Sholat Jum'at Di Belakang/Ma'al Umara
1. Perintah Nabi untuk sholat di belakang umara' sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.
2. Beberapa Shahabat Nabi memerintahkan sholat Jum'at di belakang umara' dan tidak ada seorang pun dari para shahabat Nabi yang menyelisihi.
3. Ijma' Ahlus Sunnah tentang bolehnya sholat di belakang umara' yang zholim/fasiq selama tidak keluar dari Islam..sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab Ushul Sunnah.
4. Kalam para aimah Ahlus Sunnah tentang wajibnya sholat Jum'at di belakang umara' spt Hasan Al Bashri, Sufyan Ats Tsauri, Ibnu Taimiyyah dll.
5. Syaikh Abdus Salam Barjas mengatakan sholat Jum'at hukum asalnya tidak berbilang (tidak di banyak masjid). Syaikh Albani mengatakan mengadakan sholat Jum'at di banyak masjid (tanpa sebab yg dibenarkan syari'at) termasuk menyelisihi Sunnah. Syaikh Utsaimin mengatakan wajib sholat Jum'at di belakang umara'. Demikian fatwa syaikh Sholih Fauzan dalam syarh Aqidah Wasithiyyah.
Sedang mereka yang enggan sholat Jum'at ma'al umara' serta mengatakan bolehnya mengadakan sholat Jum'at sendiri dan iftirraq/memisahkan diri dari umara' :
1. Tidak mampu sebutkan dalil bolehnya tidak sholat Jum'at ma'al umara'.
2. Tidak mampu mendatangkan burhan dan kalam salaf yang berpendapat demikian.
3. Menolak, tidak berani atau enggan diajak berhakim kepada Allah dengan mubahalah.
Karena kalah hujjah maka mulutnya bisanya keluar celaan "bahlul" dll dan perkataan dusta. Diriku pernah bertemu salafi beragam versi..kebanyakan punya karakter seperti itu ketika kalah hujjah maka lesannya banyak dusta, gemar main keroyok ataupun blokir.
■ Diriku tak ingin jidal langsung dengan mereka karena para salaf melarang bermajelis ataupun jidal dengan ahlul ahwa'. Lain hal membantah lewat tulisan maka dibolehkan secara ijma' dan bisa wajib. Kecuali jika ada udzur atau sebab yang dibenarkan syari'at.
■ Gemar tafarruq dan enggan sholalat Jum'at di belakang umara' setahuku itu insya Allah jauh lebih buruk daripada bid'ah panti asuhan/TN. Panti Asuhan/TN insya Allah masih ada rukhshoh jika darurat yaitu untuk selamatkan diri sebagaimana makan bangkai ketika kelaparan. Tentunya dengan seperlunya saja serta tetap meyakini dan menjelaskan perkara tersebut haram.
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين
Kamis, 07 September 2023
Sholat Jum'at Di Belakang/Ma'al Umara
Rabu, 06 September 2023
Syair Qoshidah "Teman Dekat Di Saat Makmur Itu Banyak" Karya Hassan bin Tsabit
أبيات قصيدة أخلاء الرخاء هم كثير لـحسان بن ثابت
Syair Qoshidah "Teman Dekat Di Saat Makmur Itu Banyak" Karya Hassan bin Tsabit
أَخِلّاءُ الرَخاءِ هُمُ كَثيرٌ وَلَكِن في البَلاءِ هُمُ قَليلُ
فَلا يَغرُركَ خُلَّةُ مَن تُؤاخي فَما لَكَ عِندَ نائِبَةٍ خَليلُ
وَكُلُّ أَخٍ يَقولُ أَنا وَفِيٌّ وَلَكِن لَيسَ يَفعَلُ ما يَقولُ
سِوى خِلٍّ لَهُ حَسَبٌ وَدينٌ فَذاكَ لِما يَقولُ هُوَ الفَعولُ
Hassan bin Tsabit radhiyaallahu 'anhu mengatakan :
"Sahabat di saat keadaan makmur jumlahnya banyak. Namun di saat banyak ujian mereka sedikit..
Jangan tertipu dengan pengakuan orang yang mengaku saudaramu, di saat ada musibah tak satupun yang menemanimu..
Semua orang yang mengaku saudara akan berkata: "Aku penuhi janji", tetapi dia tidak mengamalkan perkataannya..
Kecuali sahabat yang memiliki kemuliaan dan "agama". Dialah yang sesuai antara perkataan dan perbuatan."
( lihat https://xn--igbhe1a7h.com/wiki/%D8%A3%D8%AE%D9%84%D8%A7%D8%A1_%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%AE%D8%A7%D8%A1_%D9%87%D9%85_%D9%83%D8%AB%D9%8A%D8%B1 )
Sabtu, 02 September 2023
Tahukah Engkau Dalih Yang Sering Dipakai Ahlul Ahwa' Ketika Kalah Hujjah ?
"مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي"
Ketika orang kalah hujjah (tak mampu sebutkan dalil dari kitabullah dan As Sunnah serta salafnya) maka sering kali kita jumpai mereka berdalih (yaitu alasan yang dicari-cari untuk membenarkan suatu perbuatan mereka) dengan kalam imam Asy Syafi'i. Dalih ini juga yang sering dinukil orang-orang semisal Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, para pak kyai ataupun para pak ustadz ketika kalah hujjah. Lain hal ketika mereka merasa unggul dan di atas hujjah..walau tanpa diminta untuk membantah lawan, biasanya mereka akan semangat menulis bantahan.
قال الإمام الشافعي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي
Imam Asy Syafi'i berkata : “Setiap kali berdebat dengan orang 'alim, aku selalu menang. Tetapi anehnya kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tak berdaya.."
Maka sebagai tanggapan, kita katakan :
(1) Kalam imam Asy Syafi'i rahimahullah itu bukan dalil bolehnya berdiam diri atau tidak membantah kebatilan jika memang mampu dan tanpa sebab/udzur yang dibenarkan untuk tidak membantah.
(2) Larangan para salaf terkait jidal dengan ahlu ahwa' (ahlu bid'ah) itu jika jidal secara langsung atau dalam satu majelis. Sedang dalam membantah ahlu ahwa' atau kebatilan lewat tulisan, maka sering diamalkan para aimah Ahlus Sunnah dan insya Allah dibolehkan secara ijma'.
(3) Imam Asy Syafi'i mengatakan hal demikian itu wajar. Beliau dikenal sebagai mujaddid dan orang paling 'alim pada zamannya..sehingga bukan hal dusta dan bukan mengherankan jika imam Asy Syafi'i selalu menang debat dengan orang yang kealiman/ilmunya dibawah beliau.
Lalu bagaimana dengan relita Ahlul Ahwa'?
"Debat dengan orang bodoh, mereka kalah.? Debat dengan orang biasa (penuntut ilmu), juga bisa kalah hujjah.? Terlebih lagi jika debat dengan orang yang lebih 'alim dari mereka, bagaimana mungkin mereka bisa menang hujjah.? Setahuku itu diantara hilah yang sering dipakai para pendusta untuk menutupi diri ketika mereka kalah hujjah. Wa Allahu a'lam. Laa haula wa laa quwwata illa billah..
Allah Ta'ala berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al Maidah : 50).
قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shodiq dari kejujuran mereka. Bagi mereka Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah. Itulah kemenangan yang agung." (QS. 5 Al-Maidah : 119).
Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukany rohimahullah berkata:
«إن الباطل وإن ظهر على الحق في بعض الأحوال وعلاه، فإن الله سيمحقه ويبطله ويجعل العاقبة للحق وأهله»
"Sesungguhnya kebathilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya."
Allah Ta'ala berfirman:
فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Qoshosh : 50).
رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ
"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Ar Rohman, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين
Selasa, 22 Agustus 2023
Janganlah Engkau Dalam Menyikapi Kebenaran Seperti Orang-orang Bodoh
Janganlah Engkau Dalam Menyikapi Kebenaran Seperti Orang-orang Bodoh
Imam Al Hasan Al Bashri Rahimahullah Ta'ala berkata :
لا تكُن ممن يجمعُ علمَ العلماء، وحِكَمَ الحُكَماء، ويجري في الحق مجرى السفهاء
"Jangan engkau termasuk kalangan orang-orang yang mengumpulkan ilmu para ulama dan hikmah-hikmah orang bijak namun dalam menyikapi kebenaran seperti orang-orang dungu (yang tidak mengetahui). "
(lihat Adabul Hasan Al Bashri hal 41)
Kamis, 17 Agustus 2023
Bolehkah Kaum Muslimin Mengadakan Perayaan Tiap Tahun Selain 'Idul Fithri Dan 'Idul Adha?
Bolehkah Kaum Muslimin Mengadakan Perayaan Tiap Tahun Selain 'Idul Fithri Dan 'Idul Adha?
Rasulullah ﷺ bersabda :
إن لكل قوم عيدا ، وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Id sendiri, dan Idul Fitri ini adalah Id kita (kaum Muslimin).” (HR. Bukhari no. 952, 3931, Muslim no. 892)
Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa 'Id termasuk bagian dari agama. Artinya bahwa dalam 'Id mengandung perkara ibadah. Oleh karena itu para ulama juga menghukumi perayaan-perayaan semacam perayaan maulid Nabi, Isra' Mi'raj, dan Yaumul Wathani (hari kemerdekaan) sebagai perkara bid'ah. Dan perkara bid'ah telah jelas hukumnya sebagaimana dalam hadits :
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس فيه فهو رد
“Orang yang membuat perkara baru dalam agama ini, maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Bukhari, no. 2697)
Andaikan mereka menolak bahwa perayaan-perayaan tersebut termasuk tasyabbuh dan bidah, maka terdapat larangan khusus mengenai hal ini, yaitu Rasulullah ﷺ melarang umatnya membuat Id baru selain dua hari Id yang sudah ditetapkan syariat. Hal ini diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu :
قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
“Di masa Rasulullah ﷺ baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang.
Rasulullah ﷺ bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’
Warga Madinah menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan bersenang-senang.’
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR. Abu Daud, 1134, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/119, disahihkan Al Albani dalam Sahih Abi Daud, 1134)
Dalam hadits ini, 'Id yang dirayakan penduduk Madinah ketika itu bukanlah hari raya yang terkait ibadah. Bahkan hari raya yang hanya hura-hura dan senang-senang. Namun tetap dilarang oleh Rasulullah ﷺ. Ini menunjukkan terlarangnya membuat 'Id baru selain dua hari 'Id yang sudah ditetapkan syariat, baik Id tersebut tidak terkait dengan ibadah, maupun terkait dengan ibadah.
Fatwa Para Ulama Ahlus Sunnah
☆ Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts wal Ifta’
ما كان من ذلك مقصوداً به التنسك والتقرب ، أو التعظيم كسباً للأجر ، أو كان فيه تشبه بأهل الجاهلية ، أو نحوهم من طوائف الكفار : فهو بدعة محدثة ممنوعة ، داخلة في عموم قول النبي صلى الله عليه وسلم : (من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد) رواه البخاري ومسلم.
مثال ذلك : الاحتفال بعيد المولد ، وعيد الأم ، والعيد الوطني ؛ لما في الأول من إحداث عبادة لم يأذن بها الله ، ولما في ذلك من التشبه بالنصارى ونحوهم من الكفرة ، ولما في الثاني والثالث من التشبه بالكفار
“Kemudian jika 'Id diselenggarakan dalam rangka taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap pahala serta pengagungan sesuatu, atau di dalamnya terdapat unsur tasyabbuh kepada orang Jahiliyyah atau semacam mereka, misalnya menyerupai orang kafir, maka yang demikian ini termasuk bidah dan terlarang, karena termasuk dalam keumuman sabda Nabi ﷺ: “Orang yang membuat perkara baru dalam agama ini, maka amalannya tersebut tertolak” (HR. Bukhari-Muslim)
Contohnya perayaan Maulid Nabi, perayaan Hari Ibu, dan perayaan Hari Kemerdekaan. Contoh yang pertama, termasuk membuat-buat ritual ibadah baru yang tidak diizinkan oleh Allah. Yang demikian juga merupakan tasyabbuh terhadap orang Nasrani dan kaum kuffar lainnya. Sedangkan contoh kedua dan ketiga, termasuk tasyabbuh terhadap kaum kuffar.” (lihat Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 3/88)
☆ Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz
أما اليوم الوطني والاحتفال بيوم وطني أو في أي يوم أو في ليلة الرغائب كل هذا بدعة كلها من البدع ومن التشبه بأعداء الله
https://binbaz.org.sa/old/5615
“Adapun Yaumul Wathani atau perayaan Yaum Wathani, atau perayaan Malam Raghaib, semua ini merupakan kebidahan, dan menyerupai kebiasaan para musuh Allah.”
☆ Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
إن كل الأعياد التي تخالف الأعياد الشرعية كلها أعياد بدع حادثة ، لم تكن معروفة في عهد السلف الصالح ، وربما يكون منشؤها من غير المسلمين أيضا ، فيكون فيها مع البدعة مشابهة أعداء الله سبحانه وتعالى ، والأعياد الشرعية معروفة عند أهل الإسلام ؛ وهي عيد الفطر ، وعيد الأضحى ، وعيد الأسبوع ” يوم الجمعة ” ، وليس في الإسلام أعياد سوى هذه الأعياد الثلاثة
“Semua perayaan yang bertentangan dengan perayaan-perayaan yang syari, semua adalah perayaan yang bidah. Tidak dikenal di zaman Salafus Shalih. Dan terkadang awal kemunculannya berasal dari kaum non-Muslim. Sehingga selain bidah, perayaan seperti itu juga menyerupai musuh-musuh Allah subhanahu wa taala. Dan perayaan yang disyariatkan dalam Islam adalah: Idul Fitri, Idul Adha, dan hari raya pekanan yaitu Jumat. Dalam Islam tidak ada hari raya lagi selain tiga hari raya ini.” (lihat Majmu Fatawa Ibnu Al Utsaimin, 2/301)
Maka tidak selayaknya mengikuti perayaan-perayaan demikian. Lebih lagi ketika di dalamnya banyak sekali hal yang bertentangan dengan syariat, seperti musik, nyanyian, ikhtilath (campur-baur lelaki dan wanita), berjoget, dll.
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين
Senin, 07 Agustus 2023
Siapa Manusia Yang Paling Tinggi Kedudukannya Dan Paling Afdhal ?
Siapa Manusia Yang Paling Tinggi Kedudukannya Dan Paling Afdhal ?
Imam Asy Syafi'i Rahimahullah berkata :
أرفع الناس قدرًا من لا يرى قدره، وأكثرهم فضلاً من لا يرى فضله
"Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah seorang yang tidak memandang dirinya memiliki kedudukan..
Manusia yang paling banyak keutamaannya di kalangan mereka adalah yang tidak memandang dirinya punya keutamaan."
(lihat Siyar A'lam An Nubalaa 10/99)
Selasa, 01 Agustus 2023
Tahukah Engkau Ghibah Yang Wajib Dan Mubah?
Tahukah Engkau Ghibah Yang Wajib Dan Mubah?
"أقسام الغِيبة" Pembagian Ghibah
للغيبة ثلاثة أقسام:
1- الغِيبة المحرمة:
وهي ذكرك أخاك المسلم في غيبته بما يكره بعيب فيه مخفي، سواء كان هذا العيب خَلْقي أم خُلُقي، في دينه أو دنياه، ولا شك أنَّه محرم في الكتاب، والسنة، والإجماع، للأدلة الواردة سلفًا في هذا الباب.
قال ابن القيم -وهو يتحدث عن الغِيبة-: (وإذا وقعت على وجه ذم أخيك، وتمزيق عرضه، والتفكه بلحمه، والغض منه، لتضع منزلته من قلوب الناس، فهي الداء العضال، ونار الحسنات التي تأكلها كما تأكل النار الحطب)
2- الغِيبة الواجبة:
هي الغِيبة التي بها يحصل للفرد نجاة مما لا يحمد عقباه، أو مصيبة كانت محتملة الوقوع به، مثل التي تطلب للنصيحة عند الإقبال على الزواج لمعرفة حال الزوج، أو كأن يقول شخص لآخر محذرًا له من شخص شرير: إن فلان يريد قتلك في المكان الفلاني، أو يريد سرقة مالك في الساعة الفلانية، وهذا من باب النصيحة.
3- الغِيبة المباحة:
كما أن الغِيبة محرمة لما فيها من أضرار تمس الفرد، إلا أنَّها مباحة بضوابطها لغرض شرعي صحيح، لا يمكن الوصول لهذا الغرض إلا بهذه الغِيبة، وبدون هذه الضوابط تصبح محرمة.
قال النووي: (اعلم أنَّ الغِيبة تباح لغرض صحيح شرعي لا يمكن الوصول إليه إلا بها وهو ستة أبواب:
الأول: التظلم، فيجوز للمظلوم أن يتظلم إلى السلطان والقاضي وغيرهما مما له ولاية أو قدرة على إنصافه من ظالمه، فيقول: ظلمني فلان كذا.
الثاني: الاستعانة على تغيير المنكر ورد المعاصي إلى الصواب، فيقول لمن يرجو قدرته على إزالة المنكر: فلان يعمل كذا، فازجره عنه.
الثالث: الاستفتاء، فيقول: للمفتي: ظلمني أبي، أو أخي، أو زوجي، أو فلان بكذا.
الرابع: تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم.
الخامس: أن يكون مجاهرًا بفسقه أو بدعته، كالمجاهر بشرب الخمر ومصادرة الناس وأخذ المكس وغيرها.
السادس: التعريف، فإذا كان الإنسان معروفًا بلقب الأعمش، والأعرج والأصم، والأعمى والأحول، وغيرهم جاز تعريفهم بذلك.
فهذه ستة أسباب ذكرها العلماء وأكثرها مجمع عليها، دلائلها من الأحاديث الصحيحة مشهورة)
https://dorar.net/akhlaq/2536/%D8%A3%D9%82%D8%B3%D8%A7%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%BA%D9%8A%D8%A8%D8%A9
Ghibah (Menggunjing) Dibagi 3
1- Ghibah (Menggunjing) Yang Diharamkan :
Yaitu menyebutkan saudaramu Muslim dalam ketidakhadirannya tentang apa yang dia benci tentang cacat tersembunyi dalam dirinya, apakah cacat itu bawaan atau moral, dalam agamanya atau di dunianya, dan tidak ada keraguan bahwa itu diharamkan dalam Al Kitab (Al Qur'an), As Sunnah, dan ijma dengan dalil-dalil yang disebutkan sebelumnya dalam bab ini.
Ibnul Qayyim mengatakan - saat berbicara tentang ghibah - : (Dan jika jatuh pada wajah saudaramu fitnah, merobek kehormatannya, merobek dagingnya, dan menutup mata terhadapnya, untuk menurunkan statusnya dari hati orang, itu adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan api yang memakan amal kebaikannya seperti api yang memakan kayu).
2- Ghibah (Menggunjing) Yang Wajib :
Ini adalah ghibah yang dengannya seseorang dapat diselamatkan dari akibat yang tidak terduga, atau malapetaka yang mungkin menimpanya, seperti meminta nasihat ketika akan menikah untuk mengetahui kondisi suami, atau seolah-olah satu orang berkata kepada yang lain memperingatkannya tentang orang jahat: Si fulan ingin membunuhmu di tempat ini dan itu, Atau dia ingin mencuri uangmu pada jam sekiaan, dan ini masalah nasihat.
3- Ghibah (Menggunjing) Yang Mubah/Diperbolehkan :
Seperti ghibah dilarang karena bahaya yang ditimbulkannya yang mempengaruhi individu, tetapi ghibah diperbolehkan dengan tujuan sah yang sah, dan tujuan ini tidak dapat dicapai kecuali dengan ghibah ini, dan tanpa kontrol ini menjadi dilarang.
Al-Nawawi berkata: (Ketahuilah bahwa ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang sah yang tidak dapat dicapai tanpa itu, dan itu adalah enam bab:
■ Yang pertama: pengaduan, maka dibolehkan bagi yang terzhalimi untuk mengadu kepada Sulthan (penguasa), Qodhi (hakim), dan orang lain yang memiliki yurisdiksi atau kemampuan untuk menebusnya dari kezhalimannya, dengan mengatakan: Saya dizhalimi oleh fulan demikian.
■ Yang kedua: mencari bantuan untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan kemaksiatan ke jalan yang benar, maka dia berkata kepada mereka yang berharap bahwa dia akan dapat menghilangkan kemungkaran (kejahatan) : Ini-dan-itu melakukan ini dan itu, maka tegurlah dia untuk itu.
■ Yang ketiga: minta fatwa, dan dia berkata: kepada mufti: Ayah saya, atau saudara laki-laki saya, atau suami saya, atau fulan demikian (menzhalimi saya dengan ini).
■ Keempat : Tahdzir/memperingatkan umat Islam terhadap keburukan (kejahatan) dan menasihati mereka.
■ Kelima: Bahwa dia terang-terangan menyatakan kemaksiatan atau kebid'ahan (kesesatan)nya, seperti terang-terangan meminum miras, menyita orang, memungut pajak, dan sebagainya.
■ Keenam: Memperkenalkan, maka jika seseorang dikenal dengan gelar Al-A’mash, lumpuh, tuli, buta, juling, dan lain-lain, maka diperbolehkan mengenalkannya.
Ini adalah enam alasan yang disebutkan oleh para ulama dan sebagian besar disepakati secara bulat, dalilnya adalah dari hadits-hadits shahih.
"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah
"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...
-
Hukum Shalat Jenazah Di Al-Maqbaroh Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama'a h Dalil Yang Secara Umum Melarang Shalat Di Al-Maqbaroh (Kuburan) ...
-
Pembagian Tauhid Dan Asal Usulnya Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Tidak Mewajibkan Pembagian Tauhid Men...