Perhatikan Dari Siapa Engkau Mengambil Ilmu Agama?
Muhammad bin Sirin rahimahullah, beliau mengatakan:
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
“Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama..” (Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam Al Ilal, 1/355).
Imam Malik rahimahullah berkata :
لاَ يُؤْخَذُ الْعِِلْمُ عَنْ أَرْبَعَةٍ: سَفِيْهٍ مُعلِنِ السَّفَهِ , وَ صَاحِبِ هَوَى يَدْعُو إِلَيْهِ , وَ رَجُلٍ مَعْرُوْفٍ بِالْكَذِبِ فِيْ أَحاَدِيْثِ النَّاسِ وَإِنْ كَانَ لاَ يَكْذِبُ عَلَى الرَّسُوْل صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَ رَجُلٍ لَهُ فَضْلٌ وَ صَلاَحٌ لاَ يَعْرِفُ مَا يُحَدِّثُ بِهِ
“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, (2) Shahibu hawa’ (ahlul bid’ah) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, (4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui (derajat) hadits yang dia sampaikan.” (lihat At Tamhid, karya Ibnu Abdil Barr, 1/66, dinukil dari Min Washayal Ulama, 19).
Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan :
كَانُوا إِذَا أَتَوْا الرَّجُلَ لِيَأْخُذُوا عَنْهُ، نَظَرُوا إِلَى هديه، وَإِلَى سَمْتِهِ، وَ صلاته, ثم أخذوا عنه
“Para salaf dahulu jika mendatangi seseorang untuk diambil ilmunya, mereka memperhatikan dulu (1) bagaimana akidahnya, (2) bagaimana akhlaknya, (3) bagaimana shalatnya, baru setelah itu mereka mengambil ilmu darinya” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan-nya, no.434).
Maka hendaknya kita tidak tertipu oleh kepiawaian seseorang dalam berbicara, padahal kosong dari 3 kriteria di atas. Orang yang piawai bicara, bahasanya fasih dan menyihir, kata-katanya indah, belum tentu orang yang layak diambil ilmunya. Bahkan Nabi ﷺ bersabda :
إن أخوف ما أخاف على أمتي كل منافق عليم اللسان
“Yang paling aku takutkan terhadap umatku adalah setiap orang munafiq yang pintar berbicara” (HR. Ahmad [1/22], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [1013]).
4 Rukun Akhlaq Mulia
قال ابن القيم رحمه الله تعالى: وحسن الخلق يقوم على أربعة أركان لا يتصور قيام ساقه إلا عليها: الصبر والعفة والشجاعة والعدل
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah Ta’ala berkata :
“Dan akhlaq mulia akan tegak di atas empat rukun yang tidak akan tergambarkan tegaknya tiang akhlaq mulia kecuali di atas empat rukun tersebut : (1) kesabaran (sabar dalam ketaatan, sabar menjauhi maksiat dan sabar terhadap Taqdir Allah), (2) menjaga 'iffah kehormatan diri, (3) keberanian, dan (4) keadilan.” (lihat Madarijus Salikin (2/308) karya Ibnul Qoyyim)
Catatan :
▪ Silahkan beritahu aku..siapa pak ustadz Salafiyyah yg berhak kujadikan guru?
▪ Jk diriku tidak menjumpai mk insya Allah diriku akan berdoa minta ilmu nafi' kpd Allah Al 'Alim kmd menempuh jalan mencari ilmu secara maknawi (dg mendengarkan rekaman, membaca kitab dll). Ini jg yg pernah dinasehatkan Abu Mas'ud sblm kami berselisih. Lagian hanya Allah yang mampu dan memberiku hidayah..sama sekali bukan pak ustadz Salafiyyah yg tlh memberiku hidayah.
▪ Diriku saja tdk mau menyembah Abu Bakr Ash Shidiq..walau diriku pernah mimpi melihatnya bersama bbrp Shahabat Nabi. Shg jangan berharap diriku mau menyembah pak ustadz Salafi. Drpd diriku diituntut berbuat syirik akbar dg menyembah akabir..insya Allah lebih baik seluruh pak ustadz Salafiyyah beserta semua pengikutnya yg ada di muka bumi akan kuajak berhakim kpd Allah dg mubahalah. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar