Selasa, 03 Oktober 2023

Apabila Ahlul Haqq Diam Dari Menjelaskan Kebenaran




 

Apabila Ahlul Haqq Diam Dari Menjelaskan Kebenaran


     Allah Ta'ala Berfirman :

وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166) }

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kalian dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya, Jadilah kalian kera yang hina.” (QS. Al A’raf 164 – 166)

     Imam Abu Ali Ad Daqqooq An Naisaburi Asy Syafi’i berkata :

الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق

“Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah Syaithon Akhros (yakni syaithan yang bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebathilan ia adalah syaithan yang berbicara.” (lihat Syarah Shohih Muslim, imam An-Nawawi ).

ﻗﺎﻝ ﺇﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﻟﻮ ﺳﻜﺖ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻋﻦ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻟﺤﻖ ﻷﺳﺘﻤﺮ ﺍﻟﻤﺨﻄﺌﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﺧﻄﺎﺋﻬﻢ، ﻭﻗﻠﺪﻫﻢ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ، ﻭﺑﺎﺀ ﺍﻟﺴﺎﻛﺘﻮﻥ ﺑﺈﺛﻢ ﺍﻟﻜﺘﻤﺎﻥ . (الفتاوى3/72)

Ibnu Baaz rahimahullah berkata : “Jika sekiranya ahlul haq diam dari menjelaskan kebenaran, niscaya orang orang yang melakukan kesalahan akan terus berada pada kesalahan mereka, dan orang lain akan mengikuti mereka dalam hal itu, dan orang orang yang diam membawa dosa menyembunyikan al-haq”. (lihat Al-Fatawa 3/72)

Rabu, 27 September 2023

Hendaknya Engkau Waspada Terhadap Ajaran Islam SOS ( Seleweng Oplosan Sintetis ) Melebihi Kewaspadaanmu Terhadap Madu SOS (Sirupan Oplosan Sintetis)


 

Hendaknya Engkau Waspada Terhadap Ajaran Islam SOS ( Seleweng Oplosan Sintetis ) Melebihi Kewaspadaanmu Terhadap Madu SOS (Sirupan Oplosan Sintetis)


■  Perumpamaan seorang mukmin bagaikan lebah madu. Dari Abdullah bin Amru radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah bersabda :

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir)

■  Al Qur'an sebagai obat penyembuh..madu pun untuk obat.

■  Untuk menjaga kemurnian ajaran Islam maka perlu sanad yang shahih. Untuk mengetahui kemurnian madu juga butuh sanad yang shahih

■  Banyak orang yang menyebarkan Islam tidak murni (palsu) untuk mencari keuntungan dunia, sebagaimana banyak orang mengedarkan madu palsu untuk meraup keuntungan dunia.

■  Ada madu murni..ada madu SOS. Ada Islam murni..ada Islam SOS.? (1) Ajaran Islam Seleweng (ibarat madu sirupan), (2) Ajaran Oplosan, (3) Ajaran Sintetis itu ajaran orang munafiq.

■  Banyak orang yang tertipu dan bingung untuk mengetahui madu murni..mitos dusta dianggap kebenaran. Madu yang palsu dikatakakan murni. Sedang madu yang murni tidak jarang difitnah sebagai madu palsu tanpa mampu mendatangkan burhan. Ajaran Islam pun demikian..banyak yang mengklaim benar tanpa mampu mendatangkan burhan. Jika kita membantah ajaran Islam SOS (Seleweng Oplosan Sintetis) atau madu SOS (Sirupan Oplosan Sintetis)..maka justru bisa menjadikan mereka semakin benci kita.

     Dengan pelihara kambing dan memperdalam seputar madu..semoga banyak hikmahnya..

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Selasa, 26 September 2023

Menjadi Musuh Seluruh Ahlu Ahwa' ( Pengikut Hawa Nafsu/Ahlu Bid'ah ) Itu Masih Lebih Baik Bagiku


 

Menjadi Musuh Seluruh Ahlu Ahwa' ( Pengikut Hawa Nafsu/Ahlu Bid'ah ) Itu Masih Lebih Baik Bagiku


قال الإمام يحيى بن معين رحمه الله : « لأن يكونوا خصمائي أهل البدع يوم القيامة خيرٌ مِن أنْ يكون خصمي رسول الله ﷺ بتركي الذبّ عن سُنّته»  العلم الشامخ /٣٨٨

     Imam Yahya bin Ma'in rahimahullah berkata :
“Sungguh semua Ahli Bi'dah menjadi lawan (musuh) perselisihanku pada Hari Qiyamat nanti, maka itu lebih baik bagiku daripada lawanku adalah Rasulullah ﷺ disebabkan karena aku tidak mau membela Sunnah beliau.” (lihat Al-Ilmu Asy-Syamikh 388)

Insya Allah lebih baik orang-orang yg enggan sholat Jum'at ma'al umara', mengada2 bid'ah jam'iyyah/muassasah/majmu'ah ataupun bid'ah panti asuhan tanpa hubungan mahrom dst..mjd musuhku di dunia dan pd hari Qiyamat drpd yg mjd lawanku adalah Rasulullah ﷺ disebabkan karena aku tidak mau membela Sunnah beliau..laa haula wa laa quwwata illa billah..

Kamis, 21 September 2023

Perhatikan Dari Siapa Engkau Mengambil Ilmu Agama ?



 

Perhatikan Dari Siapa Engkau Mengambil Ilmu Agama?


     Muhammad bin Sirin rahimahullah, beliau mengatakan:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

“Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama..” (Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam Al Ilal, 1/355).

     Imam Malik rahimahullah berkata :

لاَ يُؤْخَذُ الْعِِلْمُ عَنْ أَرْبَعَةٍ: سَفِيْهٍ مُعلِنِ السَّفَهِ , وَ صَاحِبِ هَوَى يَدْعُو إِلَيْهِ , وَ رَجُلٍ مَعْرُوْفٍ بِالْكَذِبِ فِيْ أَحاَدِيْثِ النَّاسِ وَإِنْ كَانَ لاَ يَكْذِبُ عَلَى الرَّسُوْل صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَ رَجُلٍ لَهُ فَضْلٌ وَ صَلاَحٌ لاَ يَعْرِفُ مَا يُحَدِّثُ بِهِ

“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, (2) Shahibu hawa’ (ahlul bid’ah) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, (4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui (derajat) hadits yang dia sampaikan.” (lihat At Tamhid, karya Ibnu Abdil Barr, 1/66, dinukil dari Min Washayal Ulama, 19).

     Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan :

كَانُوا إِذَا أَتَوْا الرَّجُلَ لِيَأْخُذُوا عَنْهُ، نَظَرُوا إِلَى هديه، وَإِلَى سَمْتِهِ، وَ صلاته, ثم أخذوا عنه

“Para salaf dahulu jika mendatangi seseorang untuk diambil ilmunya, mereka memperhatikan dulu (1) bagaimana akidahnya, (2) bagaimana akhlaknya, (3) bagaimana shalatnya, baru setelah itu mereka mengambil ilmu darinya” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan-nya, no.434).

     Maka hendaknya kita tidak tertipu oleh kepiawaian seseorang dalam berbicara, padahal kosong dari 3 kriteria di atas. Orang yang piawai bicara, bahasanya fasih dan menyihir, kata-katanya indah, belum tentu orang yang layak diambil ilmunya. Bahkan Nabi bersabda :

إن أخوف ما أخاف على أمتي كل منافق عليم اللسان

“Yang paling aku takutkan terhadap umatku adalah setiap orang munafiq yang pintar berbicara” (HR. Ahmad [1/22], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [1013]).


4 Rukun Akhlaq Mulia

قال ابن القيم رحمه الله تعالى: وحسن الخلق يقوم على أربعة أركان لا يتصور قيام ساقه إلا عليها: الصبر والعفة والشجاعة والعدل

     Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah Ta’ala berkata :
“Dan akhlaq mulia akan tegak di atas empat rukun yang tidak akan tergambarkan tegaknya tiang akhlaq mulia kecuali di atas empat rukun tersebut : (1) kesabaran (sabar dalam ketaatan, sabar menjauhi maksiat dan sabar terhadap Taqdir Allah), (2) menjaga 'iffah kehormatan diri, (3) keberanian, dan (4) keadilan.” (lihat Madarijus Salikin (2/308) karya Ibnul Qoyyim)


Catatan :

▪  Silahkan beritahu aku..siapa pak ustadz Salafiyyah yg berhak kujadikan guru?

▪  Jk diriku tidak menjumpai mk insya Allah diriku akan berdoa minta ilmu nafi' kpd Allah Al 'Alim kmd menempuh jalan mencari ilmu secara maknawi (dg mendengarkan rekaman, membaca kitab dll). Ini jg yg pernah dinasehatkan Abu Mas'ud sblm kami berselisih. Lagian hanya Allah yang mampu dan memberiku hidayah..sama sekali bukan pak ustadz Salafiyyah yg tlh memberiku hidayah.

▪  Diriku saja tdk mau menyembah Abu Bakr Ash Shidiq..walau diriku pernah mimpi melihatnya bersama bbrp Shahabat Nabi. Shg jangan berharap diriku mau menyembah pak ustadz Salafi. Drpd diriku diituntut berbuat syirik akbar dg menyembah akabir..insya Allah lebih baik seluruh pak ustadz Salafiyyah beserta semua pengikutnya yg ada di muka bumi akan kuajak berhakim kpd Allah dg mubahalah.  Laa haula wa laa quwwata illa billah.


Minggu, 17 September 2023

Tetap Tsabat Di Atas Al Haqq (Kebenaran).. Tidak Talawwun (Berubah Warna)


 

Tetap Tsabat Di Atas Al Haqq (Kebenaran)..
Tidak Talawwun (Berubah Warna)


Ciri pokok lagi mendasar pada al-haqq (kebenaran) adalah tsabat (kokoh, tegar), tidak berubah dengan berjalannya masa dan berpindahnya tempat. Apa yang dikatakan ma'ruf oleh syari'at maka dia adalah perkara ma'ruf sepanjang masa dan tempat sampai hari qiyamat. Begitu pula yang dikatakan mungkar dalam Islam, ia selamanya menjadi perkara mungkar sampai hari qiyamat.

     Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf meriwayatkan dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, beliau menegaskan

 إِنَّ الضَّلََلَةَ حَقَّ الضَّلََلَةِ أَنْ تَعْرِفَ الْيَوْمَ مَا كُنْتَ تُنْكُرُهُ قَبْلَ الْيَوْمِ، وَأَنْ تُنْكِرَ الْيَوْ مَ مَا كُنْتَ تَعْرِفُهُ قَبْلَ ا ليَوْمِ، وَإِيَّاكُمْ وَالتَّلَوُّنَ فَإِنَّ دِينَ اللهِ وَاحِد

“Sesungguhnya kesesatan yang sebenarnya adalah engkau menganggap mungkar pada hari ini sesuatu yang sebelumnya engkau yakini sebagai ma'ruf, dan engkau yakini ma'ruf pada hari ini sesuatu yang sebelumnya engkau anggap mungkar. Waspadalah kalian dari sikap talawwun! Sebab, agama Allah hanya satu.”

     Cara mudah mengenali kebatilan adalah dari sikap talawwun (berubah warna) terutama di saat fitnah mendera :
▪  Orang yang selama ini diyakininya sebagai pengusung fitnah, sering membuat masalah, bahkan ahlul bid’ah dan selama ini dijauhi dan ditahdzir, sekarang diyakini sebagai orang baik, ahlus sunnah, kemudian didekati, dijadikan kawan/sahabat, dirangkul kembali, bahkan dipuji, padahal belum ada taubat yang nasuha pada orang tersebut.
▪  Dahulu akhlaq-nya baik dan muamalahnya bagus, namun sekarang berani berdusta, kibr (angkuh), gemar maksiat, zholim dan buruk dalam muamalah serta menyelisihi 4 rukun akhlaq mulia : (1) sabar, (2) menjaga 'iffah, (3) keberanian, (4) adil.
Dan berbagai bentuk beperubahan warna lainnya. Dahulu di atas cahaya al-haq, sekarang penuh warna kebatilan. Wa na'udzubillah.

Tahukah Engkau Bahwa Dusta Itu Seburuk-buruk Akhlaq Dan Paling Dibenci Nabi ?


 

Tahukah Engkau Bahwa Dusta Itu Seburuk-buruk Akhlaq Dan Paling Dibenci Nabi ?


     Nabi bersabda :

وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

"Sesungguhnya dusta itu membawa kepada al fujur (dosa), dan al fujur membawa kepada neraka. Seseorang benar-benar berdusta sampai dia dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (HR. Al Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607)

     Nabi ﷺ paling benci akhlaq dusta, sebagaimana disampaikan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadits :

ما كانَ خلقٌ أبغضَ إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ منَ الكذبِ ولقد كانَ الرَّجلُ يحدِّثُ عندَ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ بالكذبةِ فما يزالُ في نفسِه حتَّى يعلمَ أنَّهُ قد أحدثَ منها توبةً

”Tidak ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah ﷺ dari berbohong. Sungguh, pernah ada seorang lelaki yang berbicara di sisi Nabi ﷺ yang mengandung kebohongan, maka Rasulullah ﷺ terus menerus merasa ada sesuatu di hatinya terhadap pria tersebut, sampai Nabi ﷺ mengetahui bahwa orang tadi telah bertaubat darinya.”
(Hadits riwayat At-Tirmidzi (1973), dan Ahmad (25183) dengan sedikit perbedaan. Syaikh Al-Albani menyatakannya sebagai hadits shahih dalam Shahih At-Tirmidzi no. 1973).

     Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata,

مَا كَانَ خُلُقٌ أَبْغَضَ إِلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْكَذِبِ

“Tidak ada akhlaq (perilaku) yang lebih dibenci para shahabat Rasulillah  daripada berdusta.” (HR. Ahmad, shahih)

Bila Telah Terbit Matahari As Sunnah


 

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :


إذا طلعت شمس السنة في قلب العبد قطعت من قلبه ضباب كل بدعة (الإمام ابن القيم، مدارج السلكين 374/1) 


“Ketika matahari As Sunnah telah terbit dalam qalbu (hati) seseorang hamba, maka kabut segala bid'ah (= ajaran Islam palsu yang diada-adakan, lihat..*) pun akan terhapus (tersibak) dari hatinya.” (lihat Madarij Salikin, 1/374) 


Catatan : 


* Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom mengatakan bahwa bid’ah adalah : 


عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ 


"Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil shahih) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala." 


* Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : 


وَالْبِدْعَةُ : مَا خَالَفَتْ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ أَوْ إجْمَاعَ سَلَفِ الْأُمَّةِ مِنْ الِاعْتِقَادَاتِ وَالْعِبَادَاتِ 


“Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah atau ijma’ (kesepakatan) salaf.” (lihat Majmu’ Al Fatawa, 18/346)

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...