhalwat dan bersendirian dengan Allah:

وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

“shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.”


Keutamaan Mendekatkan Diri Kepada Allah Di Sepertiga Malam Terakhir


     Rasulullah bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ ؟

“Rabb kita Tabaaraka wa Ta’aala turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan berikan, dan barangsiapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

     Seorang penyair mengatakan,

لبِستُ ثوب الرَّجا والناس قد رقدوا
وَبِتُّ أشكوا إلى مولاي مـا أجـدُ

وقُلتُ يا أمَلـي فـي كـلِّ نائبـة
ومَن عليه لكشف الضُّـرِّ أعتمـد

Aku memakai pakaian harapanku, sementara orang-orang sedang tidur.
Aku bangun shalat, aku keluhkan segalanya kepada Tuhanku tak ada selain-Nya.

Dan kukatakan wahai Tuhanku tempat aku kembali dalam semua permasalahan.
Dan kepada Dia untuk mengangkat masalah, Engkaulah tempatku bersandar.

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. (QS. Yusuf: 86)

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...