Senin, 31 Maret 2025

Hukum Tafarruq Dan Enggan Mengerjakan Sholat Jum'at & 'Id Di Belakang Al-Umara'


 

Hukum Tafarruq Dan Enggan Mengerjakan Sholat Jum'at & 'Id Di Belakang Al-Umara'


🔸 Nabi dan para Salafush-Sholih memerintahkan kaum muslimin untuk mengerjakan sholat Jum'at dan sholat 'Id di belakang umaro' (para amir/pemimpin yang sah). Hukum asal perintah itu wajib, kecuali ada dalil yang memalingkannya. Jadi tidak mengadakan sendiri-sendiri.

🔸 Tafarruq dalam perkara sholat Jum'at dan sholat 'Id itu termasuk seburuk-buruk perkara bid'ah dholalah yang tiada dalil dan tiada Salafnya. Serta termasuk syi'ar orang-orang khowarij dan mu'tazilah yang membolehkan tidak taat dalam perkara ma'ruf.

🔸 Hal itu menyelisihi Ushul As-Sunnah dan Aqidah Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah. Sehingga bisa menjadikan pelakunya keluar dari Ahlus-Sunnah ataupun dihukumi sebagai mubtadi' apabila telah iqomatul hujjah.

🔸 Orang yang enggan sholat Jum'at dan 'Id di belakang umaro' itu bisa lebih buruk daripada orang yang sholat di belakang umaro' kemudian mengulangi sholatnya. Apalagi jika tanpa dalil merasa diri perbuatan mereka itu lebih utama daripada mengerjakan sholat di belakang umaro' (para amir/penguasa).

🔸 Jika diperintahkan sholat di belakang umaro' saja mereka enggan, apa ada ketaatan kepada amir yang lebih wajib untuk ditaati melebihi sholat di belakang al-umaro'.?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), & ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisa': 59).

Kerjakanlah Sholat Jum'at Dan Sholat 'Id Berjamaah Di Belakang/Ma'al Umara'




Kerjakanlah Sholat Jum'at Dan Sholat 'Id Berjamaah Di Belakang/Ma'al Umara'

https://teguhakhirblora.blogspot.com/2025/03/jangan-tafarruq-berpecah-belah.html?m=1

Jangan Tafarruq ( Berpecah-Belah ) Mengadakan Sendiri Sebagaimana Ahlul Bid'ah Wal Furqah


🔸 Sholat Jum'at dan sholat 'Id berjama'ah hukum asalnya disyari'atkan dikerjakan di belakang/ma'al umaro' sebagaimana kalam dan pengamalan Salafush Sholih yang tertera di kitab-kitab Aqidah Ahlus-Sunnah dan Ushulus-Sunnah. Di antara dalil yang menunjukkan tetap diperintahkan sholat di belakang pemimpin yang fajir :

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "يُصَلُّونَ لكم، فإن أصابوا فلكم، وإن أخطأوا فلكم وعليهم".  [صحيح] - [رواه البخاري]

🔸 Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Mereka (para penguasa) mengimami salat kalian. Jika (salat) mereka benar, kalian (dan mereka) mendapatkan bagian pahalanya. Namun jika mereka salah, maka kalian tetap mendapatkan pahala dan mereka mendapatkan dosa."  (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Bukhari)

🔸 Dari Abu Dzarr rodhiyallahu ‘anhu, ketika beliau bertanya kepada Nabi ﷺ tentang sholat di belakang pemimpin yang mengakhirkan sholat dari waktunya, maka Nabi ﷺ bersabda:

صَلِّ الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا، فَإِنْ أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ مَعَهُمْ فَصَلِّ، وَلَا تَقُلْ إِنِّي قَدْ صَلَّيْتُ فَلَا أُصَلِّي

“Sholatlah pada waktunya. Jika Engkau menjumpai sholat bersama mereka (di luar waktu), maka sholatlah. Dan jangan katakan, “Sesungguhnya aku sudah sholat, maka aku tidak sholat (bersama kalian).” (HR. Muslim no. 648).

وقال الحسن - في الأمراء: "هم يَلُون من أمورنا خمسًا: الجمعة، والجماعة، والعيد، والثغور، والحدود، واللّه ما يستقيمُ الدِّيُن إلا بهم، وإن جارُوا وظلموا؛ واللّه لَمَا يُصْلِحُ اللّه بهم أكثرُ مما يُفْسِدُون، مع أن واللّه إن طاعتَهم لغيظٌ، وإنَّ فُرْقَتَهُمْ لكُفْرٌ؟! ".

🔸 Al Hasan berkata tentang umaro' (para pemimpin) : "Mereka mengelola lima urusan kita yaitu sholat Jum'at, sholat berjama'ah, sholat 'Id, tsughur (tapal perbatasan), dan hudud. Demi Allah agama tidak tegak kecuali dengan mereka, kendati mereka melampaui batas dan zholim. Demi Allah apa yang diperbaiki Allah melalui mereka itu lebih banyak daripada apa yang mereka rusak. Demi Allah taat kepada penguasa tirani pasti menjengkelkan tetapi keluar dari mereka adalah kekafiran." (lihat Jami'ul Ulum wal Hikam karya Ibnu Rojab syarh hadits ke-28 2/768).

🔸 Berkata Sufyan Ats Tsauri rohimahullah (wafat 161 H) dalam kitab Syarhu Ushul I’tiqod Ahlussunnah Wa Al-Jama'ah Min Al-Kitab Wa As-Sunnah Wa Ijma’ Ash-Shohabah Wa At-Tabi’in Min Ba’dihim oleh Imam Al-Lalikai (wafat 418 H) :

يَا شُعَيْبُ لا يَنْفَعُكَ مَا كَتَبْتُ حَتَّى تَرَى الصَّلاةَ خَلْفَ كُلِّ بَرٍّ وَفَاجِرٍ، وَالْحَجَّ وَالْجِهَادَ مَاضٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالصَّبْرَ تَحْتَ لِوَاءِ السُّلْطَانِ؛ جَائِرٌ أَمْ عَدْلٌ.
قَالَ شُعَيْبٌ: قُلْتُ لِسُفْيَانَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ الصَّلاةُ كُلَّهَا؟
قَالَ: لا؛ وَلَكِنْ صَلاةُ الْجُمُعَةِ وَالْعِيدَيْنِ؛ صَلِّ خَلْفَ مَنْ أَدْرَكْتَ، وَأَمَّا سَائِرُ ذَلِكَ فَأَنْتَ مُخَيَّرٌ، لَا تُصَلِّيَ إِلا خَلْفَ مَنْ تَثِقُ بِهِ، وَتَعْلَمُ أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ.

"Wahai Syu’aib, tidak bermanfaat bagimu apa yang engkau tulis hingga engkau berpendapat (diwajibkannya) shalat di belakang (pemimpin) yang baik maupun yang fajir. Berjihad (di belakang pemimpin kaum muslimin) berlaku sampai hari kiamat serta bersabar di bawah bendera sulthon (penguasa) yang zhalim maupun yang adil.
Syu’aib berkata: Kemudian aku bertanya pada Sufyan: Wahai Abu Abdillah, apakah semua sholat?
Sufyan berkata: Tidak, melainkan sholat Jum'at dan sholat 'Id pada dua hari raya. Sholatlah di belakang (pemimpin) yang engkau jumpai. Adapun sholat yang lainnya, maka terserah kepadamu. Dan jangan engkau sholat melainkan di belakang orang yang engkau percayai dan engkau mengetahui bahwa dia dari Ahlus Sunnah wal Jamaah."

🔸 Imam Ahmad rohimahullah (wafat 241 H) dalam Ushulus Sunnah berkata:

وَصَلاةُ الجُمُعَةِ خَلْفَهُ، وَخَلْفَ مَنْ وَلَّاهُ جَائِزَةٌ بَاقِيَةٌ تَامَّةٌ رَكْعَتَيْنِ، مَنْ أَعَادَهُمَا فَهُوَ مُبْتَدِعٌ، تَارِكٌ لِلآثَارِ، مُخَالِفٌ لِلسُّنَّةِ، لَيْسَ لَهُ مِنْ فَضْلِ الجُمُعَةِ شَيءٌ؛ إِذَا لَمْ يَرَ الصَّلاةَ خَلْفَ الأَئِمَّةِ مَنْ كَانُوا: بَرِّهِمْ وَفَاجِرِهِمْ فَالسُّنَّةُ أَنْ تُصَلِّيَ مَعَهُمْ رَكْعَتَيْنِ وَيَدِينُ بِأَنَّهَا تَامَّتٌ،لايَكُنْ فِي صَدْرِكَ مِنْ ذَلِكَ شَكٌّ،

"Melaksanakan sholat Jum’at di belakang mereka dan di belakang orang yang menjadikan mereka sebagai pemimpin (ditunjuk oleh pemimpin) hukumnya boleh dan sempurna dilakukan dua raka’at. Barangsiapa yang mengulangi sholatnya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah) yang meninggalkan atsar-atsar dan menyelisihi Sunnah. Tidak ada baginya sedikitpun dari keutamaan sholat Jum’at apabila ia tidak berpendapat bolehnya shalat di belakang para imam/pemimpin, baik pemimpin itu baik maupun buruk. Karena Sunnah memerintahkan agar melaksanakan sholat bersama mereka dua raka’at dan mengakui bahwa shalat itu sempurna. Tanpa ada keraguan terhadap hal itu di dalam hatimu."

🔸 Imam Al-Muzani rohimahullah (wafat 264 H) dalam kitab Syarhus Sunnah berkata:

وَلاَ نَتْرُكُ حُضُوْرَ الجُمُعَةِ وَ صَلاَةٌ مَعَ بَرِّ هَذِهِ الأُمَّةِ وَفَاجِرِهَا لاَزِمٌ , مَا كَانَ مِنَ البِدْعَةِ بَرِيْئًا فَإِنِ ابْتَدَعَ ضَلاَلاً فَلاَ صَلاَةَ خَلْفَهُ وَالجِهَادُ مَعَ كُلِّ إِمَامٍ عَدْلٍ أَوْجَائِرٍ وَالحَجُّ

"Kita tidaklah meninggalkan menghadiri sholat Jum'at. Akan tetapi, hendaklah melakukan sholat tersebut bersama pemimpin dari umat Islam yang baik ataupun fajir (banyak berbuat dosa), selama pemimpin tersebut bersih dari kebid’ahan. Jika ia melakukan kebid’ahan yang sesat (yang menyebabkan kekafiran), tidaklah boleh sholat di belakangnya. Jihad dilakukan bersama pemimpin yang adil atau tidak adil, demikian halnya dengan haji."
     
🔸 Al-Imam Abu Utsman Ash-Shobuni (wafat tahun 449 H ) dalam kitab Aqidah Salaf Ashabil Hadits berkata :

ويرى أصحاب الحديث الجمعة والعيدين و غيرهما من الصلوات ، خلف كل إِمام ، برا كان أو فاجراً ، ويرون جهاد الكفرة معهم ، وإِن كانوا جَوَرة فجرة ، ويرون الدعاء لهم بالإِصلاح والتوفيق والصلاح ، وبسط العدل في الرعية

Dan Ashabul hadits memandang sholat Jumat, Iedain, dan sholat-sholat yang lainnya di belakang setiap imam yang muslim yang baik maupun yang fajir, mereka memandang hendaknya mendoakan para pemimpin dengan taufiq dan kebaikan, dan menyebarkan keadilah terhadap rakyat.” 

🔸 Dalam kitab Al-Wajiz fi Aqidati Ahlis Sunah wal Jamaah dinyatakan:

وأَهل السنة والجماعة :يرون الصلاة والجُمَع والأَعياد خلف الأُمراء والولاة ، والأَمر بالمعروف والنهي عن المنكر والجهاد والحج معهم أَبرارا كانوا أَو فجارا

"Ahlus sunah wal jamaah memiliki prinsip : Shalat (di masjid jami' umara'), sholat Jum'at, sholat 'Id harus dilakukan di belakang umara' (pemimpin) dan para penguasa. Amar ma’ruf nahi munkar, jihad, dan pelaksanaan manasik haji harus dilakukan bersama mereka. Baik dia pemimpin yang abror maupun pemimpin yang fajir…" (lihat Al-Wajiz fi Aqidati Ahlis Sunnah)

🔸 Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah dalam kitab Al Aqidah Al Wasithiyah:

و يرون إقامة الحج و الجهاد والجمع و الٱعياد مع الٱمرا

"Dan mereka (Ahlus Sunnah) berpendapat pelaksanaan Haji, Jihad, Sholat Jum'at, dan Sholat 'Id ma'al-umaro' (bersama para amir/penguasa)."

🔸Jika ada yang bertanya : "Mengapa kita mesti sholat di belakang mereka dan mengikuti mereka dalam Haji, Jihad, (sholat) Jum'at, dan '(sholat) Id?" Kita katakan karena mereka imam kita yang kita beragama dengan mendengar dan mentaati mereka, karena perintah Allah. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An Nisa' : 59).

Minggu, 30 Maret 2025

Bagi Yang Mengikuti Pendapat Jumhur Ulama, 1 Syawwal 1446 H Bertepatan Ahad, 30-03-2025 M


 


Bagi Yang Mengikuti Pendapat Jumhur Ulama,
1 Syawwal 1446 H Bertepatan Ahad, 30-03-2025 M




وقد كان صحابة رسول الله - صلَّى الله عليه وسلَّم - يُهنِّئ بعضهم بعضًا في العيد، كما روى جُبير بن نُفيرٍ قال: "كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ - صلَّى الله عليه وسلَّم - إِذَا الْتَقَوْا يَوْمَ العِيدِ، يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك"؛ [حسن]، ونقل ابن قدامة في "المغني" عن الإمام أحمد أنَّه قال: "لا بأسَ أن يَقُولَ الرَّجُل للرجُلِ يومَ العيدِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك".

Para shahabat Rasulullah ﷺ biasa saling memberi selamat di hari 'Id, seperti yang diriwayatkan oleh Jubair bin Nufair, yang mengatakan: “Para Shahabat Rasulullah ﷺ ketika mereka bertemu pada hari 'Id, akan berkata satu sama lain: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك; (hasan), dan Ibn Qudamah mengutip dalam “Al-Mughni” dari Imam Ahmad bahwa dia berkata: “Tidak ada salahnya seseorang mengatakan kepada orang lain pada hari Idul Fitri: "Semoga Allah menerima amalan dari kami dan dari Anda.”

Sabtu, 29 Maret 2025

Momen Perpisahan Dengan Bulan Ramadhan


 

Momen Perpisahan Dengan Bulan Ramadhan


يا شهر رمضان ترفق دموع المحبين تدفق قلوبهم من ألم الفراق تشقق عسى وقفة للوداع تطفىء من نار الشوق ما أحرق عسى ساعة توبة وإقلاع ترفو من الصيام كلما تخرق عسى منقطع عن ركب المقبولين يلحق عسى أسير الأوزار يطلق عسى من استوجب النار يعتق.
 كتاب لطائف المعارف فيما لمواسم العام من الوظائف - ط ابن حزم ص ٢١٧ - ابن رجب الحنبلي

🔸 Ibnu Rajab rahimahullah berkata :
"Wahai bulan Ramadhan..
Berbaik hatilah (berikanlah belas kasihmu), sementara air mata para pencinta mengalir dengan deras.
Hati mereka penuh luka (gundah) akibat kepedihan perpisahan,
Semoga momen (detik-detik) perpisahan akan memadamkan api kerinduan yang membara.
Semoga saat-saat taubat akan melengkapi kekurangan puasa yang dilakukan.
Semoga pula orang-orang yang telah ketinggalan segera menyusul dan bersama.
Semoga para tawanan dosa segera dilepaskan,
Dan semoga orang (Islam) yang dinyatakan masuk Neraka segera dibebaskan."

📚 lihat Lathaif Al-Ma’arif hal. 217

Jumat, 28 Maret 2025

Lepaskanlah Kepergian Bulan Ramadhan Dengan Ucapan Salam Yang Terbaik



Lepaskanlah Kepergian Bulan Ramadhan Dengan Ucapan Salam Yang Terbaik


سلام من الرحمن كل أوان ... على خير شهر قد مضى وزمان

سلام على الصيام فإنه ... أمان من الرحمن كل أمان

لئن فنيت أيامك الغر بغتة ... فما الحزن من قلبي عليك بفان

كتاب لطائف المعارف فيما لمواسم العام من الوظائف - ط ابن حزم ص ٢١٦

🔸 Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

“Salam dari Ar-Rahman (Allah) pada setiap zaman.
Atas sebaik-baik bulan yang hendak berlalu.

Semoga salam senantiasa dilimpahkan atas bulan dimana puasa dilakukan...,
Sungguh ia adalah bulan yang penuh rasa aman dari Ar-Rahman.

Bahkan jika hari-hari indahmu tiba-tiba berakhir...
Sungguh kesedihan hatiku untukmu tak pernah hilang.”

📚 lihat Lathaif Al-Ma’arif hal. 216

 

Kamis, 27 Maret 2025

Wahai Para Hamba Allah.. Bulan Ramadhan Telah Berazam Bersiap-Siap Pergi



Wahai Para Hamba Allah.. Bulan Ramadhan Telah Berazam Bersiap-Siap Pergi


عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل ولم يبق منه إلا القليل فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام ومن فرط فليختمه بالحسنى والعمل بالختام فاستغنموا منه ما بقي من الليالي اليسيرة والأيام واستودعوه عملا صالحا يشهد لكم به عند الملك العلام وودعوه عند فراقه بأزكى تحية وسلام.
كتاب لطائف المعارف فيما لمواسم العام من الوظائف - ط ابن حزم ص ٢١٦

🔸 Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata :
"Wahai para hamba Allah, bulan Ramadhan telah berazam untuk berangkat meninggalkan,
Tidak ada lagi yang tersisa kecuali sedikit (saat-saat yang singkat),
Barangsiapa yang telah melakukan kebaikan selama ini, hendaklah ia menyempurnakannya,
Barangsiapa yang malah sebaliknya, hendaklah ia memperbaikinya dalam waktu yang masih tersisa. Karena ingatlah amalan itu dinilai dari akhirnya.
Manfaatkanlah malam-malam dan hari-hari Ramadhan yang masih tersisa,
Serta titipkanlah amalan sholih yang dapat memberi kesaksian kepadamu nantinya di hadapan Al Malikul ‘Alam (Sang Penguasa Hari Pembalasan).
Dan lepaskanlah kepergiannya  (bulan Ramadhan) dengan sebaik-baik ucapan salam." (lihat Lathai al-Ma’arif hal. 216)
 

Jumat, 21 Maret 2025

Kenapa Mencukupkan Diri Hanya Nisbat "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah"


 


Kenapa Mencukupkan Diri Hanya Nisbat
"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" ?


🔸 Alhamdulillah.. diriku meyakini bahwa "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" itu penamaan paling baik, telah ada di zaman Shahabat Nabi dan telah terdapat ijma' Salafush Sholih. Dan ijma' As-Salaf itu termasuk hujjah. Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsir QS. Ali-Imron ayat 106 berkata :

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: {يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ} يَعْنِي: يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِيْنَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَتَسْوَدُّ وُجُوْهُ أَهْلِ الْبِدْعَةِ وَالْفُرْقَةِ. قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا. (تفسير القرآن العظيم - تفسير ابن كثير )

🔸 Diriku mengingkari nisbat dan tidak mau disebut Asy'ariyyah, Salafi, Wahabiyyah dsb sebagaimana diriku tidak mau disebut hizb Muhammadiyyah, Ashhabiyyah, ataupun Hizbullah dll. Sebagaimana pula tidak mau jika disebut Hanafiyyah, Malikiyah, Syafi'iyyah ataupun Hanabilah walau diriku sering menukil pendapat 4 imam madzhab Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah. Jadi andai Ahlus-Sunnah dituduh buruk pun, diriku insya Allah tidak akan berubah nisbat dari "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah".

🔸 Jika menuduh itu wajib mendatangkan bukti. Ibnul Mundzir rahimahullah mengatakan,

أَجْمَعَ أَهْلُ العِلْمِ عَلَى أَنَّ البيِّنَةَ عَلَى المُدَّعِي ، وَاليَمِيْنُ عَلَى المُدَّعَى عَلَيْهِ

“Para ulama bersepakat bahwa yang menuduh diperintahkan mendatangkan bukti. Sedangkan, yang dituduh cukup bersumpah.”  (lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2/230)

تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ۝١١١

Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah : 111)



Di Antara Doa Yang Diajarkan Rasulullah ﷺ Pada Saat Lailatul Qadr


 


Di Antara Doa Yang Diajarkan Rasulullah ﷺ Pada Saat Lailatul Qadr


سألَتْهُ صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ عائشةُ رضي الله عنها إنْ وافقتُها فبِمَ أدعو ؟ قال قولي اللهمَّ إنك عفوٌ تحبُّ العفوَ فاعفُ عني
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : ابن القيم | المصدر : أعلام الموقعين | الصفحة أو الرقم: 4/249 | خلاصة حكم المحدث : صحيح
التخريج : أخرجه الترمذي (3513)، وابن ماجة (3850)، وأحمد (25384) باختلاف يسير.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِن عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العفْوَ فاعْفُ عنِّي رواهُ التِرْمذيُّ وقال: حديثٌ حسنٌ صحيحٌ.

🔸 Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah ﷺ, yaitu jika saja aku tahu bahwa suatu malam adalah lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul ﷺ, “Berdoalah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ’ANNII (artinya: Ya الله, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf (menghapus kesalahan), karenanya maafkanlah aku (hapuslah dosa-dosaku).” (HR. Tirmidzi, no. 3513. Hadits ini hasan shahih.)

Minggu, 16 Maret 2025

Tidak Cukup Sekedar Nisbat/Mengklaim.. Bagaimana Tolok Ukurnya?

 



Tidak Cukup Sekedar Nisbat/Mengklaim..
Bagaimana Tolok Ukurnya?



🔸 Jika nisbat kepada Asy'ariyyah, maka tidak boleh menyelisihi Ushul dan ijma' Asy'ariyyun. Sehingga jika memang menyelisihi ijma'/kosensus Asy'ariyyun maka bukan Asy'ariyyah.

🔸 Jika nisbat/mengklaim Wahabiyyah, maka tidak boleh menyelisihi Ushul dan ijma' Wahabiyyun.

🔸 Jika nisbat kepada Salafiyyah, maka tidak boleh menyelisihi perkara Ushul dan ijma' Salafiyyun. Sehingga tidak semua Salafiy itu Wahabi, jika memang menyelisihi ijma' Wahabiyyun.

🔸 Jika nisbat kepada Syafi'iyyah, maka tidak boleh menyelisihi perkara Ushul dan ijma' Syafi'iyyun. Adapun jika berbeda dalam perkara furu' maka tidak keluar dari Syafi'iyyah.

🔸 Jika nisbat kepada Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah, maka tidak boleh menyelisihi Ushul As-Sunnah dan ijma' Ahlus-Sunnah. Sedang tolok ukur al-haqq (kebenaran) itu Al-Qur'an dan Hadits Shohih sesuai pemahaman para Salafush Sholih. Kemudian Al-Ijma' di sisi Ahlus-Sunnah termasuk hujjah.


والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Jumat, 14 Maret 2025

Pada Ramadhan 1446 H Insya Allah Terjadi 2 Gerhana Yaitu Gerhana Bulan Dan Gerhana Matahari di Akhir Bulan

 Pada Ramadhan 1446 H Insya Allah Terjadi 2 Gerhana Yaitu Gerhana Bulan Dan Gerhana Matahari di Akhir Bulan





Mengeluarkan Zakat Fithri Berupa Beras

 




 
Mengeluarkan Zakat Fithri Berupa Beras


إخراج زكاة الفطر من الأرز
منذ 2006-12-01

السؤال: يقول بعض العلماء: إنه لا يجوز أداء زكاة الفطر من الرز مادامت الأصناف المنصوص عليها موجودة فما رأي فضيلتكم؟

الإجابة: قال بعض العلماء إنه إذا كانت الأصناف الخمسة وهي البر، والتمر، والشعير، والزبيب، والأقط إذا كانت هذه موجودة فإن زكاة الفطر لا تجزىء من غيرها، وهذا القول مخالف تماماً لقول من قال: إنه يجوز إخراج زكاة الفطر من هذه الأصناف وغيرها حتى من الدراهم فهما طرفان. والصحيح أنه يجزئ إخراجها من طعام الآدميين من هذه الأصناف وغيرها، وذلك لأن أبا سعيد الخدري رضي الله عنه كما ثبت عنه في صحيح البخاري يقول: "كنا نخرجها على عهد النبي صلى الله عليه وسلم صاعاً من طعام وكان طعامنا التمر، والشعير، والزبيب، والأقط"، ولم يذكر البر أيضاً ولا أعلم أن البر ذُكر في زكاة الفطر في حديث صحيح صريح، لكن لا شك أن البر يجزئ، ثم حديث ابن عباس رضي الله عنهما قال: "فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر طهرة للصائم من اللغو والرفث، وطعمة للمساكين". فالصحيح أن طعام الآدميين يجزئ إخراج الفطرة منه وإن لم يكن من الأصناف الخمسة التي نص عليها الفقهاء؛ لأن هذه الأصناف ـ كما سبقت الإشارة إليه ـ كانت أربعةً منها طعام الناس في عهد النبي صلى الله عليه وسلم، وعلى هذا فيجوز إخراج زكاة الفطر من الأرز. بل الذي أرى أن الأرز أفضل من غيره في وقتنا الحاضر؛ لأنه أقل مؤنة وأرغب عند الناس، ومع هذا فالأمور تختلف فقد يكون في البادية طائفة التمر أحب إليهم فيخرج الإنسان من التمر، وفي مكان آخر الزبيب أحب إليهم فيخرج الإنسان من الزبيب، وكذلك الأقط وغيره، فالأفضل في كل قوم ما هو أنفع لهم، والله الموفق.
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
مجموع فتاوى و رسائل الشيخ محمد صالح العثيمين المجلد الثامن عشر - كتاب زكاة الفطر

رابط المادة: http://iswy.co/e3m49

Mengeluarkan Zakat Fithri Berupa Beras

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sebagian ulama mengatakan bahwa tidak boleh membayarkan zakat fithri berupa beras selagi macam barang yang ditetapkan syari’at masih ada, bagaimana pendapat anda.?

Jawaban.
Beberapa ulama mengatakan bahwa jika lima macam barang yakni gandum, kurma, tepung syair, kismis, dan keju masih ada maka zakat fithri tidak boleh diwujudkan dengan yang lainnya, pendapat ini bertentangan mutlak dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya boleh saja mengeluarkan zakat fithri berbentuk lima macam ini dan sejenisnya, bahkan sampai berbentuk dirham sekalipun, sehingga kedua pendapat ini saling bertentangan.

Yang benar adalah bahwa diperbolehkan mengeluarkannya dalam bentuk makanan yang biasa dimakan manusia, itu karena Abu Sa’id Al-Khudriy Radhiyallahu ‘anhu seperti yang dituliskan dalam shahih Al-Bukhari, berkata :

كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ  – وَفِي رِوَايَةٍ –  أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ

“Kami mengeluarkan (zakat fithri) pada masa Nabi satu sha’ dari makanan, makanan kami adalah kurma, tepung syair, kismis dan keju”

Dia (Abu Said) tidak menyebutkan gandum juga, saya tidak pernah tahu bahwa gandum disebutkan dalam zakat Fithri pada hadits yang shahih secara jelas, akan tetapi tak ragu lagi bahwa gandum boleh digunakan untuknya, selanjutnya hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata.

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ

“Rasulullah menetapkan kewajiban zakat fithri sebagai pembersih orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan perkataan kotor serta sebagai makanan untuk orang-orang miskin”

Sehingga yang benar adalah bahwa makanan yang biasa dimakan manusia boleh digunakan dalam mengeluarkan zakat fithri, meski tidak termasuk lima macam yang ditetapkan oleh para ahli fikih, karena macam makanan ini -seperti yang telah lewat dalilnya- empat diantaranya merupakan makanan manusia pada masa Nabi , atas dasar ini menjadi bolehlah mengeluarkan zakat fithri berupa beras. Justru saya berpendapat beras lebih utama daripada yang lain pada masa kita sekarang ini ; karena paling sedikit kesulitannya dan paling diharap oleh manusia.

Bersama kenyataan ini menjadi jelaslah bahwa perkara memang berbeda-beda, sungguh ada disuatu lembah suatu kelompok yang kurma lebih mereka sukai maka para manusia mengeluarkan zakat fithri berupa kurma, di tempat yang lain kismis lebih mereka sukai sehingga manusia mengeluarkan zakat fithri berbentuk kismis, demikian juga dengan keju dan selainnya, yang paling utama untuk setiap kaum adalah yang bermanfaat bagi mereka. Wa Allahul Muwafiq.


Kamis, 13 Maret 2025

Bukti Empiris Ayyamul Bidh Bulan Ramadhan 1446 H

Bukti Empiris Ayyamul Bidh Bulan Ramadhan 1446 H






Nasihat Al-Hasan Al-Bashri Untuk Para Imam Sholat Tarawih Di Bulan Ramadhan


 

Nasihat Al-Hasan Al-Bashri Untuk Para Imam Sholat Tarawih Di Bulan Ramadhan


٧٦٧٩ - حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ زَائِدٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: «مَنْ أَمَّ النَّاسَ فِي رَمَضَانَ فَلْيَأْخُذْ بِهِمُ الْيُسْرَ، فَإِنْ كَانَ بَطِيءَ الْقِرَاءَةِ فَلْيَخْتِمِ الْقُرْآنَ خَتْمَةً، وَإِنْ كَانَ قِرَاءَتُهُ بَيْنَ ذَلِكَ فَخَتْمَةٌ وَنِصْفٌ، فَإِنْ كَانَ سَرِيعَ الْقِرَاءَةِ فَمَرَّتَيْنِ»
كتاب المصنف - ابن أبي شيبة - ت الحوت ج ٢ ص ١٦٣

🔸 Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri -rahimahullah- mengatakan :
"Siapa yang mengimami manusia pada bulan Ramadhan, hendaklah ia mengambil yang termudah bagi mereka,
Apabila bacaannya lambat, hendaklah ia mengkhatamkan Al-Qur'an satu kali,
Apabila bacaannya sedang, maka hendaklah mengkhatamkan satu setengah Al-Qur'an,
Adapun apabila bacaannya cepat, maka hendaklah dua kali khatam Al-Qur'an. "
📚  lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (1677)


🔸 Catatan :
(1) Perhatikanlah semoga Allah Ta'ala merahmati kalian .. kembali kepada yang paling mudah, hendaklah ia mengkhatamkan Al-Qur'an paling sedikitnya 1 kali - 2 kali pada bulan Ramadhan.
(2) Sholat tarawih itu idealnya tiap rakaat membaca seperdelapan s.d seperempat juz kecuali jika memang para jama'ahnya mampu lebih dari itu.

Sabtu, 08 Maret 2025

Hendaknya Engkau Membaca Al-Qur'an Dari Mushaf Daripada Membaca Dari HP



Hendaknya Engkau Membaca Al-Qur'an Dari Mushaf Daripada Membaca Dari HP


قال النبي ﷺَ : من سره أن يحب الله و رسوله فليقرأ في (المصحف). حسنه الألباني في كتاب سلسلة الأحاديث الصحيحة (٢٣٤٢)

🔸 Nabi ﷺَ bersabda : "Siapa saja yang suka agar Allah dan Rasul-Nya mencintai dirinya, maka hendaklah ia membaca Al-Qur’an dari Mushaf."  (Dihasankan Al-Albani di dalam Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah no. 2342)

وعن عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - قال: "أديموا النظر في المصاحف". أخرجه ابن أبي شيبة في "المصنف" (2/ 499)،

🔸 Abdullah bin Mas’ud berkata, “Teruslah kalian untuk selalu melihat mushaf-mushaf!”

وعن عبد الله قال: "تعاهدوا هذه المصاحف -وربما قال: القرآن- فلهو أشد تفصيًا من صدور الرجال من النَّعَم من عُقُلِه". صحيح. أخرجه أحمد (1/ 381).

🔸 Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Jagalah baik-baik mushaf-mushaf ini. Bisa jadi dia berkata: Al-Qur’an. Karena sesungguhnya ia (Al-Qur'an) lebih mudah hilang dari hati manusia daripada unta yang terikat tali.”

وقال يونس بن عُبيد : “كان خُلق الأوّلين النظر في المصاحف”. أخرجه ابن أبي شيبة في "المصنف" (2/ 499).

🔸 Yunus bin Ubaid berkata, “Kebiasaan orang-orang terdahulu adalah selalu melihat mushaf-mushaf.”



Lebih Baik Meninggalkan Membaca Al-Qur'an dari HP/Semisal Ketika Ada Mushaf Karena Beberapa Alasan


1. Lebih mencocoki perintah Nabi ﷺ dan amalan para Salafush Sholih.

2. Mushaf memiliki kehormatan, dan apa yang memiliki kehormatan adalah lebih baik. Oleh karena itu, seseorang bisa membawa hp ke wc, tetapi tidak boleh membawa mushaf.

3. Mushaf adalah ushul (pokok), sedangkan hp adalah furu' (cabang). Menurut kesepakatan ulama tidak boleh beralih ke cabang ketika ada pokok.

4. Mushaf harus dihormati, dan oleh karena itu, ia memiliki keberkahan dan kebaikan karena diantara kedua sampulnya mengandung kalam Allah Ta'ala.

5. Mushaf isinya khusus untuk salinan Al-Qur'an, sedangkan hp terdapat salinan Al-Qur'an dan juga hal-hal lain.

6. Membaca Al-Qur'an dari mushaf adalah salah satu syiar Islam yang harus disebarluaskan dan dipertahankan agar tetap nampak dan menjadi seperti syiar-syiar lainnya. Ketika seseorang mengambil mushaf, kemungkinan besar ia akan membaca Al-Qur'an, sedangkan ketika seseorang mengambil hp, tidak bisa dipastikan bahwa ia akan membaca Al-Qur'an.

7. Orang-orang yang membaca Al-Qur'an dari ponsel dia tidak bisa menjamin dirinya aman dari meninggalkan membaca Al-Qur'an dan akhirnya masuk ke situs-situs atau hal-hal yg tidak pantas.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Kamis, 06 Maret 2025

Jika Di Bulan Ramadhan Para Syaithan Dibelenggu, Kenapa Masih Terjadi Maksiat ?





Jika Di Bulan Ramadhan Para Syaithan Dibelenggu, Kenapa Masih Terjadi Maksiat ?

قال ابن تيمية رحمه الله : "وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {إذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ} وَمَا ذَاكَ إلَّا لِأَنَّهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ تَنْبَعِثُ الْقُلُوبَ إلَى الْخَيْرِ وَالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ الَّتِي بِهَا وَبِسَبَبِهَا تُفَتَّحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُمْتَنَعُ مِنْ الشُّرُورِ الَّتِي بِهَا تُفَتَّحُ أَبْوَابُ النَّارِ وَتُصَفَّدُ الشَّيَاطِينُ فَلَا يَتَمَكَّنُونَ أَنْ يَعْمَلُوا مَا يَعْمَلُونَهُ فِي الْإِفْطَارِ فَإِنَّ الْمُصَفَّدَ هُوَ الْمُقَيَّدُ لِأَنَّهُمْ إنَّمَا يَتَمَكَّنُونَ مِنْ بَنِي آدَمَ بِسَبَبِ الشَّهَوَاتِ فَإِذَا كَفُّوا عَنْ الشَّهَوَاتِ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ."
من كتاب: مجموع الفتاوى ١٤\١٦٧

🔸 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,
“Nabi bersabda : "Apabila masuk bulan Ramaudhan, maka pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu."
Hal ini karena di bulan Ramadhan hati (jiwa manusia) dilhami lebih condong untuk melakukan kebaikan dan amal shalih, yang dengannya pintu-pintu Surga dibuka, dan seseorang terlindungi dari keburukan-keburukan yang dengannya pintu-pintu Neraka dibuka.
Sedangkan para syaithan itu diikat sehingga mereka tidaklah mampu melakukan maksiat sebagaimana ketika berbuka (tidak berpuasa). Yang dibelenggu yaitu dibatasi karena syaithan hanya dapat menguasai anak cucu Adam dengan sebab syahwat/hawa nafsunya. Ketika syahwat itu ditahan, maka syaithan-syaithan pun terbelenggu." (lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 14/167).

🔸 Kemaksiatan yang terjadi di bulan Ramadhan tidaklah bertentangan dengan adanya riwayat (yang menyebutkan) bahwa setan-setan dibelenggu di bulan Ramadhan, karena  pembelengguan mereka tidak menghalangi (secara totalitas) gerakan mereka menggoda, oleh karena itu ada sebuah riwayat dalam sebuah hadits,

وَيُصَفَّدُ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ، فَلَا يَخْلُصُوا إِلَى مَا كَانُوا يَخْلُصُونَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ

"Dan dibelenggu di dalamnya para syaithan pembangkang, sehingga tidak bebas melakukan godaan sebagaimana kebebasan mereka melakukannya di selain bulan Ramadhan." (HR. Ahmad 7857)”.

🔸 Kesimpulan : (1) Pada bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu sehingga tidak sebebas seperti di bulan selain Ramadhan, (2) Yang dibelenggu syaithan dari bangsa jin (terutama para pembesarnya) sedang syaithan dari bangsa manusia tidak dibelenggu, (3) Penyebab maksiat bukan hanyadari syaithan, tapi juga hawa nafsu ataupun syahwat.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Senin, 03 Maret 2025

"Bid'ah" Secara Bahasa Itu Beda Dengan "Bid'ah" Secara Istilah Sebagaimana Juga Makna "Shalat"


 


"Bid'ah" Secara Bahasa Itu Beda Dengan "Bid'ah" Secara Istilah Sebagaimana Juga Makna "Shalat"


🔸 Shalat secara bahasa berarti ad-du’aa’ bi khair, doa kebaikan. Hal ini bisa ditemukan dalam ayat,

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ۝١٠٣

"Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah: 103). Maksud dari “sholli ‘alaihim” ( صَلِّ عَلَيْهِمْۗ ) adalah doakan kebaikan kepada mereka.

🔸 Adapun shalat secara istilah syar'i sebagaimana dikatakan oleh Imam Ar-Rafi’i berarti:

أَقْوَالٌ وَأَفْعَالٌ مُفْتَتَحَةٌ بِالتَّكْبِيْرِ مُخْتَتَمَةٌ بِالتَّسْلِيْمِ بِشَرَائِطَ مَخْصُوْصَةٍ

“Perkataan dan perbuatan yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam dengan memenuhi syarat tertentu.” (lihat Fath Al-Qarib Al-Mujiib fi Syarh Alfaazh At-Taqriib, hlm. 163)

🔸 Kesimpulan : Makna "shalat" secara bahasa itu beda dengan "shalat" menurut istilah syar'i. Demikian juga makna "bid'ah" secara bahasa itu beda dengan "bid'ah" menurut istilah. Insya Allah hanya ahlul ahwa' dan orang jahil (dungu) saja yang menyamakan dan tidak paham perbedaan ataupun penggunaannya sehingga mereka sesaat.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Ringkasan : Apa Itu Wahabi, Salafiyyah, Asy'ariyyah, Jam'iyyah Aswaja dan Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah




Ringkasan : Apa Itu Wahabi, Salafiyyah, Asy'ariyyah, Jam'iyyah Aswaja dan Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah


🔸 Wahabi : segolongan muslim yang mengikuti dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan aqidah Salaf. Umumnya mengkafirkan pelaku syirik akbar secara mu'ayyan walau tanpa iqomatul hujjah dan bayanul hujjah sebagaimana pendapat para ulama Nejd. Banyak kesamaan dengan ajaran Salafiyyah dan madzhab Ahmad. Wahabi itu Salafi, tapi tidak semua Salafi itu Wahabi.

🔸 Salafiyyah : segolongan muslim yang mengklaim mengikuti manhaj Salafush-Sholih. Akan tetapi realitanya dalam banyak perkara mereka menyelisihi Salafush-Sholih. Tidak sedikit yang membentuk hizbiyyah atau wala' wal baro'nya tidak karena Allah. Mereka umumnya membolehkan iftiraq dengan mengerjakan sholat Jum'at, sholat Idul Fithri dan sholat idul Adha tidak di belakang umaro'. Demikian juga mendirikan jam'iyyah, muassasah, panti asuhan (pondhok wanita/TN dan pondhok anak kecil/TB), menghalalkan tasawwul (minta-minta) untuk hizb, ash-shuwar (foto/video makhluq bernyawa), STM (Sekolah Terpadu Maksiat), tanzhim yang menuntut ketaatan dsb. Jika dinasihati suka alih rupa mengikuti manhaj Akabiriyyah (berdalih ikut kibar ulama) serta gemar menerapkan hajr uqubah secara serampangan ataupun main blokir jika kalah hujjah.

Di Indonesia yang mengklaim Salafi ada lebih dari 7 versi. Tidak semua Salafiyyah/Salafiyyun itu Wahabi, sebagaimana tidak semua orang yang mempelajari madzhab Asy-Syafi'i itu Syafi'iyyah.

🔸 Asy'ariyyah :  Sekelompok orang yang mengklaim mengikuti aqidah imam Abul Hasan Al-Asy’ari. Sebenarnya madzhab Al-Asy’ariyyah yang berkembang sekarang itu hakikatnya madzhab Al-Kullabiyyah.
Awalnya hanya menetapkan tujuh sifat. Kemudian ditambahkan menjadi 20 sifat, dan tidak menetapkan satu pun sifat fi’liyah (seperti istiwa, nuzul, cinta, ridha, marah, dst). Umumnya mereka menolak Shifat Allah selain 20 sifat yang telah mereka tetapkan sekalipun terdapat dalil shahih dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

🔸 Jam'iyyah Aswaja : semua jam'iyyah yang mengklaim sebagai Aswaja serta umumnya memiliki muassis dan ketua. Banyak dari mereka sebenarnya paham bahwa Ahlus-Sunnah itu bukan sebuah jam'iyyah, sehingga mereka berhilah "mendirikan jam'iyyah yang bernuansa al-jama'ah".

🔸 Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah : segolongan orang mukmin yang mengamalkan Islam murni sebagaimana Nabi dan para Shahabat. Dengan memahami Al-Qur'an dan Hadits Shahih sesuai pemahaman Salafush-Sholih (para Shahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in). Tidak menyelisihi Ushul As-Sunnah dan Aqidah Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah beserta Prinsip dan Qaidah Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah.
Ahlus-Sunnah itu bukan sebuah jam'iyyah. Wala' Wal Baro' nya atas dasar karena Allah.
Penamaan "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" telah ada di zaman para Shahabat Nabi. Al-Hafizh Ibn Katsir rahimahullah berkata :

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: {يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ} يَعْنِي: يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِيْنَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَتَسْوَدُّ وُجُوْهُ أَهْلِ الْبِدْعَةِ وَالْفُرْقَةِ. قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا. (تفسير القرآن العظيم - تفسير ابن كثير )

Kalam Allah Ta’ala: "(pada hari memutihnya wajah orang-orang dan menghitamnya wajah orang-orang) yakni pada hari kiamat ketika memutih wajah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, dan menghitam wajah Ahlul-Bid’ah wal-Furqah. Demikian dikatakan oleh Ibn ‘Abbas rodhiyaallahu 'anhuma."  (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Ali ‘Imran : 106)

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Sabtu, 01 Maret 2025

Marhaban Ya Ramadhan1446 H




 






Marhaban Ya Ramadhan1446 H


أتاكم رمضان شهر مبارك فرض الله عز وجل عليكم صيامه


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ رواه أحمد (9213)، والنسائي (2106) وصححه الألباني في "صحيح النسائي" (1992).

Dari Abu Hurairah radhiyaallahu 'anhu berkata: Nabi biasa memberi kabar baik kepada para shahabatnya, dengan bersabda : “Bulan Ramadan telah datang kepadamu, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan bagimu untuk berpuasa. Di dalamnya, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaitha  dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya, maka sesungguhnya dia telah terhalangi.” (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ۝٥٨

Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS.Yunus: 58)

Sabtu, 1 Ramadhan 1446 H ( 01-03-2025 )

Tawakkal dan Bersandar Kepada Baiknya Pilihan Allah

Tawakkal dan Bersandar Kepada Baiknya Pilihan Allah كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا ...