Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam Syari'at Islam
Allah Ta'ala berfirman :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. (QS. All-Imron : 104)
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan menjadikannya umat terbaik. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. (QS. Ali Imron : 110)
Amar Ma'ruf Nahi Munkar Pembeda Orang Mukmin Dengan Orang Munafiq
Demikian pula Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafiqin dengan hal ini. Allah Ta’ala berfirman :
اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik." (QS. At Taubah : 67)
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (QS. At-Taubah : 71)
Senin, 23 Oktober 2023
Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam Syari'at Islam
Kamis, 19 Oktober 2023
Istilah "Ahlus Sunnah Wal Jama’ah" Sudah Ada Sejak Zaman Para Shahabat Nabi Dan Tiada Yang Mengingkari
Istilah "Ahlus Sunnah Wal Jama’ah" Sudah Ada Sejak Zaman Para Shahabat Nabi Dan Tiada Yang Mengingkari
Penamaan "Ahlus Sunnah Wal Jama'ah" sudah ada sejak zaman Salaful Ummah (para Shahabat Nabi) terutama semenjak munculnya bid'ah. Sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan :
﴿يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ﴾ يَعْنِي: يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حِينَ تَبْيَضُّ وُجُوهُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَتَسْوَدُّ وُجُوهُ أَهْلِ البِدْعَة وَالْفُرْقَةِ، قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا(١٠) .
"Firman Allah Ta'ala :
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
"pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram." (QS. Ali Imran: 106). Yakni kelak di hari kiamat, di waktu putih berseri wajah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, dan tampak hitam muram wajah Ahlul Bid'ah Wal Furqah. Demikianlah menurut tafsir Ibnu Abbas radhiyaallahu 'anhuma." (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Istilah ini secara ijma' juga dipakai pada generasi setelahnya yaitu Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in. Terkait makna As Sunnah, Ibnu Rojab al-Hambali rahimahullah berkata :
وَالسُّنَّةُ: هِيَ الطَّرِيقَةُ الْمَسْلُوكَةُ، فَيَشْمَلُ ذَلِكَ التَّمَسُّكَ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ هُوَ وَخُلَفَاؤُهُ الرَّاشِدُونَ مِنَ الِاعْتِقَادَاتِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَقْوَالِ، وَهَذِهِ هِيَ السُّنَّةُ الْكَامِلَةُ
“As-Sunnah adalah jalan yang diikuti; dan itu meliputi berpegang teguh dengan apa yang menjadi keyakinan, perkataan dan amalan, baik dari Rosuulullah ﷺ, maupun para Al-Khulafa’ ar-Rosyidun. Inilah As Sunnah yang sempurna.” (lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, 2/120, Ibnu Rojab al-Hambali wafat 795 H).
Dengan demikian definisi Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ dan Sunnah para Shahabatnya. Sedang Al Jama'ah memiliki beragam makna sebagaimana pendapat para ulama diantaranya : jama'ah al haq (siapa saja yang mencocoki kebenaran walau seorang diri), para Shahabat Nabi, As Sawadul A’zham, para imam mujtahid ataupun jama'ah kaum muslimin dipimpin seorang amir yang sah.
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, menafsirkan istilah Al Jama’ah:
الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك
“Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendiri.”
Dalam riwayat lain:
وَيحك أَن جُمْهُور النَّاس فارقوا الْجَمَاعَة وَأَن الْجَمَاعَة مَا وَافق طَاعَة الله تَعَالَى
“Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.” (lihat Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70)
Jadi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yaitu golongan ummat Islam yang mengikuti As Sunnah serta bersama Al Jama'ah.
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين
Sabtu, 14 Oktober 2023
Kenapa Hati Sahabatmu Bisa Tersakiti Jika Mengetahui Engkau Berteman Dengan Musuh Sahabatmu ?
Kenapa Hati Sahabatmu Bisa Tersakiti Jika Mengetahui Engkau Berteman Dengan Musuh Sahabatmu ?
Coba renungkanlah...
Apa Allah ridho dan tidak Murka jika mengetahui engkau berteman dengan syaithan atau musuh Allah...? Padahal Allah Ta’ala berfirman :
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu.” (QS. Al-Mumtahanah : 1)
Apa hati Nabi ﷺ tidak tersakiti..andai Ali bin Abi Tholib jadi melakukan poligami dengan putri musuh Nabi (yaitu Abu Jahal)..?
Apa sahabatmu Ahlus Sunnah tidak mungkin tersakiti hatinya andai mengetahui engkau berteman dengan ahlul bid'ah..?
Apa hatimu ridha (senang) dan tidak tersakiti jika engkau mengetahui sahabat dekatmu berteman dengan musuhmu atau orang-orang yang engkau benci.???
Setiap orang berakal sehat dan fithrahnya masih baik insya Allah wajar jika hatinya bisa tersakiti lantaran perkara tersebut. Dan insya Allah suatu hal yang wajar apabila hati sahabat/kawan dekatmu bisa tersakiti jika mengetahui engkau berteman dengan musuh sahabatmu ataupun orang-orang yang dibenci sahabatmu karena Allah..
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
Senin, 09 Oktober 2023
Bagaimana Cara Kita Mengetahui Dan Menunjukkan Al Haqq ( Kebenaran ) ?
Bagaimana Cara Kita Mengetahui Dan Menunjukkan Al Haqq ( Kebenaran ) ?
Kebenaran itu tidak ditunjukkan dengan banyaknya pengikut, banyaknya harta ataupun banyaknya istri dan anak karena orang kafir, para syaithan dan musuh Allah (semisal Fir'aun) pun bisa punya banyak pengikut, banyak harta ataupun istri dan anak. Akan tapi kebenaran insya Allah bisa ditunjukkan diantaranya dengan :
(1) Dengan Mendatangkan Burhan
...تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا۟ بُرْهَٰنَكُمْ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
"... Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah : "Tunjukkanlah burhan (bukti kebenaranmu) jika kamu adalah orang yang benar". (QS. Al Baqarah : 111 ).
وَقَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ وَمُجَاهِدٌ وَالسُّدِّيُّ وَالرَّبِيعُ بْنُ أَنَسٍ: حُجَّتُكُمْ. وَقَالَ قَتَادَةُ: بَيِّنَتُكُمْ عَلَى ذَلِكَ.
"Menurut Abu Aliyah, Mujahid, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, arti burhanakum ialah hujah (alasan) kalian, hingga kalian berani mengatakan demikian. Sedangkan menurut Qatadah, artinya bukti kalian atas hal tersebut." (lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Hujjah (bahasa Arab : الحجة) bisa berupa "tanda, bukti, dalil, alasan atau argumentasi". Dan yang dimaksud "dalil" disini tentunya dalil yang shahih dari kitabullah dan As Sunnah dengan faham Salaful Ummah (para Shahabat Nabi)
(2) Berhakim Kepada Allah Dengan Mubahalah
Allah ﷻ berfirman :
فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ.
(آل عمران: 61)
Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, maka katakanlah (Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan atas orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran : 61)
قال الإمام ابن القيم رحمه الله : ( إن السنة في مجادلة أهل الباطل إذا قامت عليهم حجة الله ، و لم يرجعوا ، بل أصروا على العناد ، أن يدعوهم إلى المباهلة ، و قد أمر الله سبحانه ، بذلك رسوله صلى الله عليه و سلم ، و لم يقُل : إن ذلك ليس لأمتك من بعدك . و دعا إليها ابنُ عمه عبد الله بن عباس ، من أنكر عليه بعض مسائل الفروع ، و لم يُنكر عليه الصحابة ، و دعا إليه الأوزاعي سفيان الثوري في مسألة رفع اليدين ، و لم يُنكَر عليه ذلك ، و هذا من تمام الحجة ) [ زاد المعاد : 3 /643 ] .
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah :
“Sunnah dalam membantah ahlul bathil jika telah tegak hujjah Allah atas mereka dan mereka tidak mau ruju’ (kepada kebenaran), bahkan terus-menerus dalam penentangan, mengajak mereka untuk bermubahalah, dan Allah subhanahu telah merintahkan hal tersebut pada RosulNya ﷺ dan tidak berkata: "sesungguhnya itu bukan untuk ummat setelahmu.” Dan saudara sepupunya Abdullah bin Abbas mengajak mubahalah terkait pengingkarannya atas sebagian masalah furu' dan tiada Shahabat yang mengingkarinya. Dan Al Auza'i mengajak mubahalah Sufyan Ats Tsauri dalam perkara mengangkat tangan, dan tiada yang mengingkari (mengecam) karena itu. Dan ini termasuk kesempurnaan hujjah." (lihat Zaadul Ma'ad : 3/643)
(3) Barangsiapa Yang Menjaga Hukum Allah Maka Allah Akan Menjaganya
Allah ﷻ berjanji kepada setiap orang yang senatiasa menjaga Allah, maka Allah pun akan menjaganya. Hal ini sebagaimana ucapan Nabi ﷺ kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma :
احْفَظِ اللهَ يَحفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
"Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu." (HR. At Tirmidzi. Dia berkata hadits ini hasan shahih).
Menurut para ulama, menjaga Allah artinya menjaga batasan-batasan-Nya, hak-hak, perintah-perintah, serta larangan-larangan-Nya. Bentuk aplikasinya adalah dengan berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batasan yang dilarang oleh-Nya. Jika semua itu dikerjakan, maka ia termasuk orang yang menjaga Allah sebaik-baiknya.
Penjagaan Allah bagi para hamba-Nya meliputi dua hal : (1) Penjagaan dalam urusan dunia yaitu Allah akan menjaga hamba tersebut dalam kebaikan urusan dunianya, seperti menjaga tubuhnya, anak-anaknya, keluarganya, dan kekayaannya. (2) Penjagaan dalam Perkara Agama. Bentuk kedua dari penjagaan Allah merupakan bentuk penjagaan yang paling mulia, yaitu penjagaan Allah dalam perkara agama dan imannya. Allah menjaga kehidupannya dari berbagai macam racun pemikiran sesat, dan dari berbagai syahwat yang haram. Allah akan menjaga agamanya ketika akhir hayatnya, sehingga orang tersebut meninggal dalam keadaan beriman.
Orang-orang yang taqwa dan di atas al haqq (kebenaran) insya Allah umumnya tubuhnya pun akan Allah jaga, matanya lebih terjaga (tidak cepat rabun), telinganya tidak cepat tuli, giginya tidak cepat rusak dan di akhir hidupnya semoga Allah memberi kemudahan lidahnya untuk mengucapkan kalimat tauhid "laa ilaha illa Allah". Sebaliknya orang yang di atas kebatilan dan tidak menjaga hukum-hukum Allah insya Allah umumnya tubuhnya pun lebih cepat rusak, matanya lebih cepat rabun (butuh kacamata), telinganya lebih cepat tuli, giginya lebih cepat rusak dan akhir hidupnya kebanyakan lisannya tercegah untuk mengucapkan kalimat tauhid "laa ilaha illa Allah". Wa Allahu a'lam.
(4) Yang Mengikuti Kebenaran Adalah Orang-orang Jujur, Sebaliknya Kebatilan Umumnya Dicintai Dan Diikuti Orang-orang Yang Punya Tabi'at Dusta
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119).
Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim)
Sahl bin Abdillah at-Tustury rahimahullah berkata:
أعمال البِر يعملها البَر والفاجر، ولا يجتنب المعاصي إلا صديق.
“Amal-amal kebaikan bisa dikerjakan oleh orang yang baik maupun orang jahat, namun tidak akan mampu menjauhi kemaksiatan kecuali orang yang jujur imannya.”
(lihat Hilyatul Auliya’, jilid 10 halaman 211)
(5) Kejujuran Ibarat Pedang Allah Di Muka Bumi
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah rohimahullah berkata:
الصدق...هو سيف الله في أرضه الذي ما وضع على شيء إلا قطعه ولا واجه باطلا إلا أرداه وصرعه من صال به لم ترد صولته ومن نطق به علت على الخصوم كلمته
"Kejujuran ibarat pedang Allah di muka bumi, yang tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atasnya melainkan akan terpotong olehnya. Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebathilan melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya serta tidaklah ia menyerang lawannya melainkan ia akan menang. Barangsiapa menyuarakannya, niscaya kalimatnya akan terdengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya." ( lihat Madarijus Salikin ).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata :
وَهَكَذَا أَهْلُ الْبِدَعِ لَا يَكَادُونَ يَحْتَجُّونَ "بِحُجَّةِ" سَمْعِيَّةٍ وَلَا عَقْلِيَّةٍ إلَّا وَهِيَ عِنْدَ التَّأَمُّلِ حُجَّةٌ عَلَيْهِمْ؛ لَا لَهُمْ.
“Dan demikianlah para ahli bid’ah itu; hampir-hampir mereka tidak berargumentasi dengan suatu hujjah sam’iyyah (dalil Al Qur’an dan As Sunnah) ataupun hujjah aqliyyah (dalil akal) kecuali dalam keadaan argumentasi tadi ketika direnungkan justru menjadi argumentasi untuk melawan mereka, bukan membela mereka.” (“Majmu’ul Fatawa”/6/hal. 254).
Rabu, 04 Oktober 2023
Saudaramu Yang Sebenarnya
Saudaramu Yang Sebenarnya
الأخوة الصادقة
قال ابن باز رحمه الله : فأخوك من نصحك وذكرك ونبهك، وليس أخوك من غفل عنك وأعرض عنك وجاملك، ولكن أخاك في الحقيقة هو الذي ينصحك، والذي يعظك ويذكرك، يدعوك إلى الله، يبين لك طريق النجاة حتى تسلكه، ويحذرك من طريق الهلاك، ويبين لك سوء عاقبته حتى تجتنبه. (مجموع فتاوى ابن باز (14/ 21))
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata :
“Saudaramu adalah orang yang mau (1) menasehatimu, (2) mengingatkanmu, dan (3) menegurmu. Dan bukanlah saudaramu manakala (1) dia melalaikan (tidak mempedulikanmu) (2) dia berpaling darimu, dan (3) dia suka berbasa-basi kepadamu.
Namun saudaramu yang haqiqi adalah orang yang :
☆ senantiasa menasihatimu,
☆ memberikan wejangan (arahan) kepadamu,
☆ mengingatkanmu,
☆ mengajakmu kepada agama Allah,
☆ menjelaskan kepadamu jalan keselamatan agar engkau mau menempuhnya, dan
☆ memperingatkanmu dari jalan kebinasaan dan menjelaskanmu akibat buruknya hingga engkau menjauhinya.”
(lihat Majmu’ Fatawa ibn Baz, (14/21))
Selasa, 03 Oktober 2023
Apabila Ahlul Haqq Diam Dari Menjelaskan Kebenaran
Apabila Ahlul Haqq Diam Dari Menjelaskan Kebenaran
Allah Ta'ala Berfirman :
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166) }
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kalian dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya, Jadilah kalian kera yang hina.” (QS. Al A’raf 164 – 166)
Imam Abu Ali Ad Daqqooq An Naisaburi Asy Syafi’i berkata :
الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق
“Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah Syaithon Akhros (yakni syaithan yang bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebathilan ia adalah syaithan yang berbicara.” (lihat Syarah Shohih Muslim, imam An-Nawawi ).
ﻗﺎﻝ ﺇﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﻟﻮ ﺳﻜﺖ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻋﻦ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻟﺤﻖ ﻷﺳﺘﻤﺮ ﺍﻟﻤﺨﻄﺌﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﺧﻄﺎﺋﻬﻢ، ﻭﻗﻠﺪﻫﻢ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ، ﻭﺑﺎﺀ ﺍﻟﺴﺎﻛﺘﻮﻥ ﺑﺈﺛﻢ ﺍﻟﻜﺘﻤﺎﻥ . (الفتاوى3/72)
Ibnu Baaz rahimahullah berkata : “Jika sekiranya ahlul haq diam dari menjelaskan kebenaran, niscaya orang orang yang melakukan kesalahan akan terus berada pada kesalahan mereka, dan orang lain akan mengikuti mereka dalam hal itu, dan orang orang yang diam membawa dosa menyembunyikan al-haq”. (lihat Al-Fatawa 3/72)
Rabu, 27 September 2023
Hendaknya Engkau Waspada Terhadap Ajaran Islam SOS ( Seleweng Oplosan Sintetis ) Melebihi Kewaspadaanmu Terhadap Madu SOS (Sirupan Oplosan Sintetis)
Hendaknya Engkau Waspada Terhadap Ajaran Islam SOS ( Seleweng Oplosan Sintetis ) Melebihi Kewaspadaanmu Terhadap Madu SOS (Sirupan Oplosan Sintetis)
■ Perumpamaan seorang mukmin bagaikan lebah madu. Dari Abdullah bin Amru radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir)
■ Al Qur'an sebagai obat penyembuh..madu pun untuk obat.
■ Untuk menjaga kemurnian ajaran Islam maka perlu sanad yang shahih. Untuk mengetahui kemurnian madu juga butuh sanad yang shahih
■ Banyak orang yang menyebarkan Islam tidak murni (palsu) untuk mencari keuntungan dunia, sebagaimana banyak orang mengedarkan madu palsu untuk meraup keuntungan dunia.
■ Ada madu murni..ada madu SOS. Ada Islam murni..ada Islam SOS.? (1) Ajaran Islam Seleweng (ibarat madu sirupan), (2) Ajaran Oplosan, (3) Ajaran Sintetis itu ajaran orang munafiq.
■ Banyak orang yang tertipu dan bingung untuk mengetahui madu murni..mitos dusta dianggap kebenaran. Madu yang palsu dikatakakan murni. Sedang madu yang murni tidak jarang difitnah sebagai madu palsu tanpa mampu mendatangkan burhan. Ajaran Islam pun demikian..banyak yang mengklaim benar tanpa mampu mendatangkan burhan. Jika kita membantah ajaran Islam SOS (Seleweng Oplosan Sintetis) atau madu SOS (Sirupan Oplosan Sintetis)..maka justru bisa menjadikan mereka semakin benci kita.
Dengan pelihara kambing dan memperdalam seputar madu..semoga banyak hikmahnya..
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين
"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah
"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...
-
Hukum Shalat Jenazah Di Al-Maqbaroh Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama'a h Dalil Yang Secara Umum Melarang Shalat Di Al-Maqbaroh (Kuburan) ...
-
Pembagian Tauhid Dan Asal Usulnya Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Tidak Mewajibkan Pembagian Tauhid Men...