Wahai Jin Dan Manusia..! Pahamilah.. dan Jangan Salah Prasangka
Kewajiban Menyampaikan As Sunnah dan Membela Al Haq (Kebenaran) Serta Menjelaskan Bid'ah Dan Membantah Kebatilan
Kewajiban kita hanya sebatas menyampaikan nasihat dan saling menasehati dengan menunaikan amar ma'ruf nahi munkar. Allah Ta'ala berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. (QS. Ali Imron : 110)
Maka serulah mereka untuk menyembah Allah, dan janganlah kalian merasa kecewa (bersedih hati) terhadap orang yang sesat di antara mereka. Karena sesungguhnya bukanlah tugasmu memberi mereka petunjuk. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, dan Allah yang akan menghisab. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ} "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi." (Al-Qashash: 56). Allah juga berfirman : {لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ} "Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk." (Al-Baqarah: 272)
الهيثم بن جميل: قلت لمالك ابن انس: الرجل يكون عالما بالسنة أيجادل عنها؟ قال: لا .. ولكن يُخبِر بالسنة فإن قُبِلتْ منه وإلا سكت
Al Haitsam bin Jamil mengatakan, saya pernah berkata kepada Imam Malik bin Anas rahimahullah : “seseorang yang alim (berilmu) terhadap Sunnah Nabi, apakah boleh ia berdebat tentang As Sunnah?”. Imam Malik menjawab: “Jangan (debat secara langsung)! Namun sampaikanlah tentang As Sunnah. Jika diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak diterima, ya sudah diam.” (lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 2/94).
Ibnu Hazm Al Andalusi rahimahullah mengatakan:
وَلَا تنصح على شَرط الْقبُول مِنْك فَإِن تعديت هَذِه الْوُجُوه فَأَنت ظَالِم لَا نَاصح وطالب طَاعَة وَملك لَا مؤدي حق أَمَانَة وأخوة وَلَيْسَ هَذَا حكم الْعقل وَلَا حكم الصداقة لَكِن حكم الْأَمِير مَعَ رَعيته وَالسَّيِّد مَعَ عبيده
“Jangan engkau menasehati orang dengan mempersyaratkan harus diterima nasehat tersebut darimu, jika engkau melakukan perbuatan berlebihan yang demikian, maka engkau adalah orang yang zhalim bukan orang yang menasehati. Engkau juga orang yang menuntut ketaatan bak seorang raja, bukan orang yang ingin menunaikan amanah kebenaran dan persaudaraan. Yang demikian juga bukanlah perlakuan orang berakal dan bukan perilaku kedermawanan, namun bagaikan perlakuan penguasa kepada rakyatnya atau majikan kepada budaknya.” (lihat Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus, 45).
Jika diterima maka itu yang kita harapkan. Sedang jika ditolak maka kita tidak disyari'atkan untuk memaksa manusia dengan memberi hukuman, memukul atau semisal. Tapi cukup kita tinggalkan atau menjauhi. Allah Ta'ala berfirman :
وَاِذَا رَاَيْتَ الَّذِيْنَ يَخُوْضُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِنَا فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖۗ وَاِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرٰى مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
"Apabila engkau melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika syaithan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zhalim." (QS. Al-An'am Ayat: 68)
وَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا
"Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik." (QS. Al-Muzzammil Ayat: 10). Yaitu menjauhi tidak dengan cara tercela. Jangan berteman atau duduk-duduk bersama mereka agar kita tidak ikut menanggung dosanya ataupun tertular keburukannya. Sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata:
لاَ تُجَالِسْ أَهْلَ اْلأَهْوَاءِ فَإِنَّ مُجَالَسَتَهُمْ مُمْرِضَةٌ لِلْقُلُوْبِ.
“Janganlah engkau duduk bersama pengikut hawa nafsu, karena akan menyebabkan hatimu sakit.” (Lihat al-Ibaanah libni Baththah al-‘Ukbary (II/438 no. 371, 373).)
قال شيخ الإسلام ابن تيمية -رحمه الله- : "هذه الأمة ولله الحمد لم يزل فيها من يتفطن لما في كلام أهل الباطل من الباطل ويرده"
( مجموع الفتاوى | ٢٣٣/٩)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: " Umat ini dan segala puji hanya bagi Allah, senantiasa ada di dalamnya orang-orang yang memahami dan membantah kebatilan yang ada pada ucapan ahlu batil."
(lihat Majmu' al-Fatawa / 9 - 233)
Tujuan diriku menulis ataupun menyampaikan insya Allah semata-mata mengharap keridhaan Allah dengan menunaikan kewajiban. Agar kelak bisa menjadi hujjah bagi diriku bahwa diriku telah menyampaikan semampuku. Jika diriku tidak menyampaikan atau hanya mengingkari kemungkaran dengan hati (yang mana pengingkaran dengan hati itu termasuk selemah-lemah iman), maka ketahuilah para malaikat tidak mencatat amalan hati tapi hanya mencatat ucapan dan perbuatan. Allah Ta’ala berfirman,
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18).
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Infithar : 10-12).
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
Yaumul Itsnaini, 19 Jumadil Akhir 1445 H
( 01 - 01 - 2024 M )