Senin, 08 Agustus 2022

JUJUR AKHLAQ TERMULIA VERSUS DUSTA AKHLAQ PALING TERCELA




JUJUR AKHLAQ TERMULIA VERSUS DUSTA AKHLAQ PALING TERCELA



بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين, والصلاة و السلام على نبينا محمد, عبدالله و رسوله وعلى اله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم  الدين, و بعد :

     Allah Ta'ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang shodiq (jujur dan benar)." ( QS. At Taubah : 119 ).


Bab I. Jujur  Akhlaq Paling Mulia

     Jujur adalah sifat mulia yang berfungsi sebagai perias jiwa dan mengangkat derajat akhlaq manusia. Rosulullah adalah pemuka orang-orang yang jujur sehingga kejujuran beliau sangat menonjol dan merupakan sifat yang melekat pada pribadi dan jati diri beliau. Sejak kecil beliau terkenal dengan sifat jujur bahkan menjadi panutan dan simbol dalam kejujuran.
     Allah Ta'ala telah mengabarkan bahwa nanti pada hari Qiyamat tiada yang mampu memberi manfaat kecuali kejujuran dan tiada yang mampu memberi keselamatan kecuali kejujuran sebagaimana firman Allah:

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

"Allah berfirman, “Inilah saat orang yang shodiq memperoleh manfaat dari kejujurannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.”  (QS. Al Maidah: 119).
    Allah Ta'ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang shodiq (jujur dan benar)."  ( QS. At-Taubah : 119 ).
     Allah Ta'ala berfirman :

وَالَّذِيْ جَاۤءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa." ( QS. Az Zumar : 33 ).
     Allah Ta'ala perintahkan para hamba-Nya yang beriman agar jujur dan berpegang teguh dengan kebenaran. Tujuannya agar mereka istiqomah di jalan kebenaran (orang-orang yang jujur). Jujur merupakan sifat terpuji yang dituntut keberadaannya dari kaum Mukmin, baik laki-laki maupun perempuan. Allah Ta'ala berfirman :

وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ

 “…Laki-laki dan perempuan yang benar (jujur)…”  ( QS. Al-Ahzab : 35 ).

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

“…Tetapi jikalau mereka benar (imannya) tehadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka." ( QS. Muhammad : 21 ).
     Allah Ta'ala memberitahukan nilai kejujuran, bahwa kejujuran itu merupakan kebaikan sekaligus penyelamat. Sifat itulah yang menentukan nilai amal perbuatan, karena kejujuran merupakan ruhnya. Seandainya orang-orang itu benar-benar ikhlas dalam beriman dan berbuat taat, niscaya kejujuran adalah yang terbaik bagi mereka.
     Shidiq merupakan jalan menuju Jannah dan tiada cara belajar yang tepat untuk jujur kecuali hanya membiasakan kejujuran dalam kehidupan.


Bab II. Kejujuran Ibarat Pedang Allah di Muka Bumi

     Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah (wafat 751 H) menerangkan sifat as-shidq (kejujuran), dengan perkataannya, “Yaitu maqam (kedudukan) kaum yang paling agung, yang darinya bersumber kedudukan-kedudukan para salikin  (orang-orang yang berjalan menuju kepada Allah), sekaligus sebagai jalan terlurus, yang barang siapa tidak berjalan di atasnya, maka mereka itulah orang-orang yang akan binasa. Dengannya pula dapat dibedakan antara orang-orang munafik dengan orang-orang yang beriman, para penghuni Surga dan para penghuni Neraka. Kejujuran ibarat pedang Allah di muka bumi, tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atasnya melainkan akan terpotong olehnya. Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebathilan melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya serta tidaklah ia menyerang lawannya melainkan ia akan menang. Barangsiapa menyuarakannya, niscaya kalimatnya akan terdengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya. Kejujuran merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut dan pintu masuk bagi orang-orang yang akan menghadap Rabb Yang Mahamulia. Kejujuran merupakan pondasi bangunan agama (Islam) dan tiang penyangga keyakinan. Tingkatannya berada tepat di bawah derajat kenabian yang merupakan derajat paling tinggi di alam semesta, dari tempat tinggal para Nabi di Surga mengalir mata air dan sungai-sungai menuju ke tempat tinggal orang-orang yang benar dan jujur. Sebagaimana dari hati para Nabi ke hati-hati mereka di dunia ini terdapat penghubung dan penolong.”


Bab III. Tingkatan Orang-orang Jujur

     Hakekat kejujuran adalah keserasian antara yang tersembunyi dan yang tampak dan antara yang lahir dengan yang bathin.
     Jujur memiliki enam tingkatan dan digunakan untuk enam makna antara lain :
Pertama : Jujur dalam ucapan dan perbuatan. Diantaranya adalah kejujuran dalam menyampaikan kabar baik tentang masa lalu atau berita masa yang akan datang, bisa juga dalam janji atau ingkar. Oleh sebab itu seorang hamba harus menjaga setiap lafazh yang terucap dari lisannya dan tidak berbicara kecuali dengan ucapan yang jujur. Inilah kejujuran yang paling dikenal dan tampak di kalangan masyarakat.
Kedua : Jujur dalam niat dan kehendak. Bisa diraih dengan bersikap ikhlash kepada Allah dalam setiap tingkah laku dan gerakan.
Ketiga : Jujur dalam tekad. Jujur dalam tekad berarti tidak ada keragu-raguan dalam tekad tersebut. Jadi jujur dalam tekad sebagai ungkapan kesempurnaan dan kekuatan yang ada dalam jiwa agar tidak lemah atau batal keinginan untuk mewujudkan.
Keempat : Jujur dalam  mewujudkan atau membuktikan tekad ketika ada kemampuan.
Oleh karena itu Allah memuji orang yang memiliki tekad bulat dan mampu membuktikan tekad tersebut sebagaimana firman Allah Ta'ala :

مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)." ( QS. Al Ahzab : 23 ).
Kelima : Jujur dalam amal perbuatan, yaitu tidak dusta dalam tingkah laku dan perbuatan.
Keenam : Jujur dalam merealisasikan/mewujudkan perintah agama. Ini tingkatan yang paling mulia dan berharga. Diantara contohnya jujur dalam perasaan khouf (takut), zuhud, ridha, cinta, tawwakal dan semisal.


Bab IV. Dusta Akhlaq Tercela

     Allah Ta'ala berfirman :

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ

"Sesungguhnya yang mengada-adakan kedustaan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pendusta." (QS. An Nahl : 105).
     Seorang mukmin mungkin saja terjerumus dalam akhlak buruk yang lain, akan tetapi mukmin yang sesungguhnya tidak akan berkhianat dan tidak akan berdusta. Sebagaimana dalam sebuah riwayat Nabi bersabda :

يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى الْخِلَالِ كُلِّهَا إِلَّا الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ

“Seorang mukmin bisa memiliki tabi'at apa saja kecuali khianat dan dusta” ( HR. Ahmad ).
     Allah Ta'ala berfirman :

كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ ﴿٧﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ ﴿٨﴾ كِتَابٌ مَرْقُومٌ ﴿٩﴾ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ ﴿١٠﴾الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ

Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin. Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu? (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal). Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan! (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).  ( QS. Al-Muthaffifiin: 7-11 ).
    

Bab V. Dusta Termasuk Tanda Kemunafikan

     Dalam hadits Ke-48 dari Jami'ul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab berkata :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : أَربعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً ، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ فِيْهِ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفاقِ حَتَّى يَدَعَهَا : مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ  خَرَّجَهُ البُخَارِيُّ  وَمُسْلِمٌ

"Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada empat tanda seseorang disebut munafik. Jika salah satu perangai itu ada, ia berarti punya watak munafik sampai ia meninggalkannya. Empat hal itu adalah: (1) jika berkata, berdusta; (2) jika berjanji, tidak menepati; (3) jika berdebat, ia berpaling dari kebenaran; (4) jika membuat perjanjian, ia melanggar perjanjian (mengkhianati).” (HR. Bukhari dan Muslim).
     Kemudian ada hadits lain yang menambah satu tanda kemunafikan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, berkhianat.” (HR. Muslim, no. 59).


Bab VI. Pujian Terhadap Kejujuran dan Celaan Terhadap Kedustaan

     Allah membagi manusia menjadi dua yaitu kelompok orang-orang yang jujur dan kelompok munafiq sebagaimana Allah Ta''ala berfirman :

 لِيَجْزِيَ اللّٰهُ الصّٰدِقِيْنَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ اِنْ شَاۤءَ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ

"Agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." ( QS. Al Ahzab : 24). 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا 

"Dari Abdullah bin Mas'ud rodhiyaAllahu 'anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda, "Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata jujur. Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Kebaikan akan mengantarkan ke Jannah. Seseorang yang selalu berkata jujur dia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah kedustaan. Sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada kejahatan. Kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berdusta, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.'' (HR Bukhori-Muslim).
     Umar bin Khoththob berkata: "Aku menjadi terhina karena kejujuran lebih kucintai daripada aku naik derajat dengan kedustaan."  
     Ali bin Abu Tholib rodhiyaallahu 'anhu selalu berusaha untuk jujur dalam ucapannya dan bersikap jujur dalam tindakannya sehingga beliau berkata: "Kejujuran lebih berharga daripada harta yang dimakan dan diwariskan seseorang."
Beliau juga berkata: "Dusta laksana fatamorgana."
     Ibnu Abbas rodhiyaallahu 'anhu berkata dalam mentafsiri firman Allah Ta'ala:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ

"Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan..." ( QS. Al Baqoroh: 42).
Maknanya: "Janganlah kamu mencampuradukan antara kejujuran dan kedustaan."
Ibnu Abbas juga berkata: "Sangat berhak bagi Allah untuk tidak mengangkat derajat pendusta dan tidak  memenangkan hujjahnya."
     Imam Sya'bi berkata: "Tetaplah kalian di atas kejujuran meskipun terlihat merugikan, maka ketahuilah suatu ketika berguna bagimu. Dan hati-hatilah dari berdusta meskipun terlihat menguntungkan, ketahuilah suatu saat akan merugikan kamu.".
     Ahli hikmah berkata: "Pendusta tidak akan bisa jaya meskipun mampu meletakkan rembulan di atas kedua tangannya dan orang jujur tidak akan terhina meskipun seluruh orang memusuhinya."
     Kedudukan sifat jujur dan orang-orang jujur berada di tempat yang paling depan dalam kamus akhlaq mulia, sebaliknya sifat dusta dan para pendusta berada di tempat yang paling rendah dalam kamus akhlaq tercela. Dusta merupakan suatu akhlaq yang paling berbahaya dan kejujuran sesuatu yang paling berguna, oleh sebab itu kejujuran lebih tinggi dari keimanan karena kejujuran tidak hanya sekedar iman. Shidiq puncak dari seluruh nilai kebaikan dan keutamaan, sedang dusta akar dari seluruh kejahatan dan kerugian.

Bab VII. Penutup

     Pada hari Qiyamat Allah nembagi manusia menjadi dua yaitu kelompok orang-orang yang jujur dan kelompok munafiq yang pendusta sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

 لِيَجْزِيَ اللّٰهُ الصّٰدِقِيْنَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ اِنْ شَاۤءَ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ

"Agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." ( QS. Al Ahzab : 24).

وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

"Dan katakanlah (Muhammad), ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)." ( QS. Al Isro' : 80 ).
      Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang jujur serta melindungi kita dari akhlaq dusta dan kejelekan para pendusta.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين






Blora, Senin 10 Muharrom 1444 H / 08-08-2022 M.



Hazim Al Jawiy





Rabu, 27 Juli 2022

WAHAI SAUDARAKU..KERJAKANLAH SHOLAT JUM'AT BERSAMA UMARO' SEBAGAI BUKTI KETAATANMU







WAHAI SAUDARAKU..KERJAKANLAH SHOLAT JUM'AT BERSAMA UMARO' SEBAGAI BUKTI KETAATANMU




بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين, والصلاة و السلام على نبينا محمد, عبدالله و رسوله وعلى اله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم  الدين, و بعد :

     Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS.62 Al Jumu’ah : 9).
      Dari Thoriq bin Syihab, dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ  إلَّا أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ  أَوْ امْرَأَةٌ  أَوْ صَبِيٌّ  أَوْ مَرِيضٌ

“Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim kecuali empat orang. Hamba sahaya yang dimiliki, perempuan, anak kecil, dan orang sakit,” (HR Abu Daud dengan sanad sesuai syarat Bukhori dan Muslim).
Allah Ta'ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ 

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al Maidah : 50).


Bab I. Dalil-dalil yang Perintahkan Taat Kepada Ulil Amri (Umaro'/Pemimipin yang Sah/Penguasa)

     Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’ : 59).
     Ulil amri dalam ayat di atas ada empat tafsiran dari para ulama, yaitu ada ulama yang berpendapat bahwa mereka adalah penguasa. Ada juga pendapat lainnya yang menyatakan bahwa ulil amri adalah para ulama. Dua pendapat lainnya menyatakan bahwa ulil amri adalah sahabat Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, juga ada yang menyebut secara spesifik bahwa ulil amri adalah Abu Bakr dan Umar sebagaimana pendapat dari ‘Ikrimah.
     Kalau yang dimaksudkan ulil amri adalah penguasa, maka perintah mereka memang wajib ditaati selama bukan dalam perkara maksiat. Dalam hadits disebutkan,

السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

Patuh dan taat pada pemimpin tetap ada selama bukan dalam maksiat. Jika diperintah dalam maksiat, maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan.” (HR. Bukhari, no. 2955)

     Syaikh ‘Abdurrohman bin Nashir As-Sa’di rohimahullah  menyebutkan bahwa Allah memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan taat kepada Rosul dengan menjalankan perintah keduanya baik yang wajib maupun sunnah serta menjauhi setiap larangannya. Juga dalam ayat disebutkan perintah untuk taat pada ulil amri. Yang dimaksud ulil amri di sini adalah yang mengatur urusan umat. Ulil amri di sini adalah penguasa, penegak hukum dan pemberi fatwa (para ulama). Urusan agama dan urusan dunia dari setiap orang bisa berjalan lancar dengan menaati mereka-mereka tadi. Ketaatan pada mereka adalah sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan bentuk mengharap pahala di sisi-Nya. Namun dengan catatan ketaatan tersebut bukanlah dalam perkara maksiat pada Allah. Kalau mereka memerintah pada maksiat, maka tidaklah ada ketaatan pada makhluk dalam bermaksiat pada Allah.
Diutarakan pula oleh Syaikh As-Sa’di bahwa ketaatan pada Allah diikutkan dengan ketaatan pada Rosul dengan mengulang bentuk fi’il (kata kerja) athi’u (taatlah). Rahasianya adalah bahwa ketaatan pada Rosul sama dengan bentuk ketaatan pada Allah. Maksudnya, kalau kita mengikuti dan taat pada Rosul berarti kita telah taat pada Allah. Sedangkan ketaatan pada ulil amri disyaratkan selama bukan dalam maksiat. (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rohman, hlm. 183-184).
     Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata menangis, maka kami berkata, ‘Wahai Rosulullah! Sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.’ Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ

Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak.” (HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
     Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ أَطَاعَنِى فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ يَعْصِنِى فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِى وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِى

Barangsiapa menaatiku, maka ia berarti menaati Allah. Barangsiapa yang  tidak mentaatiku berarti ia tidak menaati Allah. Barangsiapa yang taat pada pemimpin berarti ia menaatiku. Barangsiapa yang tidak menaati pemimpin berarti ia tidak menaatiku.” (HR. Bukhori, no. 7137 dan Muslim, no. 1835).

Bab II. Ijma' Ahlus Sunnah Disyari'atkan Sholat Jum'at, Sholat Id, Dan Haji Bersama Umaro' (Ulil Amri) Sebagaimana Jihad.

     Kita disyari'atkan untuk taat pada pemimpin muslim selama ia muslim walaupun ia ahli maksiat, yaitu taat dalam hal shalat Jumat, sholat Id, jihad, dan haji bersamanya. Sebagaimana pengamalan Salaful Ummah yang senantiasa mengerjakan sholat Jum'at di belakang umaro'/amir yang sah atau wakil yang ditunjuk. Demikian juga disebutkan dalam kitab-kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
     Di antara dalil dari sunnah (hadits) yang menunjukkan tetap diperintahkan sholat di belakang pemimpin yang fajir (selama mereka belum kafir) adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzarr rodhiyallahu ‘anhu, ketika beliau bertanya kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam tentang sholat di belakang pemimpin yang mengakhirkan sholat dari waktunya, maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلِّ الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا، فَإِنْ أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ مَعَهُمْ فَصَلِّ، وَلَا تَقُلْ إِنِّي قَدْ صَلَّيْتُ فَلَا أُصَلِّي

“Sholatlah pada waktunya. Jika Engkau menjumpai sholat bersama mereka (di luar waktu), maka sholatlah. Dan jangan katakan, “Sesungguhnya aku sudah sholat, maka aku tidak sholat (bersama kalian).” (HR. Muslim no. 648)
     Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa sholat lagi di belakang penguasa (di luar waktu/mengakhirkan waktu sholat) itu dinilai sebagai sholat sunnah. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَعَلَّكُمْ سَتُدْرِكُونَ أَقْوَامًا يُصَلُّونَ الصَّلَاةَ لِغَيْرِ وَقْتِهَا، فَإِنْ أَدْرَكْتُمُوهُمْ فَصَلُّوا الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا، وَصَلُّوا مَعَهُمْ وَاجْعَلُوهَا سُبْحَةً

“Mungkin kalian akan menjumpai suatu kaum yang mengerjakan sholat tidak pada waktunya. Jika kalian mendapati mereka, maka sholatlah pada waktunya, kemudian ikutlah sholat bersama mereka dan anggaplah itu sebagai shalat sunnah.” (HR. An-Nasa’i no. 779. Dinilai hasan shahih oleh Al-Albani)
     Al Hasan berkata tentang umaro' (para pemimpin): "Mereka mengelola lima urusan kita yaitu sholat Jum'at, sholat berjama'ah, sholat 'Id, tsughur (tapal perbatasan), dan hudud. Demi Allah agama tidak tegak kecuali dengan mereka, kendati mereka melampaui batas dan zholim. Demi Allah apa yang diperbaiki Allah melalui mereka itu lebih banyak daripada apa yang mereka rusak. Demi Allah taat kepada penguasa tirani pasti menjengkelkan tetapi keluar dari mereka adalah kekafiran." (dalam Jami'ul Ulum wal Hikam karya Ibnu Rojab syarh hadits ke-28).
     Berkata Sufyan Ats Tsauri rohimahullah (wafat 161 H) dalam kitab Syarhu Ushul I’tiqod Ahlussunnah Wa Al-Jama'ah Min Al-Kitab Wa As-Sunnah Wa Ijma’ Ash-Shohobah Wa At-Tabi’in Min Ba’dihim oleh Imam Al-Lalikai (wafat 418 H):
"Wahai Syu’aib, tidak bermanfaat bagimu apa yang engkau tulis hingga engkau berpendapat (diwajibkannya) shalat di belakang (pemimpin) yang baik maupun yang jelek. Berjihad (di belakang pemimpin kaum muslimin) berlaku sampai hari kiamat serta bersabar di bawah bendera mereka yang zhalim maupun yang adil. Syu’aib berkata: Wahai Abu Abdillah, apakah semua sholat? Sufyan berkata: Tidak, akan tetapi sholat Jum'at dan sholat Idul Fitri serta Idul Adha. Sholatlah di belakang (pemimpin) yang engkau jumpai. Adapun sholat yang lainnya, maka terserah kepadamu. Dan jangan engkau sholat melainkan di belakang orang yang engkau percayai dan engkau mengetahui bahwa dia dari Ahlussunnah wal Jamaah."
     Imam Ahmad rohimahullah (wafat 241 H) dalam Ushulus Sunnah berkata:

وَصَلاةُ الجُمُعَةِ خَلْفَهُ، وَخَلْفَ مَنْ وَلَّاهُ جَائِزَةٌ بَاقِيَةٌ تَامَّةٌ رَكْعَتَيْنِ، مَنْ أَعَادَهُمَا فَهُوَ مُبْتَدِعٌ، تَارِكٌ لِلآثَارِ، مُخَالِفٌ لِلسُّنَّةِ، لَيْسَ لَهُ مِنْ فَضْلِ الجُمُعَةِ شَيءٌ؛ إِذَا لَمْ يَرَ الصَّلاةَ خَلْفَ الأَئِمَّةِ مَنْ كَانُوا: بَرِّهِمْ وَفَاجِرِهِمْ فَالسُّنَّةُ أَنْ تُصَلِّيَ مَعَهُمْ رَكْعَتَيْنِ وَيَدِينُ بِأَنَّهَا تَامَّتٌ،لايَكُنْ فِي صَدْرِكَ مِنْ ذَلِكَ شَكٌّ،

"Melaksanakan sholat Jum’at di belakang mereka dan di belakang orang yang menjadikan mereka sebagai pemimpin (ditunjuk oleh pemimpin) hukumnya boleh dan sempurna dilakukan dua raka’at. Barangsiapa yang mengulangi sholatnya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah) yang meninggalkan atsar-atsar dan menyelisihi Sunnah. Tidak ada baginya sedikitpun dari keutamaan sholat Jum’at apabila ia tidak berpendapat bolehnya shalat di belakang para imam/pemimpin, baik pemimpin itu baik maupun buruk. Karena Sunnah memerintahkan agar melaksanakan sholat bersama mereka dua raka’at dan mengakui bahwa shalat itu sempurna. Tanpa ada keraguan terhadap hal itu di dalam hatimu."
     Imam Al-Muzani rohimahullah (wafat 264 H) dalam kitab Syarhus Sunnah berkata:

وَلاَ نَتْرُكُ حُضُوْرَ الجُمُعَةِ وَ صَلاَةٌ مَعَ بَرِّ هَذِهِ الأُمَّةِ وَفَاجِرِهَا لاَزِمٌ , مَا كَانَ مِنَ البِدْعَةِ بَرِيْئًا فَإِنِ ابْتَدَعَ ضَلاَلاً فَلاَ صَلاَةَ خَلْفَهُ وَالجِهَادُ مَعَ كُلِّ إِمَامٍ عَدْلٍ أَوْجَائِرٍ وَالحَجُّ

"Kita tidaklah meninggalkan menghadiri sholat Jum'at. Akan tetapi, hendaklah melakukan sholat tersebut bersama pemimpin dari umat Islam yang baik ataupun fajir (banyak berbuat dosa), selama pemimpin tersebut bersih dari kebid’ahan. Jika ia melakukan kebid’ahan yang sesat (yang menyebabkan kekafiran), tidaklah boleh sholat di belakangnya. Jihad dilakukan bersama pemimpin yang adil atau tidak adil, demikian halnya dengan haji."
     Berkata Imam Al Barbahari rohimahullah (wafat 329 H) dalam Syarhus Sunnah: "Ketahuilah bahwa kejahatan penguasa tidak mengurangi kewajiban yang Allah wajibkan melalui lisan Nabi-Nya. Kejahatannya untuk diri mereka sendiri, sedangkan ketaatan dan kebaikanmu bersamanya tetap sempurna Insya Allah. Yakni kebaikan berupa sholat jama'ah, sholat Jum'at dan jihad bersama mereka dan segala sesuatu dari ketaatan yang dikerjakan bersama mereka, maka pahalamu sesuai dengan niatmu."
     Al-Imam Abu Utsman Ash-Shobuni (wafat tahun 449 H ) dalam kitab Aqidah Salaf Ashabil Hadits berkata :

ويرى أصحاب الحديث الجمعة والعيدين و غيرهما من الصلوات ، خلف كل إِمام ، برا كان أو فاجراً ، ويرون جهاد الكفرة معهم ، وإِن كانوا جَوَرة فجرة ، ويرون الدعاء لهم بالإِصلاح والتوفيق والصلاح ، وبسط العدل في الرعية

Dan Ashabul hadits memandang sholat Jumat, Iedain, dan sholat-sholat yang lainnya di belakang setiap imam yang muslim yang baik maupun yang fajir, mereka memandang hendaknya mendoakan para pemimpin dengan taufiq dan kebaikan, dan menyebarkan keadilah terhadap rakyat.” 
     Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah dalam kitab Al Aqidah Al Wasithiyah:

و يرون إقامة الحج و الجهاد والجمع و الٱعياد مع الٱمرا

"Dan mereka (Ahlus Sunnah) berpendapat pelaksanaan Haji, Jihad, Sholat Jum'at, dan Sholat 'Id bersama para amir (penguasa)."
     Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah ketika menjelaskan ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah berkata:
"Jika ada yang bertanya: "Mengapa kita mesti sholat di belakang mereka dan mengikuti mereka dalam Haji, Jihad, (sholat) Jum'at, dan 'Id?" Kita katakan karena mereka imam kita yang kita beragama dengan mendengar dan mentaati mereka, karena perintah Allah. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An Nisa' : 59).
Dan perintah Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya akan terjadi setelahku kezholiman-kezholiman dan perkara-perkara yang kalian ingkari. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada orang yang mengalaminya dari kami?" Beliau menjawab: "Tunaikan hak-hak mereka atas kalian, dan mintalah kepada Allah hak-hak kalian." (HR. Muslim).
Yang dimaksud hak mereka (penguasa) yaitu ketaatan kepada mereka selain bermaksiat kepada Allah."
     Syaikh Sholih Al Fauzan ketika menjelaskan ucapan Syaikul Islam Ibnu Taimiyah dalam Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah berkata:
و يرون إقامة الحج و الجهاد والجمع و الٱعياد مع الٱمرا

"Dan mereka (Ahlus Sunnah) berpendapat pelaksanaan Haji, Jihad, Sholat Jum'at, dan Sholat 'Id bersama para amir (penguasa)." . Artinya: Ahlus Sunnah berkeyaqinan syi'ar-syi'at ini wajib dikerjakan bersama para penguasa kaum muslimin. Mereka abror (benar) atau tidak sholih. Yaitu: apakah mereka orang yang sholih atau fasiq (pendosa), orang yang kefasikannya tidak mengeluarkan dari agama (Islam)."
    Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rohimahullah berkata,
“Siapa saja yang meninggalkan sholat Jum’at dan sholat berjamaah di belakang pemimpin yang fajir (jahat atau dzalim), maka dia adalah mubtadi’ (ahlul bid’ah) menurut jumhur (mayoritas) ulama. Yang benar adalah sholat di belakang mereka dan tidak mengulang sholat. Hal ini karena para sahabat rodhiyallahu ‘anhum tetap sholat Jum’at dan sholat berjamaah di belakang pemimpin yang fajir dan tidak mengulang sholat mereka. Hal ini sebagaimana ‘Abdullah bin ‘Umar rodhiyallahu ‘anhu yang sholat di belakang Al-Hajjaj bin Yusuf, demikian pula Anas radhiyallahu ‘anhu.” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyyah)



Bab III. Hikmah Mengerjakan Sholat Jum'at Di Belakang Umaro'

(1) Mentaati Allah dan Nabi.
     Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’ : 59).
(2) Taat pemimpin
     Imam Al-Muzani rohimahullah berkata, “Kita tidaklah meninggalkan menghadiri shalat Jumat. Akan tetapi, hendaklah melakukan shalat tersebut bersama pemimpin dari umat Islam yang baik ataupun fajir (banyak berbuat dosa).”
     Hal ini dalam rangka menjalankan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau memerintahkan kita untuk taat kepada pemimpin dan tidak boleh menyelisihi mereka. Prinsip ini bertentangan dengan prinsip agama yang dijalankan oleh kaum Khowarij dan Mu’tazilah.
     Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah ketika menjelaskan ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah berkata:
"Mereka (Ahlus Sunnah Wal Jama'ah) berpendapat untuk menegakkan Haji bersama para amir (penguasa) walaupun mereka fasiq. Bahkan walau mereka minum khomr ketika Haji. Mereka tidak berkata: "Ini adalah imam faajir, kami tidak mau terima kepemimpinannya.". Karena mereka berpendapat bahwa mentaati waliyul amri adalah wajib walaupun mereka fasiq, dengan syarat selama kefasikannya  tifak membawa kepada kekafiran yang jelas yang di sisi Allah kita punya burhan...".
(3) Demi menjaga persatuan kaum muslimin
     Imam Al-Muzani ini menjelaskan bahwa wajib menjaga shalat Jumat bersama jamaah kaum muslimin. Masalah ini dibawakan oleh para ulama dalam kitab aqidah untuk menjaga persatuan kaum muslimin dan menjaga jamaah mereka. Kaum muslimin diperintahkan untuk menghadiri shalat Jumat di masjid walaupun imam yang melaksanakan shalat di situ adalah seorang fasik atau punya sebagian kesalahan. Ini semua untuk menjaga persatuan kaum muslimin.


Bab IV. Syubhat Dan Bantahan

1. Syubhat: "Pemimpin melakukan bid'ah dan kefasikan".
Bantahan:
(1) Kita diperintahkan taat kepada ulil amri selama bukan perkara maksiat. Dalilnya sangat banyak dan jelas bagi orang yang berakal sehat.
(2) Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:

يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يُؤَخِّرُونَ الصَّ ةَالَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا فَإِنْ أَنْتَ أَدْرَكْتَهُمْ فَصَلِّ الصَّ ةَالَ لِوَقْتِهَا-وَرُبَّمَا قَالَ: فِي رَحْلِكَ-ثُمَّ ائْتِهِمْ فَإِنْ وَجَدْتَهُمْ قَدْ صَلُّوا كُنْتَ قَدْ صَلَّيْتَ وَإِنْ وَجَدْتَهُمْ لَمْ يُصَلُّوا صَلَّيْتَ مَعَهُمْ فَتَكُونُ لَكَ نَافِلَةً.

“Wahai Abu Dzar, sungguh akan muncul di tengah kalian penguasa-penguasa yang mengakhirkan sholat dari waktu-waktunya. Jika engkau dapatkan mereka, sholatlah engkau pada waktunya.’ -atau beliau mengatakan-, ‘Sholatlah di rumahmu, kemudian datangilah mereka. Jika kalian dapatkan mereka sudah selesai menunaikan sholat, engkau telah tunaikan sholat sebelumnya. Seandainya engkau dapatkan mereka belum sholat, sholatlah bersama mereka dan sholat itu adalah nafilah (sunnah) bagimu’.”
(3) Sejumlah sahabat Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam melakukan sholat di belakang para pemimpin yang jahat seperti sahabat Ibnu Umar dan Anas rodhiyallahu ‘anhuma. Keduanya pernah sholat di belakang Hajjaj (seorang pemimpin yang jahat dan zalim). Sahabat Ibnu Mas’ud juga pernah sholat di belakang al-Walid bin Uqbah dan sejumlah para ulama sunnah sholat di belakang para umara yang zholim dari bani Umayyah dan bani Abbasiyah.
2. Syubhat: "Pemerintah tidak mewajibkan kita sholat Jum'at di belakangnya".
Bantahan:
(1) Pemerintah NKRI menghimbau agar kaum muslimin menjaga persatuan dan tidak berpecah belah. Atau silahkan tanya menteri Agama.
(2) Himbauan pemerintah itu wajib kita taati selama bukan perkara maksiat.
3. Syubhat: "Pemerintah tidak melarang kita mengadakan sholat Jum'at sendiri."
Bantahan:
(1) Kata siapa pemerintah tidak melarangnya?
(2) Bukankah sudah banyak kasus dan pertikaian sehingga pemerintah daerah melarang mengadakan sholat Jum'at sendiri.?
(3) Silahkan tanya menteri Agama dan ulil amri: "apa ridho dan senang melihat rakyatnya berpecah belah mengadakan sholat Jum'at sendiri-sendiri ataukah ingin bersatu dan tidak berpecah belah?"
4. Syubhat: "Izin dari pemerintah itu tidak harus berupa perizinan, tapi bisa berupa urf."
Bantahan:
(1) Sebutkan dalil dan salafnya?
(2) Di sebuah daerah setahu saya banyak urf seorang istri puasa Sunnah atau keluar rumah tanpa minta izin kepada suami..seperti halnya mereka yang mengadakan sholat Jum'at sendiri kerena mengikuti urf. Apa perbuatan tersebut dibenarkan.??
(3) Hukum asalnya sholat Jum'at wajib dikerjakan di belakang ulil amri dan pemerintah tidak mengizinkan kaum muslimin berpecah-belah mengadakan sholat Jum'at sendiri. Akan tapi banyak dari mereka yang menuntut minta imaroh dan wilayah kepada pemerintah dengan mendirikan muassasah.
5. Syubhat: "Dengan mengadakan sholat Jum'at sendiri maka kita bisa kerjakan dengan tata cara yang lebih mencocoki Sunnah."
Bantahan:
(1) Dengan tafarruq dan mengadakan sendiri saja itu sudah menyelisihi Sunnah..menyelisihi Aqidah Ahlus Sunnah ataupun Ushulus Sunnah serta tiada salafnya.
(2) Apa ada nukilan dari Salafus Sholih yang mengadakan sholat Jum'at dan sholat Id sendiri tidak di belakang penguasa ataupun orang-orang yang ditunjuk ulil amri (penguasa)?
6. Syubhat: "Sholat Jum'at di satu masjid tidak mungkin bisa diamalkan pada zaman sekarang. Dan kita semua sepakat akan bolehnya mengerjakan sholat Jum'at tidak di satu masjid jika memang ada hajat yang menuntut.. Demikian juga sholat 'Id."
Bantahan:
(1) Memang benar dan pemerintah yang paling berhak untuk mengurusinya..sebagaimana pernah dilakukan Ali bin Abi Tholib dengan menunjuk orang untuk mengimami untuk sholat 'Id.
(2) Berpecah belah mengadakan sholat Jum'at sendiri di banyak masjid dalam sebuah daerah/wilayah termasuk menyelisihi Sunnah,  sebagaimana kalam syaikh Albani.
(3) Pemerintah NKRI pun sudah mengatur mulai dari tingkat pusat sampai tingkat desa sudah mengadakan sholat Jum'at. Apa itu semua masih belum cukup.??
7. Syubhat: "Kami sudah mengerjakan sholat Jum'at dan 'Id bersama pemerintah karena hari dan waktunya bersamaan".
Bantahan:
(1) jika hanya hari dan waktunya yang bersamaan maka orang-orang Khowarij dan mayoritas ahlu bid'ah juga demikian. Sekarang apa bedanya?
(2) Jika makna ma'a ditakwil yang penting waktunya bersamaan..berarti apa mereka pernah mandi ma'al umaro..makan ma"al umaro'..tidur ma'al umaro' ataupun jima' ma'al umaro'.??
(3) Apabila hanya waktunya saja yang bersamaan..maka demi Allah ini pemahaman bathil! Apa ada ahlu bid'ah yang mengadakan sholat Jum'at pada hari selain Jum'at.??
8. Syubhat: "Masjid jami' jaraknya jauh."
Bantahan:
(1) jauhnya berapa km? Apa lebih dari setengah hari jika ditempuh berjalan kaki atau sudah termasuk jarak safar? Andai memang benar seperti itu sehingga memberatkan maka insya Allah kewajiban sholat Jum'at bisa gugur dan diganti dengan sholat Dhuhur.
(2)  Lebih jauh mana masjid jami' dengan pasar?  Jika belanja ke pasar saja mampu, apa ke masjid jami' tidak mampu. Padahal kebanyakan tidak jauh dari pasar inya Allah ada masjid Jami'.
9. Syubhat : "Sholat Jum'at di belakang umaro' itu bukan pemahaman ahlu ilmi."
Bantahan :
(1) Silahkan datangkan burhan jika sholat Jum'at di belakang umaro' bukan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama'ah!! Jika tidak ingin mendapat laqob "syaithon pendusta".
(2) Mereka itu menolak sholat Jum'at bersama umaro' karena tidak mencocoki hawa nafsu pak ustadz Salafi beragam versi. Mereka mayoritas punya sejarah hitam..mulai laskar jahat, mengemis, mendirikan yayasan, dusta, khianat dst. Demikian juga banyak dari mereka yang dulunya pernah ikut kelompok/jam'iyyah shohibul bid'ah yang ada di Indonesia..berlumuran dengan bid'ah dan jatuh bangun serta tersungkur. Apa seperti itu orang yang memiliki ilmu nafi'.??
(3) Jika mereka memang jujur dan bukan syaithon pendusta..apa ridho jika aku ajak berhakim kepada Allah untuk menampakkan Al haqq??? Dan aku berlindung kepada Allah dari sifat dusta dan kejelekan para syaithon pendusta.

     Jawablah dengan jujur: "Jika dalam perkara sholat Jum'at saja banyak yang gemar berpecah-belah dan enggan bersatu di belakang ulil amri atau orang yang ditunjuk oleh pemerintah..sekarang ingin bersatu dalam perkara apa.?? Apa ada amal ibadah jama'i yang lebih utama dari pada sholat Jum'at?"


Bab V. Ancaman Atas Orang Yang Enggan Mengamalkan Ilmu

     Terdapat banyak dalil yang menunjukkan ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Orang yang berilmu akan ditanya tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan dari ilmunya tersebut. Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmunya sia-sia dan akan menjadi penyesalan baginya.
     Allah berfirman :

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

“ Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu melupakan kewajiban dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? “ (QS. Al Baqorah : 44)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“ Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. “ (QS. Ash Shof : 2-3)

وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

“ Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.“ (QS. Huud : 88).
     Dari Usamah bin Zaid, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ ، فَيَقُولُونَ أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya.” (HR. Bukhori no. 3267 dan Muslim no. 2989).
     Kemudian Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata:

من تعلم علما لم يعمل به لم يزده إلا كبرا

Siapa yang belajar ilmu (agama) lantas ia tidak mengamalkannya, maka hanya kesombongan pada dirinya yang terus bertambah.” (Disebutkan oleh Imam Adz Dzahabi dalam Al Kabair, hal. 75).

Mari kita perhatikan:
     Betapa banyak manusia yang mendakwahkan : (1) melarang syirik,(2) melarang menyembah akabir dan thoghut, (3) melarang bid'ah, (4) melarang dusta dan khianat, (5) memeritahkan taat kepada umaro' selama bukan maksiat, mengharamkan shuroh bernyawa, (6) melarang paham Ateisme, (7) melarang tasawwul/minta-minta, (8) mengatakan sholat Jum'at, sholat Id, Haji dan jihad ma'al umaro', (9) melarang taqlid, ta'ashub dan tahazub, (10) wala' wal baro karena Allah, (11) mengajak zuhud dan qona'ah, (12) melarang mengikuti hawa nafsu, (13) melarang mengambil ilmu dari ahlu ahwa' dan pelaku dosa besar, (14) melarang meminta imaroh dan wilayah kepada penguasa, (15) anak hendaknya diasuh hadhinah yang sah, (16) tidak mencari ilmu dengan tujuan dunia, (17) melarang makan sampai kenyang atau dengan 7 usus, (18) melarang syahadatuz zur, (19) amar ma'ruf nahi munkar dan lain-lain..tapi bagaimana pengamalannya.?? Justru banyak dari mereka yang enggan mengamalkan apa yang mereka dakwahkan. Laa haula wa laa quwwata illa billah..


Bab VI. Penutup

     Allah Ta'ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"  (QS. Al Maidah : 50).

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shodiq dari kejujuran mereka. Bagi mereka Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah. Itulah kemenangan yang agung." (QS. 5 Al-Maidah : 119).
     Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukany rohimahullah berkata:

«إن الباطل وإن ظهر على الحق في بعض الأحوال وعلاه، فإن الله سيمحقه ويبطله ويجعل العاقبة للحق وأهله»

"Sesungguhnya kebathilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya."
     Allah Ta'ala berfirman:

فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Qoshosh : 50).

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين







Blora, 27 Dzulhijjah 1444 H


Hazim Al Jawiy



 

Selasa, 19 Juli 2022

WAHAI SAUDARAKU..MENGAPA KALIAN MEMILIH SALAFIYYAH?

WAHAI SAUDARAKU..MENGAPA KALIAN MEMILIH SALAFIYYAH?




بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين, والصلاة و السلام على نبينا محمد, عبدالله و رسوله وعلى اله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم  الدين, و بعد :

Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara." (QS. Ali Imran:103).
     Al Hafizh Ibnu Katsir rohimahullah berkata, "Dia (Allah) memerintahkan mereka (umat Islam) untuk berjama’ah dan melarang perpecahan. Dan telah datang banyak hadits, yang (berisi) larangan perpecahan dan perintah persatuan. Mereka dijamin terjaga dari kesalahan manakala mereka bersepakat, sebagaimana tersebut banyak hadits tentang hal itu juga. Dikhawatirkan terjadi perpecahan dan perselisihan atas mereka. Namun hal itu telah terjadi pada umat ini, sehingga mereka berpecah menjadi 73 firqoh. Diantaranya terdapat satu firqoh najiyah (yang selamat) menuju surga dan selamat dari siksa neraka. Mereka ialah orang-orang yang berada di atas apa-apa yang ada pada diri Nabi n dan para sahabat beliau." (Tafsir Al Qur'anil 'Azhim, surat Ali Imron: 103).

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata menangis, maka kami berkata, ‘Wahai Rosulullah! Sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.’ Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak. Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta jauhilah setiap perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan sahih). 


Mengapa Kalian Memilih Salafiyyah?

     Tulisan ini saya tujukan khususnya untuk orang-orang Salafiyyah beragam versi di Indonesia beserta para simpatisannya.

     
     Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin rohimahullah berkata, "Jika banyak golongan-golongan (hizbiyyah), maka jangalah mengikuti hizbi yang ada. Dahulu sudah muncul banyak golongan seperti Khowarij, Mu'tazilah, Jahmiyyah, dan Rofidhah. Kemudian belakangan ini ada berbagai golongan seperti ikhwaniyyun, salafiyyun, tablighiyyun, dan semacamnya. Ini semua kelompok-kelompok, jadikanlah yang kamu ikuti adalah sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, karena Rosul shollallahu ‘alaihi wa sallam katakan: ‘Hendaklah berpegang pada ajaranku dan ajaran khulafaur rosyidin."
Tidak ragu lagi bahwa wajib bagi kaum muslimin mengikuti madzhab salaf, kita tidak disuruh mengikuti kelompok yang namanya salafiyyun. Wajib bagi umat Islam mengikuti madzhab salafush shalih, bukan mengikuti kelompok salafiyyun. Namun para ikhwah salafiyyun lebih dekat pada kebenaran. Akan tetapi, masalah mereka adalah sama dengan yang lainnya, mereka saling sesatkan dan saling memfasikkan. Kami tidak salahkan mereka jika mereka berada di atas kebenaran. Akan tetapi, yang kami ingkari adalah cara mereka mengoreksi dengan cara seperti itu. Wajib bagi kita untuk menyatukan pemimpin tiap-tiap kelompok ini. Lalu kita suruh untuk mengikuti Al Qu'ran dan Sunnah Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita berhukum kepada keduanya bukan kembali pada hawa nafsu, bukan berhukum pada fulan atau fulan. Setiap orang bisa benar atau salah, selama masih berada di atas ilmu dan ibadah. Akan tetapi yang maksum adalah dinul Islam.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 308-309).
     Sekitar 19 tahun lamanya Allah Taqdirkan diriku kenal dan pernah bersama orang-orang Salafiyyah beragam Versi..sehingga akhirnya dengan tawakkal kepada Allah, kemudian diriku memutuskan "SALAFI: Salafiyyah Aku Lepas, Ahlus Sunnah Fahamku InsyaAllah". Karena setahuku "Manhaj Salaf dan Aqidah Salaf" itu berbeda dengan jam'iyyah/muassasah/majmu'ah Salafiyyah dan Aqidah Salafiyyah..sebagaimana Muhammad dan Ashhab berbeda dengan Muhammadiyyah dan Ashhabiyyah.
     Salaf itu berbeda dengan Salafiyyah. Istilah Salafiyyah tidak digunakan pada zaman 3 generasi terbaik dari ummat ini yaitu generasi Shohabat, Tabi'in dan  Tabi'ut Tabi'in. Para Salafush Sholih ketika muncul shohibul bid'ah maka menggunakan istilah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Adapun penggunaan istilah Salafiyyah itu ijtihad sebagian ulama mutaakhirin karena ketika beliau masih hidup menyangka bahwa semua shohibul bid'ah atau ahlu ahwa' tidak mungkin akan mengklaim Salafiyyah. Akan tapi bagaimana faktanya.? Bukankah pada zaman sekarang terbukti banyak golongan yang mengklaim Salafiyyah? Termasuk mereka yang melakukan pengeboman atas nama jihad, teroris dan orang-orang Sururiyyah.

     Jika ini dianggap sebagai syubhat maka silahkan bantah secara jujur, adil dan ilmiyah:
1. Di Indonesia terdapat golongan Salafiyyah lebih dari 7 versi atau hizb..masing-masing pak ustadz Salafiyyah beragam versi (hizb) ada yang alumni Makkah, Jami'ah Islamiyyah Madinah, Unaizah, Darul Hadits Dammaj, Pakistan dan lain-lain. Antar hizb atau versi terjadi saling tahdzir dan baro' mulai dari akabir sampai kroco-kroconya..padahal sama-sama mengklaim berilmu, mengklaim murid dan bersama ulama, mengklaim sebagai wali Allah, mengklaim merasa lebih paham ajaran Salafiyyah, mengklaim wala' wal baro' karena Allah dst. Kemudian saling menyesatkan lawan, main blokir karena merasa diri mereka di atas petunjuk sedang lawannya sesat..sama-sama mengamalkan bid'ah yang tiada contohnya dari Salaful Ummah, sama-sama nerjang dan menghalalkan bid'ah/maksiat, serta mayoritas sama-sama menyelisihi aqidah Ahlus Sunnah dan Ushulus Sunnah..wa Allahu a'lam. Kenapa bisa terjadi seperti itu?
2. Apa orang-orang Salafiyyah punya hak istimewa sehingga dihalalkan menerjang kesyirikan, bid'ah dan maksiat, cinta dunia serta boleh menyembah akabir-nya dengan melakukan taqlid? Taqlid kepada akabir yang perkataannya bukan hujjah dan tidak bersama hujjah.
3. Apa makna khilaf mu'tabar dan syarat-syarat khilaf dikatakan termasuk khilaf mu'tabar? Bukankah suatu perkara dikatakan khilaf mu'tabar apabila masing-masing pendapat berpegang dalil serta ada salafnya.? Kemudian terjadi khilaf  hanya karena perbedaan memahami dalil tersebut dan bukan karena mengikuti hawa nafsunya.
4. Apa perbedaan perkara ijtihadiyyah dengan khilaf mu'tabar? Apa setiap perkara ijtihadiyah (seperti demokrasi, pemilu, shuroh bernyawa media foto/video, jam'iyyah, muassasah, majmu'ah/group/geng, panti asuhan TN dan TB, tasawwul/mengemis untuk golongannya, mengkonsumsi bibit penyakit/vaksin, transfusi/mengkonsumsi darah untuk obat, mengambil ilmu dari sekolah mubtadi' untuk tujuan dunia yaitu gelar, toleransi terhadap Ilmu Pengetahuan Ateisme/IPA dan lain-lain) maka termasuk khilaf mu'tabar.? Hanya karena ada sebagian ulama mutaakhirin yang membolehkan.
5.Apa setiap perkara yang ada khilaf Salafiyyah maka termasuk khilaf mu'tabar? Apa benar khilaf Salafiyyah punya kedudukan lebih tinggi dari perkara khilaf mu'tabar sehingga wajib tasamuh dan tidak boleh saling mengingkari.? Sedang hukum asal khilaf mu'tabar saja maka kita boleh saling membantah ataupun mengingkari dengan batasan tidak boleh sampai menjadi sebab hajr atau taqothu'.
6. Apa orang-orang Salafiyyah punya hak khusus sehingga boleh melakukan amalan yang menyelisihi ijma' aqidah Ahlus Sunnah dan Ushulus Sunnah.? Seperti misal terkait sholat Jum'at bersama umaro'..sebagaimana juga jihad disyari'atkan ma'al umaro'.
Sedang imam Ahmad rohimahullah berkata barang siapa menyelisihi salah satu atau sebagian dari pokok-pokok As Sunnah maka bukan termasuk ahlinya.
7.Apa tolok ukur Salafiyyah dan atas dasar apa seseorang dikeluarkan dari Salafiyyah? Supaya jelas dan tidak samar, maka tulislah Ushulus Salafiyyah yang disepakati..sehingga bagi siapa yang menyelisihi Ushul Salafiyyah maka telah keluar dari Salafiyyah.?
     Semoga bisa menjadi bahan perenungan dan terdapat ibroh yang bermanfaat.


Penutup

     Allah Ta'ala berfirman:

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shodiq dari kejujuran mereka. Bagi mereka Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah. Itulah kemenangan yang agung." (QS. 5 Al-Mâidah: 119).
     Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukany rohimahullah berkata:

«إن الباطل وإن ظهر على الحق في بعض الأحوال وعلاه، فإن الله سيمحقه ويبطله ويجعل العاقبة للحق وأهله»

"Sesungguhnya kebathilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya."

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين






Blora, 19 Dzulhijjah 1443H



Hazim Al Jawiy

Sabtu, 18 Juni 2022

Kisahku "SALAFI"




بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين, والصلاة و السلام على نبينا محمد, عبدالله و رسوله وعلى اله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم  الدين, و بعد :


     Tulisan ini insya Allah berisi ringkasan biografi atau riwayat hidup saya. Walau mungkin tiada yang istimewa di sisi jin dan manusia semoga setidaknya bisa untuk memperkenalkan diri dan menepis jika ada prasangka dusta. Kemudian setiap Taqdir Allah terdapat hikmah yang agung dan sempurna sehingga berhak kita cintai..walhamdulillah.


Kelahiran dan Masa Pertumbuhan

1. Saya dilahirkan di kota Blora bulan Rojab 1401H (1981 M). Sesuai fithroh anak kecil maka diriku tidak ingin jauh dari hadhinah(pengasuh) yang sah, tapi orang tuaku menekan saya supaya sekolah sehingga saya jalani dengan rasa tertekan(sering menangis) serta tidak menikmati kebahagiaan sekolah. Saya dimasukkan ke sekolah milik pemerintah mulai SD sampai perguruan tinggi. Setelah lulus dari SMA saya dikirim untuk belajar di salah satu perguruan tinggi negeri terbesar yang ada di kota Malang. Waktu itu saya baru sembuh sakit types setelah dirawat di rumah sakit 10 hari. Walau tanpa belajar sungguh-sungguh, saya diterima di jenjang D3 Fakultas Pertanian perguruan tinggi negeri. Karena saya termasuk lulusan D3 dengan IPK cukup tinggi, maka setelah lolos seleksi diterima untuk alih jenjang ke S1 Reguler di kampus yang sama.
2. Saya dilahirkan dan dibesarkan di sebuah desa. Saya adalah anak ke 6 dari 8 bersaudara dari keluarga muslim yang cukup sederhana, dihormati dan berpendidikan. Bapak saya bekerja sebagai guru PNS dan bertani. Sejak usia sekitar 10 tahun saya sudah mengidolakan Nabi Muhammad ﷺ dan para Shahabat sehingga suka membaca kisahnya. Selain ke sekolah saya termasuk sedikit gaul dan pendiam sehingga lingkungan insya Allah tidak banyak pengaruhnya terhadap saya. Walau saya keturunan suku Jawa, pada usia tersebut diriku sudah biasa menyelisihi adat jahiliyah Jawa diantaranya: mengingkari sesajen, perdukunan, enggan ikut ziaroh qubur khusus Romadhon, tidak mau ikut hajatan/slametan, tidak mau buwohan, tidak pernah menyanyi di masjid, enggan ikut bid'ah halal bi halal, mengingkari sihir nambak hujan, membenci kebiasaan buruk merokok dll. Akibatnya tidak sedikit manusia atau syaithon yang menggunjing. Sehingga saya khitan pun menjelang baligh supaya tidak diadakan walimah khitan sebagaimana umumnya para Shahabat Nabi berkhitan menjelang baligh. Kemudian ketika usiaku sekitar 17 tahun saya pernah didatangi syaithon insya Allah sejenis jin ifrit yang mungkin berupaya membunuh atau membakar wajahku dengan syihab sehingga saya merasakan panasnya, tapi Allah melindungiku waalhamdulillah.
3.  Setiap muslim hukum asalnya adalah selamat atau Ahlus Sunnah kecuali setelah terbukti penyimpangannya. Pada usia sekitar 13 tahun diriku mulai simpati terhadap 4 imam Ahlus Sunnah dan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahumullah serta berharap semoga termasuk Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.

Mencari Al Haq dan Bersama Salafiyyah

     Pada tahun 1420 H (1999 M) saya kuliah di sebuah perguruaan Tinggi Negeri di Malang. Disela-sela kuliah saya suka berada di masjid/mushola kampus, perpustakaan ataupun ke toko buku. Dengan bertawakkal hanya kepada Allah berupaya membaca dan mempelajari ajaran Islam. Alhamdulillah saya tidak pernah masuk sebuah jam'iyyah/lembaga dakwah/ormas Islam, tidak pernah mencukur jenggot, tasawwul/mengajukan beasiswa ataupun kebiasaan buruk merokok. Saya sudah membenci acara tahlilan bid'ah, isbal, foto, musik, yayasan dan pemilu sebelum kenal orang-orang salafiyyah. Demikian sudah membenci orang-orang yang gemar teriak-teriak atau menyanyi di masjid pakai pengeras suara sehingga bisa mengganggu orang lain yang sedang ibadah, sebagaimana para syaithon senang mengganggu orang sholat ataupun ibadah yang disyari'atkan Allah. Walau banyak dari mereka tanpa dengan dalil/hujjah menyangka itu syi'ar Islam, tapi demi Allah itu dusta. Itu semua karena mereka lebih mengedepankan hawa nafsunya.
     Pada tahun 1423 H (2002 M) ketika saya semester 6, qodarullah ibu saya meninggal dunia. Waktu itu banyak orang yang menentang karena keluarga kami tidak mau mengadakan tahlilan dan selamatan kematian. Saya katakan bahwa jika diadakan acara tersebut maka saya akan pergi dari rumah pada hari itu juga. Karena demi Allah setahu saya ibadah tersebut termasuk bid'ah sesat yang tiada contohnya dari Nabi ﷺ dan para Shahabat Rodhiyaallahu 'anhum. Saya dirundung duka (dengan tetap ridho taqdir Allah) sehingga bertekad ingin memperdalam dan mempelajari Islam yang murni sebagaimana Islam yang diajarkan Nabi ﷺ dan para Shahabat Rodhiyaallahu 'anhum. Kemudian saya memutuskan alih jenjang ke S1 dengan harapan bisa lebih mudah untuk mendapatkan informasi karena waktu itu saya tidak tahu harus mondhok di mana.
     Pada tahun 1423 H (2002 M) juga saya mulai aktif ikut menghadiri majelis ta'lim orang-orang Salafiyyah karena melihat zhohirnya mereka mengingkari syirik dan bid'ah serta mengklaim mengikuti Salafush Sholih. Laki-lakinya memelihara lihyah/jenggot dan tidak musbil, sedang wanitanya jilbabnya cukup besar dan banyak yang bercadar. Tapi ternyata setelah bersama mereka, saya mulai mengetahui adanya ketidakkonsekwenan dan ketidakkonsistenan kelompok Salafiyyah sehingga menjadikan saya pindah-pindah untuk mencari guru yang benar-benar mengajarkan madzhab dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
     Pada tahun 1425 H (2004 M) setelah mempelajari isi kitab Fathul Majid syarh kitab Tauhid maka saya merasa malu kepada Allah sehingga memutuskan meninggalkan kuliah (meski waktu itu sudah mulai penyusunan tugas akhir skripsi), kemudian belajar ilmu agama di ponpes Salafiyyah di Jawa. Insya Allah saya beriman jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, insya Allah akan mendapat ganti dengan sesuatu yang lebih baik di dunia ataupun di akhirat. Sekitar 10 tahun lamanya saya berupaya mencari al haq dengan bertawakkal dan berdoa kepada Allah kemudian membaca buku, belajar di ponpes Salafiyyah atau pun pindah-pindah pondhok/guru. Akhlaq yang paling kucintai adalah jujur dan sebaliknya akhlaq yang paling saya benci adalah dusta. Saya punya prinsip bahwa pendusta dan para pelaku dosa besar dari ahlu ahwa' insya Allah tidak layak diambil ilmunya kecuali jika mereka bertaubat. Sejak sebelum LJ (laskar jahat) resmi dibubarkan saya pernah mengambil ilmu dari sekitar 50  pak ustadz Salafiyyah alumni Timur Tengah diantaranya alumni Unaizah, Jami'ah Islam Madinah, Makkah, Darul Hadits Dammaj ataupun Pakistan..mulai di kota Malang, Gresik, Jogja, Solo, Kediri, Sragen, Magetan ataupun Lamongan sehingga setahu saya insya Allah ada lebih dari 10 hizb dan versi ajaran Salafiyyah di Indonesia.
     Saya pernah mendapat tawaran biaya untuk berangkat belajar ke Dammaj dari salah seorang teman saya Salafiyyah. Walau saya sangat mengidamkan bisa belajar ke Darul Hadits Dammaj Yaman, tapi saya tidak ingin hati saya terfitnah sehingga tawaran tersebut saya tolak secara halus sebagaimana imam Ahmad juga pernah menolak ketika beliau ditawari harta untuk rihlah. Beliau lebih milih bekerja untuk mendapatkan uang atau bekal yang bisa digunakan rihlah mencari hadits.
     Saya tinggal dan belajar di ponpes Salafiyyah sekitar 7 tahun..tapi Qodarullah ruh saya insya Allah tetap tidak bisa berkumpul dan sering berselisih dengan orang-orang Salafiyyah beragam versi. Insya Allah saya belum ada hajat menyebutkan nama-nama pak ustadz Salafiyyah tersebut untuk tujuan menghinakan atau mungkin ada yang bertaubat kepada Allah.
     Alhamdulillah setiap kepindahan saya bukan karena sebab diusir pak ustadz dan insya Allah bukan pula karena saya murid yang bermasalah, sebagaimana juga saya meninggalkan kuliah waktu tugas akhir skripsi bukan karena saya mahasiswa yang bermasalah kemudian dikeluarkan. Tapi insya Allah karena hati saya membenci kemungkaran dan kemaksiatan sehinga saya tinggalkan karena Allah. Bahkan sebelum saya mengingkari mereka, insya Allah tidak sedikit pak ustadz Salafiyyah yang menaruh simpati dan menyatakan salut terhadap saya dalam tamasuk bisunnah serta berharap saya tidak pindah pondhok. Lain hal setelah saya mengingkari mereka maka bukan saja digunjing, dicela ataupun di-hajr, tapi pernah sampai diteror dengan menyembunyikan identitas diri seperti yang pernah dilakukan orang-orang Salafiyyah dari ponpes di Banyutengah Gresik Jawa Timur. Mereka mengklaim di atas kebenaran meski faktanya tidak mampu mendatangkan burhan dan enggan diajak berhakim kepada Allah Al Hakim untuk membuktikannya. Insya Allah sebagaimana iblis/syaithon yang berani berdusta atas nama Allah, mengklaim lebih berilmu dan memberi nasehat tapi faktanya dengan tujuan untuk menjerumuskan Adam 'alaihis salam dan Hawa. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
     lnsya Allah penyimpangan orang-orang Salafiyyah beragam versi di Indonesia diantaranya:
1. Tidak mengamalkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai pemahaman Salaful Ummah, tapi hanya dijadikan sebagai teori atau slogan semata. Dalam banyak perkara mereka kalah hujjah dan tidak mampu sebutkan salafnya.
2. Menyelisihi Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dan Ushulus Sunnah yang terdapat ijma'. Diantaranya tafarruq dan memisahkan diri dari umaro' dengan mengadakan sholat Jum'at ataupun sholat 'Id sendiri sebagaimana kebiasaan para ahlul bida' wat tafarruq.
3. Dusta dan khianat terhadap amanah (termasuk khianat terhadap ilmu, harta dan anak) diantaranya dengan tidak mengamalkan ilmu ataupun menyerahkan anak kepada orang yang tidak berhak menjadi hadhinah yang sah bagi anak tersebut. Tidak sedikit perkara yang dulunya mereka ingkari kemudian sekarang mereka halalkan. Contohnya: foto, video, tasawwul, sekolah ikhtilath, wanita safar atau merantau tanpa mahrom.
4. Tidak bersikap inshof dan adil terutama terhadap lawannya. Jika yang melakukan kesalahan temannya maka tidak jarang mereka bela. Sebaliknya jika yang melakukan kesalahan adalah lawan maka tanpa pikir panjang dijatuhkan. Contoh ketika terjadi kasus masalah yayasan, warol, panti asuhan, aqidah kufur ayam jago melihat Allah, dan lain-lain. Sehingga sampai pernah ada di antara mereka yang rela merobek kehormatan imam ibnu Hazm rohimahulloh demi membela kesalahan temannya yang mengharamkan warol (biawak).
5. Mayoritas tidak mengerjakan sholat Jum'at, dan sholat 'Id ma'al umaro' (amir yang sah/wakilnya) sebagaimana dilakukan ahlul bid'ah wa tafarruq yang mana amal perbuatan tersebut menyelisihi ijma' Salaful Ummah dan menyelisihi aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
6. Tidak menjaga iffah dan gemar tasawwul (minta-minta) diantaranya dengan mengajukan beasiswa, mengajukan proposal dana, penggalangan dana untuk kepentingan hizb/kelompok ataupun atas nama dakwah. Dan perkara tersebut dilakukan bukan dalam keadaan darurot.
7. Tidak mengajak umat untuk bersatu di atas al haq dan al jama'ah, tapi justru mayoritas mengajak tafarruq ataupun bergolongan-golongan dengan mendirikan jam'iyyah, muassasah/yayasan, majmu'ah/group/geng ataupun organisasi Islam.
8. Tidak at tawasuth, tapi justru banyak yang tafrith dan ghuluw dalam perkara aqidah dan manhaj.
9. Tidak ittiba'us sunnah sehingga banyak dari mereka mengamalkan perkara  bid'ah yang tanpa burhan dan salafnya seperti halnya mereka mendirikan jam'iyyah ataupun panti asuhan salafiyyah untuk mengasuh anak-anak kecil ataupun para gadis yang seharusnya dipingit dalam rumah.
10. Tasamuh terhadap kemungkaran dan membenci orang yang gemar amar ma'ruf nahi munkar. Contohnya terhadap Ilmu Pengetahuan Ateisme (IPA) yang mengajarkan teori bathil dan kufur tentang tiada Pencipta alam semesta, hukum kekekalan energi yang tidak bisa musnah, teori abiogenesis dan biogenesis, teori manusia berasal dari kera, teori heliosentris dan lain-lain yang diajarkan pada kurikulum sekolah.
11. Tidak taat kepada umaro' dalam perkara ma'ruf seperti sholat Jum'at dan semisal.
12. Gemar menerjang perkara haram bukan karena darurot ataupun untuk hajat wajib. Contoh tafaqquh fiddin tidak diwajibkan bagi wanita dan anak kecil sebagaimana jihad dengan pedang..tapi demi perkara yang tidak Allah wajibkan banyak dari mereka rela menerjang perkara haram.
13. Mengamalkan taqlid, ta'ashub dan tahazub serta mengajak menyembah thoghut, akabir ataupun ulama' yang tidak bersama hujjah.
14. Membolehkan shuroh bernyawa (termasuk foto dan video) dalam keadaan mereka tahu Nabi ﷺ melarang shuroh bernyawa (tanpa memerinci gambar hasil lukisan tangan, kamera, alat/mesin pencetak gambar, sihir dan semisal) baik gambar tersebut disembah ataupun tidak disembah.
15. Membolehkan menitipkan gadis dan anak kecil kepada hadhinah yang tidak sah ataupun panti asuhan (pondhok wanita/TN dan pondhok anak kecil) yang tiada salafnya.
16. Gemar mengikuti hawa nafsu dan cinta dunia sehingga sampai rela menerjang perkara yang dilarang dan diharamkan Allah.
17. Mengangkat amir jam'iyyah dan membolehkan intikhobath/pemilu yang tiada contohnya dari salaful ummah.
18. Membuat tanzhim hizbiyah yang menuntut ketaatan dan memberi 'iqob tanpa hujjah.
19. Mengamalkan wala' wal baro' tidak karena Allah. Rosulullah ﷺ bersabda:

أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي الله

“Tali iman yang terkuat adalah muwalah (berkasih sayang) karena Allah dan mu’adah (bermusuhan) karena Allah. Cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (hadits hasan diriwayatkan imam Ath Thobaroni).
Adapun Ahlus Sunnah wal Jama'ah maka loyalitas hanya dalam masalah kebenaran.
Dan masih banyak penyimpangan lainnya yang insya Allah terkait pembahasan dan bantahan terhadap syubhat akan saya tulis lebih rinci pada tulisan-tulisan saya setelahnya secara bertahap. Allahul Musta'an. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

SALAFI: Salafiyyah Aku Lepas, Ahlussunnah Fahamku InsyaAllah

     Aqidah dan manhaj Salaf itu tidaklah sama dengan aqidah dan manhaj Salafiyyah/Salafiyyun, sebagaimana juga manhaj para Shohabat Nabi berbeda dengan Ashhabiyyah ataupun Muhammadiyyah. Saya bersama Salafiyyah sekitar 19 tahun lamanya, tapi ternyata ruh saya insya Allah tetap tidak bisa berkumpul dan berselisih dengan mereka. Pada tahun 1443 H (2020 M) akhirnya saya memutuskan berlepas diri dari Salafiyyah dan kembali hanya menisbatkan kepada Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang mana istilah tersebut sudah ada sejak pada zaman Shahabat terutama setelah muncul ahlul bid'ah.
     Ada beberapa sebab diriku yaqin insya Allah di atas haq dan memutuskan "SALAFI" atau berlepas diri dari kelompok Salafiyah:
1. Diriku insya Allah berpegang kepada Al Qur'an dan As Sunnah sesuai pemahaman Salaful Ummah.
2. Setelah berpegang hujjah, saya insya Allah juga pernah mimpi ditolong Nabi Muhammad ﷺ bersama malaikat Jibril dengan diberi 2 tali pegangan dari cahaya yang sangat kokoh dan kuat menjulang ke Langit..wa Allahu a'lam.
3. Dalam banyak perkara kelompok Salafiyyah zhohirnya tidak bersama hujjah dan tidak mampu mendatangkan burhan serta salafnya.
4. Mereka enggan jika saya ajak berhakim kepada Allah Al Azizul Hakim untuk membuktikan al haq..Hakim yang Maha Adil di dunia dan di Akhirat. Allah Hakimun 'Alim yang Maha Benar dan tidak mungkin zholim.
5. Mereka zhohirnya tidak taqwa karena gemar berbuat mungkar dengan mengajak kesyirikan, bid'ah, mengikuti hawa nafsu, cinta dunia dan dosa-dosa besar ataupun berbagai penyimpangan.
6. Saya insya Allah beberapa kali pernah mimpi melihat para Shahabat Nabi diantaranya Abu Bakr Ash Shidiq.
7. Insya Allah ada isyarat tafsir mimpi saya melihat ada 2 Bulan di Langit yang salah satunya palsu dan mimpi melihat Bulan raksasa yang cahayanya mampu membakar apa-apa yang ada di muka Bumi kecuali terhadap orang-orang mukmin.
8. Pernah mimpi dengan pertolongan Allah sehingga mampu mencekik iblis laknatulloh yang mendatangiku.
9. Mimpi ruh diperlihatkan Jannah yang cahayanya sangat terang benderang walau tiada matahari dan tanamannya dari emas berkilau sangat indah.
10. Diriku sudah sekitar 17 tahun mengharapkan pasangan : (1) gadis mukminah yang sehat akalnya dan berilmu(tidak bodoh), (2) akhlaq tidak mengikuti hawa nafsu, (3) taqwa dan bukan orang fasiq yang gemar melakukan dosa besar, (4) jujur, "sabar" dan bukan shohibul bid'ah, (5) zhohirnya qona'ah, tidak rakus dunia dan batinnya zuhud terhadap dunia..kemudian (6) gadis pingitan, jilbabnya panjang menjulur dari atas kepala sampai bawah mata kaki dan gemar menutup seluruh wajahnya, (7) jasad dan jiwa normal. Tapi fakta setahu saya mayoritas wanita Salafiyyah tiada yang seperti itu..wa Allahu a'lam.
11. Orang-orang Salafiyyah (termasuk pak ustadznya) setelah bermaksiat kepada Allah kemudian berselisih dengan saya insya Allah tidak sedikit yang mendapat balasan dari Allah ataupun Allah hinakan di dunia. Diantaranya: (1) ada yang terfitnah agamanya sehingga semakin banyak penyimpangannya, (2) ada yang terfitnah dunia sehingga demi mengumpulkan dunia tidak peduli nerjang maksiat, (3) ada pak ustadz yang terjerumus pacaran dengan isteri teman dekatnya sampai minta khulu', (4) ada yang gabung dengan orang-orang menyimpang yang dulunya dia ingkari, (5) ada yang tersingkir sehingga terpaksa membangun masjid baru, (6) setelah tanpa burhan mengharamkan warol, ada yang pernah terjatuh aqidah kufur ayam jago melihat Allah, (7) ada yang pondhoknya tertimpa kasus pacaran yang memalukan, (8) Allah mencabut rasa segan di hati lawannya, (9) dan lain-lain.
     Keyaqinan saya insya Allah semakin kokoh terlebih setelah Allah turunkan waba'41 (covid-19) yang melanda mayoritas negara di berbagai penjuru dunia karena sebelumnya ada tetanggaku Salafiyyah di depanku dengan angkuh berkata intinya "jika dirimu memang benar dan punya doa mustajab maka orang-orang sedunia tentu celaka terkena doamu" kemudian sambil tertawa melecehkan.
       Wabah penyakit adalah rohmat bagi orang-orang mukmin dan adzab atas orang-orang yang Allah Kehendaki. Alhamdulillah saya sebagai seorang mukmin insya Allah selalu ridho untuk berhakim kepada Allah di dunia dan akhirat. Bukankah Allah hakim yang paling adil?

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ 
     
Adapun aktifitas saya sampai sekarang insya Allah setelah berupaya tunaikan kewajiban sebagai 'abdi Allah (sebagaimana itu tujuan Allah menciptakan jin dan manusia), maka saya bekerja pelihara beberapa ekor kambing, berkebun dan berdagang (madu) sebagaimana pekerjaan mayoritas nabi dan para Shahabat Nabi. Setiap Taqdir Allah terdapat hikmah yang agung dan sempurna sehingga berhak kita cintai. Laa ilaha illa Allah. 


Penutup

     Allah Ta'ala berfirman:

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shodiq dari kejujuran mereka. Bagi mereka Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah. Itulah kemenangan yang agung." (QS. 5 Al-Maidah: 119).
     Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukany rohimahullah berkata:

«إن الباطل وإن ظهر على الحق في بعض الأحوال وعلاه، فإن الله سيمحقه ويبطله ويجعل العاقبة للحق وأهله»

"Sesungguhnya kebathilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya.

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين





Blora, 19 Dzulqo'dah 1443 H


Hazim Al Jawiy

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...