Sabtu, 01 Juni 2024

Hukum Membuat Tashwir Muhadhoroh (Video Ceramah) untuk Disebarluaskan




 

Hukum Membuat Tashwir Muhadhoroh (Video Ceramah) untuk Disebarluaskan


ماحكم تصوير المحاضرات بالفيديو

نص السؤال : ماحكم تصوير المحاضرات بالفيديو بحجة أن المحاضرة ستنقل إلى بلاد بعيدة مثل أمريكا وأمثالها ؟

نص الإجابة : إيه إيه يا إخواننا البركة من الله ربّ كلمة تقال في مجلس صغير فتطير في الآفاق ، وربّ كلمة يرددها الناس أو الحزبيون وغيرهم وتنتهي ولا يصير لها أثر .
فأنا أقول : مسألة التصوير تعتبر محرمة ؛ الرسول - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - يقول : " كل مصور في النار " ، ويقول الرسول - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - كما في حديث أبي هريرة في < جامع الترمذي > : " يخرج عنق من النار فيقول : إني وكلت بثلاثة : بكل جبارٍ عنيد ، ومن جعل مع الله إله آخر ، وبالمصورين " ، ويقول النبي - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - : " إن الملائكة لا تدخل بيتاً فيه كلب ولا صورة " .
وحلقات العلم هي مباركة لأن النبي - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - يقول : " وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه فيما بينهم إلا نزلت عليهم السكينة ، وحفتهم الملائكة ، وغشيتهم الرحمة " شاهدنا من هذا : " حفتهم الملائكة " لكن أولئك المصورون يُطيرون الملائكة من المجلس .
فالقصد إن هذا منكر يجب إنكاره بحسب الطاقة لا تحدث فتنة إذا لم تستطع أن تغير المنكر خرجت والله المستعان ، والرسول - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - يقول : " من رأى منكم منكراً فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه ؛ وذلك أضعف الإيمان " .

https://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=1942


Hukum Membuat Tashwir Muhadhoroh (Video Ceramah) untuk Disebarluaskan - Syaikh Muqbil Al-Wadi'iy

Pertanyaan :

Apa hukum mengambil video Muhadhoroh (ceramah) dengan alasan agar ceramah tersebut bisa sampai ke negara-negara yang jauh seperti amerika dan semisalnya?

Jawaban Syaikh al-Muhaddits Muqbil bin Hadi Al-Wadi'iy رحمه الله :

Berhati-hatilah wahai saudara-saudara , keberkahan itu dari الله, bisa jadi kalimat yang di katakan di majelis yang kecil akan terbang di udara, dan bisa jadi kalimat yg diucap-ucapkan oleh manusia atau orang-orang hizbi dan selainnya akan berakhir dan tidak ada bekas sedikitpun.

Maka aku katakan: permasalahan Tashwir (gambar makhluk bernyawa) merupakan keharoman secara mu'tabar. Rosulullah bersabda : "Setiap mushowwir (tukang gambar) tempat nya di neraka."  Dan Rosulullah ﷺ juga bersabda sebagaimana hadits Abu Hurairah dalam < Jami' al-Tirmidzi> : "Pada hari kiamat nanti akan keluar Api yang berbentuk leher, ia memiliki dua mata yang bisa melihat, dua telinga yang bisa mendengar, dan mulut yang bisa berbicara. Api itu mengatakan: Aku ditugaskan kepada tiga orang, kepada orang yang menyekutukan الله, kepada orang yang bertindak zholim dan menentang kebenaran padahal ia mengetahuinya, dan kepada mushowwir (para tukang gambar)."

Dan Rosulullah bersabda : "Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke dalam rumah yg terdapat anjing dan shuroh (gambar makhluk bernyawa)."

Dan halaqoh-halaqoh (majelis-majelis) ilmu merupakan keberkahan, sebab Rosulullah bersabda : "Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah dari rumah-rumah الله membaca kitab الله (Al-Qur'an), dan saling mempelajarinya kecuali akan turun kepadanya ketenangan, dan malaikat membentangkan sayapnya, dan turunlah rahmat." Telah kita lihat dari hadits ini yaitu kalimat : malaikat akan membentangkan sayapnya, akan tetapi orang-orang tukang gambar, malaikat akan terbang dari majelis (tidak membentangkan sayapnya),

Maka yang dimaksud, sungguh ini adalah perkara yang mungkar, wajib untuk mengingkarinya sesuai kemampuan, janganlah kamu membuat suatu fitnah jika tidak mampu mencegahnya, Wa Allahulmusta'an,

Rosulullah bersabda : "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tak mampu dengan lisannya, dan jika tidak mampu pula maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.

Sumber : https://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=1942


والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Rabu, 29 Mei 2024

Al Firqotun Najiyah - الفرقة الناجية (Golongan Yang Selamat)





 

Al Firqotun Najiyah - الفرقة الناجية
(Golongan Yang Selamat)


     Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, bahwa Rasulullah  bersabda,

إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَ سَبْعِيْنَ مِلَّةً وَ تَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَ سَبْعِيْنَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فيِ النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً. قَالُوْا : وَ مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِيْ

“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan. Mereka semua di neraka kecuali satu golongan.
Para shahabat bertanya : Siapakah golongan (yang selamat) itu, Wahai Rasulullah?
Beliau menjawab : Apa yang aku dan para shahabatku ada di atasnya.  (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi di dalam Sunannya (V/26), Al Hakim di Al Mustadrak (I/128 – 129), Ibnu Wadldlah di Al Bida‘ (92), Al Ajurri di Al Arba’i(143), dan di Asy Syari’ah (15-16). Dan juga selain mereka.)

     Dalam riwayat lain dengan lafazh,

وَ سَتَفْتَرِقُ هَذِهِ اْلأُمَّةُ عَلَى ثَلاَثٍ وَ سَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فيِ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً؛ قَالُوْا مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَ أَصْحَابِيْ

“Dan umatku ini akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.
Para shahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang kondisinya seperti kondisiku dan kondisi para shahabat ku pada hari ini. (Riwayat Ath Thabrani di Ash ShaghiI/256. Hadits shahih)

     Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

Ketahuilah sesungguhnya umat sebelum kalian dari Ahli Kitab berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka, dan 1 golongan di surga. Merekalah Al Jama’ah.” (HR. Abu Daud 4597, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

     Rasulullah ﷺ juga bersabda :

عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .ن سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن

Berpeganglah pada Al Jama’ah dan tinggalkan kekelompokan. Karena syaithan itu bersama orang yang bersendirian dan syaithan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah surga, maka berpeganglah pada Al Jama’ah. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min.” (HR. Tirmidzi no.2165, ia berkata: “Hasan shahih gharib dengan sanad ini”)

     Terkait makna Al Jama'ah, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata :

اَلْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ

Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan al haq (kebenaran) walaupun engkau sendirian.” Dalam riwayat lain:

وَيحك أَن جُمْهُور النَّاس فارقوا الْجَمَاعَة وَأَن الْجَمَاعَة مَا وَافق طَاعَة الله تَعَالَى

Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.” (lihat Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70)



 Sejarah Munculnya Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

     Penamaan istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu generasi Shahabat. ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata ketika menafsirkan firman Allah Ta'ala :

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

“Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): ‘Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.’” (QS. Ali ‘Imran : 106).

وقوله تعالى : { يوم تبيض وجوه وتسود وجوه } يعني : يوم القيامة ، حين تبيض وجوه أهل السنة والجماعة ، وتسود وجوه أهل البدعة والفرقة ، قاله ابن عباس ، رضي الله عنهما .{ فأما الذين اسودت وجوههم أكفرتم بعد إيمانكم } قال الحسن البصري : وهم المنافقون : { فذوقوا العذاب بما كنتم تكفرون } وهذا الوصف يعم كل كافر .

“Adapun orang yang putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, adapun orang yang hitam wajahnya mereka adalah Ahlul Bid’ah dan furqoh (perpecahan). Demikianlah menurut tafsir Ibnu Abbas radhiyaallahu 'anhuma. Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan), "Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman?"
Menurut Al-Hasan Al-Basri, mereka adalah orang-orang munafik. "Karena itu, rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu." Dan gambaran ini bersifat umum menyangkut semua orang kafir. (lihat Tafsir Ibnu Katsir). Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh para ulama generasi Tabi'in dan setelahnya.

ولما سئل الإمام مالك (ت: 197هـ) - رحمه الله - مَنْ أهل السنة؟ أجاب بقوله:
"أهل السنة الذين ليس لهم لقب يعرفون به، لا جهمي، ولا قدري، ولا رافضي" ( ينظر: الانتقاء، لابن عبد البر (ص: 35).)

     Ketika Imam Malik (w. 197 H) – rahimahullah – ditanya siapakah Ahlus Sunnah?  Dia menjawab dengan mengatakan:
“Ahlus Sunnah itu mereka yang tidak mempunyai laqab (julukan) yang dengannya mereka dikenal, bukan Jahmy (pengikut firqoh Jahmiyyah), bukan pula Qodary (pengikut firqoh Qodariyyah), dan bukan Rofidzy (pengikut firqoh Rofidhoh)." (Lihat: Al-Intiqaa, karya Ibn Abdil Barr (hal. 35).)

     Jadi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ dan para Shahabatnya, dan dalam memahami dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ tersebut mereka meneladani praktek dan pemahaman para Shahabat, tabi’in dan tabi'ut tabi'in. Dan makna ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah ﷺ tentang satu golongan yang selamat : (مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَاب)”yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para shahabatku.”

     
Al Firqotun Najiyah ( Golongan Yang Selamat ) Yaitu Ahlus Sunnah Wal Jama'ah


قال أبو المظفر السمعاني -رحمه الله- : شعار أهل السنَّة اتباعهم السلف الصالح، وتركهم كل مَا هُوَ مُبْتَدع مُحدث

     Abul Muzhaffar As Sam'ani rahimahullah (wafat 489H) mengatakan : "Syiar Ahlus Sunnah adalah sikap ittiba' mereka kepada As-Salafush-Shaalih, dan meninggalkan segala sesuatu yang diada-adakan (dalam agama)." (lihat Al-Intishaar li-Ashhaabil-Hadiits hal. 31)

     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

فإذا كان وصف الفِرقَةِ الناجية؛ أتباعِ الصحابة على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم، وذلك شعار السُّنة والجماعة، كانت الفِرقَةُ الناجية هم أهل السُّنة والجماعة

"Ketika sifat Firqatun Najiyah adalah mengikuti para sahabat Rasulullah , dan itulah syiar Ahlus Sunnah wal Jama'ah, maka Firqatun Najiyah adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah" (Minhajus Sunnah An Nabawiyah, 3/457).

Selasa, 28 Mei 2024

Ajakan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah


 

Ajakan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah


Mari kita mendakwahkan tauhid dan mengingkari thoghut atau semua sesembahan selain الله. Mengajak umat Islam untuk memahami dan mengamalkan Al Qur'an dan Hadits Shahih sesuai faham Salafush Sholih.. yaitu para Shahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in.

Menunaikan amar ma'ruf nahi mungkar.. mengajak manusia untuk bertaqwa dengan menjauhi syirik, bid'ah dalam agama dan kabairol itsmi..

Mendakwahkan millah, manhaj ataupun madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dengan yang sebenarnya dan bukan hanya sekedar klaim tanpa pembuktian..

Berhujjah dengan Al Qur'an dan Hadits Shahih kemudian Ijma' Salaf ataupun ijma' umat Islam..

Membenarkan Aqidah Ahlus Sunnah dan Ushul As Sunnah, Prinsip Ahlus Sunnah dan Qaidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.. sebagaimana yang didakwahkan para aimah Ahlus Sunnah semisal imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Asy Syafi'i dan imam Ahmad..

Mengajak kaum muslimin untuk tidak berpecah belah/iftiraq dalam banyak firqoh dan jam'iyyah agar kembali bersatu di atas Sabilul Mukminin..

Membantah, tahdzir dan memperingatkan kaum muslimin dari segala bentuk kebatilan dan penyimpangan.. sekalipun para syaithan dan ahlul ahwa' membencinya.

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، و اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ.

Minggu, 26 Mei 2024

Pertanyaan Untuk Salafiyun : Lebih Besar Mana Dosanya Dan Termasuk Kabairol Itsmi ?


 

Pertanyaan Untuk Salafiyun : Lebih Besar Mana Dosanya Dan Termasuk Kabairol Itsmi ?

Berdasarkan Tingkat Keharaman, Mana Yang Seharusnya Kita Lebih Besar Pengingkarannya ?


■  Musik ataukah membuat Shuroh makhluq bernyawa (gambar manusia dibuat tangan, peralatan, sihir & semisal)?
■  Tahlilan ataukah mendirikan Pondhok Wanita/Panti Asuhan (TN/TB)?
■  Mengadakan Maulidan ataukah mengadakan Jam'iyyah/Muassasah/Majmu'ah?
■  Tidak berpuasa bersama umara' (pemerintah) karena sebab yg dibenarkan syari'at ataukah Iftiraq mengadakan Sholat Jum'at sendiri tidak dibelakang umara'?
■  Mengkhususkan Ziarah Qubur di bulan Ramadhan ataukah ikut anjangsana & Halal bi Halal di bulan Syawwal?
■  Tasawwul (mengemis untuk kepentingan pribadi dan hizb) ataukah memotong sebagian jenggot?
■  Isbal tidak karena sombong ataukah membuka rekening di bank ribawi?
■  Khuthbah diatas podium (bukan di atas mimbar) ataukah melakukan adzan di dalam masjid?
■  Wanita membuka wajah ataukah wanita tidak memakai jilbab panjang sekaki?
■  Mengatur istri supaya tidak sholat di masjid ataukah membuat bid'ah tanzhim dakwah yang menuntut ketaatan dan 'iqob bagi yang melanggar?
■  Mengerjakan dosa karena ikuti nafsu syahwat (هَوَى الشَّهَواتِ) ataukah mengerjakan dosa karena mengikuti nafsu agama /syubhat (هَوَى الشُّبُهاتِ)?

     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

واتباع الأهواء في الديانات أعظم من اتباع الأهواء في الشهوات

“Mengikuti hawa nafsu dalam beragama (syubhat) lebih parah dibandingkan mengikuti hawa nafsu dalam urusan syahwat.” (lihat Al-Istiqomah, Ibnu Taimiyyah) 

Selasa, 21 Mei 2024

Apabila Terjadi Perselisihan Diantara Guru Dengan Guru, Murid Dengan Murid Atau Guru Dengan Murid





 Apabila Terjadi Perselisihan Diantara Guru Dengan Guru, Murid Dengan Murid Atau Guru Dengan Murid

https://teguhakhirblora.blogspot.com/2024/05/apabila-terjadi-perselisihan-diantara.html?m=1


إذا وقع بين معلم ومعلم أو تلميذ وتلميذ أو معلم وتلميذ خصومة ومشاجرة.

قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى :
« وَإِذَا وَقَعَ بَيْنَ مُعَلِّمٍ وَمُعَلِّمٍ  أَوْ تِلْمِيذٍ وَتِلْمِيذٍ أَوْ مُعَلِّمٍ وَتِلْمِيذٍ خُصُومَةٌ وَمُشَاجَرَةٌ لَمْ يَجُزْ لِأَحَدِ أَنْ يُعِينَ أَحَدَهُمَا حَتَّى يَعْلَمَ الْحَقَّ فَلَا يُعَاوِنُهُ بِجَهْلِ وَلَا بِهَوَى بَلْ يَنْظُرُ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا تَبَيَّنَ لَهُ الْحَقُّ أَعَانَ الْمُحِقَّ مِنْهُمَا عَلَى الْمُبْطِلِ سَوَاءٌ كَانَ الْمُحِقُّ مِنْ أَصْحَابِهِ أَوْ أَصْحَابِ غَيْرِهِ؛ وَسَوَاءٌ كَانَ الْمُبْطِلُ مِنْ أَصْحَابِهِ أَوْ أَصْحَابِ غَيْرِهِ فَيَكُونُ الْمَقْصُودُ عِبَادَةَ اللَّهِ وَحْدَهُ وَطَاعَةَ رَسُولِهِ؛ وَاتِّبَاعَ الْحَقِّ وَالْقِيَامَ بِالْقِسْطِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا} يُقَالُ: لَوَى يَلْوِي لِسَانَهُ: فَيُخْبِرُ بِالْكَذِبِ. وَالْإِعْرَاضُ: أَنْ يَكْتُمَ الْحَقَّ؛ فَإِنَّ السَّاكِتَ عَنْ الْحَقِّ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ.وَمَنْ مَالَ مَعَ صَاحِبِهِ - سَوَاءٌ كَانَ الْحَقُّ لَهُ أَوْ عَلَيْهِ - فَقَدْ حَكَمَ بِحُكْمِ الْجَاهِلِيَّةِ وَخَرَجَ عَنْ حُكْمِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْوَاجِبُ عَلَى جَمِيعِهِمْ أَنْ يَكُونُوا يَدًا وَاحِدَةً مَعَ الْمُحِقِّ عَلَى الْمُبْطِلِ فَيَكُونَ الْمُعَظَّمُ عِنْدَهُمْ مَنْ عَظَّمَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالْمُقَدَّمُ عِنْدَهُمْ مَنْ قَدَّمَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالْمَحْبُوبُ عِنْدَهُمْ مَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالْمُهَانُ عِنْدَهُمْ مَنْ أَهَانَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ بِحَسَبِ مَا يُرْضِي اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا بِحَسَبِ الْأَهْوَاءِ؛ فَإِنَّهُ مَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ رَشَدَ؛ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّ إلَّا نَفْسَهُ. فَهَذَا هُوَ الْأَصْلُ الَّذِي عَلَيْهِمْ اعْتِمَادُهُ. »
من كتاب: مجموع الفتاوى (١٦/٢٨-١٧).

✍🏼 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ta'ala berkata :

"Jika terjadi antara guru dengan guru, atau murid dengan murid, atau guru dengan murid sebuah khushumah (pertengkaran) dan musyajarah (perselisihan saling adu argumentasi) maka tidak boleh bagi siapapun untuk menolong salah satunya hingga dia mengetahui kebenarannya sehingga dia tidak membantunya dengan kebodohan dan tidak pula dengan hawa nafsunya akan tetapi hendaknya dia melihat kepada urusannya. Dan jika telah jelas baginya kebenaran maka dia membantu yang benar dari keduanya terhadap yang batil; sama saja apakah yang benar itu berasal dari sahabatnya atau sahabat orang lain; dan sama saja apakah yang batil itu dari kalangan sahabatnya atau sahabat orang lain sehingga tujuannya adalah beribadah kepada الله semata dan taat kepada rasul-Nya; dan mengikuti kebenaran serta berdiri dengan keadilan. الله ta'ala berfirman :

{ ۞ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّ ٰ⁠مِینَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَاۤءَ لِلَّهِ وَلَوۡ عَلَىٰۤ أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَ ٰ⁠لِدَیۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِینَۚ إِن یَكُنۡ غَنِیًّا أَوۡ فَقِیرࣰا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلۡهَوَىٰۤ أَن تَعۡدِلُوا۟ۚ وَإِن تَلۡوُۥۤا۟ أَوۡ تُعۡرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِیرࣰا } (سُورَةُ النِّسَاءِ : ١٣٥)

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa : 135)

Dikatakan "membolak-balikkan lisannya": jika memberitakan dengan kedustaan. Dan berpaling adalah: menyembunyikan kebenaran; karena sejatinya orang yang diam dari kebenaran adalah syaitan bisu.

Dan barangsiapa yang condong kepada sahabatnya - baik itu kebenaran bersamanya atau bersama lainnya - maka dia telah berhukum dengan hukum jahiliyah dan telah keluar dari hukum الله dan rasul-Nya, dan yang wajib atas seluruhnya untuk menjadi satu tangan bersama kebenaran melawan kebatilan sehingga yang diagungkan di sisi mereka ialah siapa yang الله agungkan dan rasul-Nya sesuai dengan apa yang dapat membuat الله ridha dan rasul-Nya, bukan berdasarkan hawa nafsu; karena sesungguhnya siapa yang taat kepada الله dan rasul-Nya maka dia telah mendapatkan petunjuk; dan siapa yang bermaksiat kepada الله dan rasul-Nya maka sesungguhnya tidak akan mencelakakan kecuali dirinya sendiri. Maka ini adalah dasar pijakan yang harus mereka pegang."

📕 lihat Majmu' Al-Fatawa (28/16-17).
ا


Minggu, 19 Mei 2024

Ingin Tahu Siapa Tokoh Idolaku ?


 

Ingin Tahu Siapa Tokoh Idolaku ?


     Alhamdulillah.. diriku berpaham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Tokoh yang kuidolakan insya الله hamba-hamba الله yang mukhlas, jujur dan taqwa diantaranya :
1.  Nabi Muhammad dan para Shahabat رضي الله عنهم. Terutama Khalafaur Ar Rosyid Abu Bakr Ash Shiddiq, Umar Al Faruq, Utsman dan 'Ali bin Abi Tholib.
2.  Para Tabi'in terutama Uwais Al Qorni. Kemudian Umar bin ‘Abdil ‘Aziz bin Marwan bin Hakam al-Qurasyi al-Umawi al-Madani, Hasan Al Bashri, Muhammad bin Sirin dan Said bin Musayyab dkk.
3.  Para Tabi'ut Tabi'in terutama Sufyan Ats-Tsauri (97–161 H), Sufyan bin Uyainah (107-198 H), Al-Auza'i (w. 158 H), Abdullah bin Al-Mubarak dkk.
4.  Para Aimah Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama'ah terutama imam Abu Hanifah, imam Malik, Imam Asy Syafi'i dan imam Ahmad.
5.  Para Imam Ahli Hadits terutama imam Bukhori, imam Muslim, imam An Nasa'i, imam Abu Dawud dan imam At Tirmidzi.
6.  Para Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah semisal imam An Nawawi, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah, Ibnu Katsir, Ibnu Rajab, imam Dzahabi dan al hafizh ibnu Hajar Asqolani.
7.  Ulama Ahlus Sunnah di akhir abad 14 H terutama imam Muhammad Al Amin Asy Syinqithi, imam Al Albani dan syaikh Abdurrahman As Sa'di.

     Ini hanya sebagian saja karena tak bisa kusebutkan semuanya. Sehingga tak perlu heran jika diriku sering menukil kalam para tokoh yang kuidolakan tersebut.

Catatan : imam Asy Syinqithi dan imam Al Albani setahuku mengkritik syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam beberapa perkara. Maka suatu kesalahan jika ada yang menuduhnya Wahabi.?

Jumat, 17 Mei 2024

Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Itu Bukanlah Sebuah Jam'iyyah





 

Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Itu Bukanlah Sebuah Jam'iyyah ( Muassasah/Yayasan, Majmu'ah/Group, Hizbiyyah, Partai, Organisasi, Ormas Dan Semisal ) Yang Memecah Belah Agama Serta Memiliki Muassis (Pendiri), Tahun Berdiri, Struktur Organisasi, Keanggotaan Ataupun Tanzhim Yang Menuntut Ketaataan Para Pengikutnya


     Dalam Al Qur'an الله Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolong-golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada الله. Kemudian الله akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’am [6]: 159)

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum [30]: 32) 

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minuun [23]: 52)

     Lebih-lebih ketika kalau kita melihat dampak dan pengaruh dari perpecahan dan kelompok-kelompok tersebut ketika masing-masing kelompok menghina, mencela, dan memfasikkan kelompok lainnya tanpa hujjah dan burhan.

     Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

Ketahuilah sesungguhnya umat sebelum kalian dari Ahli Kitab berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka, dan 1 golongan di surga. Merekalah Al Jama’ah.” (HR. Abu Daud 4597, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

     Rasulullah ﷺ juga bersabda :

عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .من سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Berpeganglah pada Al Jama’ah dan tinggalkan kekelompokan. Karena syaithan itu bersama orang yang bersendirian dan syaithan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah surga, maka berpeganglah pada Al Jama’ah. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min.” (HR. Tirmidzi no.2165, ia berkata: “Hasan shahih gharib dengan sanad ini”)

Lebih-lebih jika kita melihat dampak dan pengaruh dari perpecahan dan hizb (golongan/kelompok-kelompok) tersebut ketika masing-masing hizb/golongan saling mencela, melakukan tahdzir, tabdi' dan hajr 'uqubah kepada kelompok lainnya tanpa hujjah dan burhan, melainkan berdasarkan hawa nasfu.

     Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ


“Ketahuilah sesungguhnya umat sebelum kalian dari Ahli Kitab berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka, dan 1 golongan di surga. Merekalah Al Jama’ah.” (HR. Abu Daud 4597, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

     Rasulullah ﷺ juga bersabda :

عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .من سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ


“Berpeganglah pada Al Jama’ah dan tinggalkan kekelompokan. Karena syaithan itu bersama orang yang bersendirian dan syaithan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah surga, maka
berpeganglah pada Al Jama’ah. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min.” (HR. Tirmidzi no.2165, ia berkata: “Hasan shahih gharib dengan sanad ini”)

     Dan ketahuilah tolok ukur "Al Jama'ah" itu bukan banyaknya jumlah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu :

اَلْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ

Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan al haq (kebenaran) walaupun engkau sendirian.” Dalam riwayat lain:

وَيحك أَن جُمْهُور النَّاس فارقوا الْجَمَاعَة وَأَن الْجَمَاعَة مَا وَافق طَاعَة الله تَعَالَى

Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.” (lihat Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70)

     Jadi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ dan para Shahabatnya, dan dalam memahami dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ tersebut mereka meneladani praktek dan pemahaman para Shahabat, tabi’in dan orang yang mengikuti mereka. Tanpa ditambah, dikurangi ataupun dirubah dengan mengadakan beragam bid'ah dalam agama yang tidak diajarkan Nabi dan para Shahabat sebagaimana ajaran 72 firqoh (golongan) yang sudah tidak murni. Ajaran Islam telah sempurna dan tidak butuh disempurnakan lagi. Dan makna ini sesuai dengan apa yang disebutkan Rasulullah ﷺ tentang satu golongan yang selamat :

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَاب

”yaitu orang-orang yang berada pada millah-ku dan jalannya para Shahabatku.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...