Minggu, 17 September 2023

Tahukah Engkau Bahwa Dusta Itu Seburuk-buruk Akhlaq Dan Paling Dibenci Nabi ?


 

Tahukah Engkau Bahwa Dusta Itu Seburuk-buruk Akhlaq Dan Paling Dibenci Nabi ?


     Nabi bersabda :

وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

"Sesungguhnya dusta itu membawa kepada al fujur (dosa), dan al fujur membawa kepada neraka. Seseorang benar-benar berdusta sampai dia dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (HR. Al Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607)

     Nabi ﷺ paling benci akhlaq dusta, sebagaimana disampaikan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadits :

ما كانَ خلقٌ أبغضَ إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ منَ الكذبِ ولقد كانَ الرَّجلُ يحدِّثُ عندَ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ بالكذبةِ فما يزالُ في نفسِه حتَّى يعلمَ أنَّهُ قد أحدثَ منها توبةً

”Tidak ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah ﷺ dari berbohong. Sungguh, pernah ada seorang lelaki yang berbicara di sisi Nabi ﷺ yang mengandung kebohongan, maka Rasulullah ﷺ terus menerus merasa ada sesuatu di hatinya terhadap pria tersebut, sampai Nabi ﷺ mengetahui bahwa orang tadi telah bertaubat darinya.”
(Hadits riwayat At-Tirmidzi (1973), dan Ahmad (25183) dengan sedikit perbedaan. Syaikh Al-Albani menyatakannya sebagai hadits shahih dalam Shahih At-Tirmidzi no. 1973).

     Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata,

مَا كَانَ خُلُقٌ أَبْغَضَ إِلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْكَذِبِ

“Tidak ada akhlaq (perilaku) yang lebih dibenci para shahabat Rasulillah  daripada berdusta.” (HR. Ahmad, shahih)

Bila Telah Terbit Matahari As Sunnah


 

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :


إذا طلعت شمس السنة في قلب العبد قطعت من قلبه ضباب كل بدعة (الإمام ابن القيم، مدارج السلكين 374/1) 


“Ketika matahari As Sunnah telah terbit dalam qalbu (hati) seseorang hamba, maka kabut segala bid'ah (= ajaran Islam palsu yang diada-adakan, lihat..*) pun akan terhapus (tersibak) dari hatinya.” (lihat Madarij Salikin, 1/374) 


Catatan : 


* Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom mengatakan bahwa bid’ah adalah : 


عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ 


"Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil shahih) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala." 


* Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : 


وَالْبِدْعَةُ : مَا خَالَفَتْ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ أَوْ إجْمَاعَ سَلَفِ الْأُمَّةِ مِنْ الِاعْتِقَادَاتِ وَالْعِبَادَاتِ 


“Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah atau ijma’ (kesepakatan) salaf.” (lihat Majmu’ Al Fatawa, 18/346)

Sabtu, 16 September 2023

Diam Dari Menjelaskan Al-Haq Itu Syaithan Yang Bisu




 

Diam Dari Menjelaskan Al-Haq Itu Syaithan Yang Bisu
معنى: (الساكت عن الحق شيطان أخرس)

السؤال:

ننتقل إلى رسالة أخرى، ومواضع أخرى سماحة الشيخ، الرسالة وصلت إلى البرنامج من الأخ (ر. أ. ف) من العراق، أخونا له مجموعة من الأسئلة، من بينها سؤال يقول: سمعت: أن الساكت عن الحق شيطان أخرس، هل هذا صحيح؟

الجواب:

نعم، هذا قاله بعض السلف، ليس حديثًا عن النبي ﷺ، إنما قاله بعض العلماء، قالوا: "الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق"، فالذي يقول الباطل، ويدعو إلى الباطل؛ هذا من الشياطين الناطقين.

والذي يسكت عن الحق مع القدرة، ولا يأمر بالمعروف، ولا ينهى عن المنكر، ولا يغير ما يجب تغييره ويسكت وهو يستطيع أن يتكلم؛ هذا يقال له: شيطان أخرس، من شياطين الإنس يعني؛ لأن الواجب على المؤمن إنكار الباطل والدعوة إلى المعروف، وإذا استطاع هذا وجب عليه، كما قال الله -جل وعلا-: وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [آل عمران:104] وقال سبحانه: وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ [التوبة:71].

وقال النبي ﷺ: إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروه؛ أوشك أن يعمهم الله بعقابه وقال -عليه الصلاة والسلام-: من رأى منكم منكرًا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه؛ وذلك أضعف الإيمان خرجه الإمام مسلم في صحيحه.

هذا يبين لنا وجوب إنكار المنكر على حسب الطاقة: باليد، ثم اللسان، ثم القلب، فالذي يسكت عن إنكار المنكر، وهو قادر ليس له مانع؛ هذا هو الشيطان الأخرس، نعم.

المقدم: جزاكم الله خيرًا. 

http://www.binbaz.org.sa/noor/9453



"Seorang yang diam dari berbicara al-haq (kebenaran) adalah syaithan yang bisu. Dan seorang yang berbicara dengan kebatilan adalah syaithan yang berbicara.”

Pertanyaan :

     Kami beralih ke risalah lain, dan topik lainnya, Yang Mulia Syaikh (Asy-Syaikh Al-Allamah Ibnu Baz rahimahullah), risalah tersebut tiba di program dari saudara (RAF) dari Irak Saudara kami memiliki serangkaian pertanyaan, termasuk pertanyaan yang mengatakan : "Saya mendengar bahwa orang yang diam dari berbicara kebenaran itu syaithan bisu, apakah ini benar?"

Jawaban :

     "Ya, ini adalah perkataan sebagian salaf. Bukan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hanya saja itu adalah perkataan sebagian ulama. Mereka mengatakan: “Seorang yang diam dari berbicara al-haq adalah syaithan yang bisu. Dan seorang yang berbicara dengan kebatilan adalah syaithan yang berbicara.”

     Maka seorang yang berbicara kebatilan, mengajak kepada kebatilan ini termasuk syaithan yang berbicara. Dan seorang yang diam tidak mau menyampaikan kebenaran padahal dia mampu, dan dia tidak menyampaikan perkara ma’ruf dan tidak mencegah dari yang munkar. Dia tidak mau merubah perkara yang wajib dia rubah, dia diam dalam keadaan dia mampu berbicara, orang ini dinamakan syaithan bisu dari jenis syaithan manusia. Karena wajib atas seorang mukmin untuk mengingkari kebatilan dan mengajak kepada hal ma’ruf, dan jika dia mampu melakukan hal ini, maka wajib hukumnya. Sebagaimana Allah berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [آل عمران:104]

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran 104). Dan Allah Ta’ala berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ [التوبة:71

” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 71)

     Dan Nabi bersabda:

إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروه؛ أوشك أن يعمهم الله بعقابه 

“Sesungguhnya manusia jika melihat kemungkaran lalu mereka tidak mau merubahnya, Allah akan meratakan kepada mereka adzab-Nya.” Beliau ‘alaihi ash-shalaatu wassallam bersabda:

من رأى منكم منكرًا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه؛ وذلك أضعف الإيمان خرجه الإمام مسلم في صحيحه.

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya. Jika dia tidak mampu, maka ingkarilah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman. “(Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya)

     (Dalil-dalil) ini menjelaskan kepada kita akan wajibnya mengingkari kemungkaran sesuai kemampuan, dengan tangan, kemudian dengan lisan, kemudian dengan hati. Maka orang yang diam dari mengingkari kemungkaran dalam keadaan dia mampu (mengingkarinya) dan tidak memiliki halangan, inilah dia syaithan yang bisu.

Pembawa acara : "Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan."

Sumber :  http://www.binbaz.org.sa/noor/9453

Rabu, 13 September 2023

Berhak Dihukumi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Ataukah Ahlul Bid'ah Wal Furqoh ?


 

Berhak Dihukumi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
Ataukah Ahlul Bid'ah Wal Furqoh ?


Jika realita dan bukti empiris menunjukkan :
(1)  Umumnya gemar berbuat syirik akbar dengan menyembah ahbar, arhab, akabir ataupun menyembah hawa nafsu mereka.
(2)  Sengaja menyelisihi sebagian Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah ataupun ushul Sunnah yang terdapat ijma'.
(3)  Membentuk hizb berupa jam'iyyah, muassasah ataupun majmu'ah.
(4)  Menghalalkan amalan bid'ah dan sebagian dosa-dosa besar seperti tasawwul, shuroh bernyawa dsb.
(5)  Wala' wal baro' tidak karena Allah
(6)  Umumnya memiliki tabiat dusta yang termasuk akhlaq paling tercela dan bukan tabiat seorang mukmin.
(7)  Umumnya memiliki akhlaq buruk dan berseberangan dengan 4 rukun akhlaq mulia ("sabar," menjaga iffah, keberanian dan adil)
(8)  Gemar iftiraq dan enggan sholat Jum'at ma'al umaro' yang sah..bahkan ada yang sibuk takfir mu'ayyan terhadap orang-orang yang masih sholat tanpa iqomatul hujjah.
(9)  Zhohirnya terlihat tidak zuhud dan cinta dunia yaitu sibuk meperbanyak harta untuk memperkaya diri, gelar, ketenaran ataupun kedudukan.
(10)  Mengklaim benar tapi enggan diajak berhakim kepada Allah setelah tidak mampu mendatangkan burhan (dalil dan kalam Salaf). Jika ditantang mubahalah seperti para syaithon pendusta yang takut mendapat adzab tapi tetap membangkang di atas keangkuhan dan kebathilan.
(11) Mencari ilmu untuk tujuan dunia dan bukan untuk diamalkan serta cinta berteman dengan ahlul bid'ah dan orang-orang fasiq yang ada di muka bumi.
Wa Allahu a'lam, laa haula wa laa quwwata illa billah..

Senin, 11 September 2023

Tahukah Engkau 4 Rukun Akhlaq Yang Baik (Mulia) ?


 

Tahukah Engkau 4 Rukun Akhlaq Yang Baik (Mulia)?


قال ابن القيم رحمه الله تعالى: وحسن الخلق يقوم على أربعة أركان لا يتصور قيام ساقه إلا عليها: الصبر والعفة والشجاعة والعدل

     Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah Ta’ala berkata :
“Dan akhlaq mulia akan tegak di atas empat rukun yang tidak akan tergambarkan tegaknya tiang akhlaq mulia kecuali di atas empat rukun tersebut : (1) kesabaran, (2) menjaga 'iffah kehormatan diri, (3) keberanian, dan (4) keadilan.”
(lihat Madarijus Salikin (2/308) karya Ibnul Qoyyim)



Minggu, 10 September 2023

Mencintai Ahlus Sunnah Wal Jama'ah ⁣


 

Mencintai Ahlus Sunnah Wal Jama'ah



     Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata dalam akhir surat yang ditulis kepada Musaddad bin Musarbal,⁣

‏أحبوا أهل السنة على ما كان منهم؛ أماتنا الله وإياكم على السنة والجماعة، ورزقنا الله وإياكم اتباع العلم، ووفقنا وإياكم لما يحبه ويرضاه⁣
(نام کتاب : طبقات الحنابلة نویسنده : ابن أبي يعلى    جلد : 1  صفحه : 345)

"Cintailah Ahlus Sunnah (orang-orang yang berkomitmen mengikuti ajaran Nabi dan para Shahabat) dengan segala kekurangan yang ada pada mereka.⁣.
⁣Semoga Allah mewafatkan kita di atas As sunnah dan Al Jama'ah (sebagai seorang Ahlu Sunnah Wal jamaah)⁣..
⁣Semoga Allah memberi rezeki kepada kita untuk mengikuti Al 'Ilmu.⁣.
⁣Semoga Allah memberi taufiq kepada kita untuk menjalankan apa yang Dia cintai dan ridhai.⁣."
(lihat Thabaqatul Hanabilah, 1/345)⁣

Kamis, 07 September 2023

Sholat Jum'at Di Belakang/Ma'al Umara


 

Sholat Jum'at Di Belakang/Ma'al Umara


1.  Perintah Nabi untuk sholat di belakang umara' sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.
2.  Beberapa Shahabat Nabi memerintahkan sholat Jum'at di belakang umara' dan tidak ada seorang pun dari para shahabat Nabi yang menyelisihi.
3.  Ijma' Ahlus Sunnah tentang bolehnya sholat di belakang umara' yang zholim/fasiq selama tidak keluar dari Islam..sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab Ushul Sunnah.
4.  Kalam para aimah Ahlus Sunnah tentang wajibnya sholat Jum'at di belakang umara' spt Hasan Al Bashri, Sufyan Ats Tsauri, Ibnu Taimiyyah dll.
5.  Syaikh Abdus Salam Barjas mengatakan sholat Jum'at hukum asalnya tidak berbilang (tidak di banyak masjid). Syaikh Albani mengatakan mengadakan sholat Jum'at di banyak masjid (tanpa sebab yg dibenarkan syari'at) termasuk menyelisihi Sunnah. Syaikh Utsaimin mengatakan wajib sholat Jum'at di belakang umara'. Demikian fatwa syaikh Sholih Fauzan dalam syarh Aqidah Wasithiyyah.

     Sedang mereka yang enggan sholat Jum'at ma'al umara' serta mengatakan bolehnya mengadakan sholat Jum'at sendiri dan iftirraq/memisahkan diri dari umara' :
1. Tidak mampu sebutkan dalil bolehnya tidak sholat Jum'at ma'al umara'.
2.  Tidak mampu mendatangkan burhan dan kalam salaf yang berpendapat demikian.
3.  Menolak, tidak berani atau enggan diajak berhakim kepada Allah dengan mubahalah.
     Karena kalah hujjah maka mulutnya bisanya keluar celaan "bahlul" dll dan perkataan dusta. Diriku pernah bertemu salafi beragam versi..kebanyakan punya karakter seperti itu ketika kalah hujjah maka lesannya banyak dusta, gemar main keroyok ataupun blokir.

■  Diriku tak ingin jidal langsung dengan mereka karena para salaf melarang bermajelis ataupun jidal dengan ahlul ahwa'. Lain hal membantah lewat tulisan maka dibolehkan secara ijma' dan bisa wajib. Kecuali jika ada udzur atau sebab yang dibenarkan syari'at.
■  Gemar tafarruq dan enggan sholalat Jum'at di belakang umara' setahuku itu insya Allah jauh lebih buruk daripada bid'ah panti asuhan/TN. Panti Asuhan/TN  insya Allah masih ada rukhshoh jika darurat yaitu untuk selamatkan diri sebagaimana makan bangkai ketika kelaparan. Tentunya dengan seperlunya saja serta tetap meyakini dan menjelaskan perkara tersebut haram.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

"Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah

  "Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah" Itu Bukan Sebuah Jam'iyyah ataupun Hizbiyyah Hukumi Manusia Dengan Hujjah Dan Burhan Sesuai Z...