Sabtu, 13 Desember 2025

Sabar Yang Baik ( الصَّبْرُ الْجَمِيلُ )




Sabar Yang Baik ( الصَّبْرُ الْجَمِيلُ )

﴿فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ﴾

".... Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan". (Yusuf: 18)

وَقَالَ مُجَاهِدٌ: الصَّبْرُ الْجَمِيلُ: الَّذِي لَا جَزَعَ فِيهِ.
وَرَوَى هُشَيْم، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَحْيَى، عَنْ حبَّان بْنِ أَبِي جَبَلة قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ قَوْلِهِ: ﴿فَصَبْرٌ جَمِيلٌ﴾ فَقَالَ: "صَبْرٌ لَا شَكْوَى(٣) فِيهِ" وَهَذَا مُرْسَلٌ(٤) .
وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: قَالَ الثَّوْرِيُّ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ أَنَّهُ قَالَ: ثَلَاثٌ مِنَ الصَّبْرِ: أَلَّا تُحَدِّثَ بِوَجَعِكَ، وَلَا بِمُصِيبَتِكَ، وَلَا تُزَكِّيَ نَفْسَكَ(٥) .
وَذَكَرَ الْبُخَارِيُّ هَاهُنَا حَدِيثَ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فِي الْإِفْكِ حَتَّى ذَكَرَ قَوْلَهَا: وَاللَّهِ لَا أَجِدُ لِي وَلَكُمْ مَثَلًا إِلَّا أَبَا يُوسُفَ(٦) ، ﴿فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ﴾(٧) .
( تفسير ابن كثير — ابن كثير ٧٧٤ هـ)


Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan :

'Mujahid berkata: "Sabar yang baik adalah sabar yang tidak ada keluhan di dalamnya."

Hasyim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Yahya, dari Habban bin Abi Jablah, dia berkata: "Rasulullah ditanya tentang kalam Allah: { فَصَبْرٌ جَمِيلٌ } 'Maka bersabarlah dengan sabar yang baik' (Yusuf: 18), maka beliau bersabda: 'Sabar yang tidak ada keluhan di dalamnya.'"
Atsar ini adalah mursal.

Abdurrazzaq berkata: "Ats-Tsauri berkata dari sebagian sahabatnya, bahwa ada tiga hal yang termasuk sabar: tidak menceritakan sakitmu, tidak menceritakan musibahmu, dan tidak menyanjung dirimu sendiri."

Al-Bukhari menyebutkan hadits Aisyah radhiyaallahu 'anha tentang kisah Al-Ifk, sampai pada perkataannya: "Demi Allah, aku tidak menemukan contoh bagi kami kecuali seperti yang dikatakan ayah Yusuf:

﴿فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ﴾

'Maka bersabarlah dengan sabar yang baik, dan Allah-lah yang dimohon pertolongan atas apa yang kamu ceritakan.'" (Yusuf: 18)

📚 lihat Tafsir Ibnu Katsir surat Yusuf : 18

Kamis, 11 Desember 2025

Tawakkal dan Bersandar Kepada Baiknya Pilihan Allah





Tawakkal dan Bersandar Kepada Baiknya Pilihan Allah



كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ۝٢١٦

".... dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)

فَسَتَذْكُرُوْنَ مَآ اَقُوْلُ لَكُمْۗ وَاُفَوِّضُ اَمْرِيْٓ اِلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ بَصِيْرٌ ۢ بِالْعِبَادِ ۝٤٤

".... maka kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghafir : 44)

وعن قيس بن جبير قال قال عبد الله حبذا المكروهان الموت والفقر وايم الله ان هو إلا الغنى والفقر وما أبالي بايهما بليت إن حق الله في كل واحد منهما واجب وان كان الغنى فيه للعطف وان كان للفقراء ان فيه للصبر.
وعن الحسن قال قال عبد الله بن مسعود ما أبالي إذا رجعت إلى أهلي على أي حال اراهم بخير أو بشر أم بضر وما أصبحت على حالة فتمنيت أني على سواها. (كتاب صفة الصفوة ج ١ ص ١٥٤ - ابن الجوزي)

Dari Qais bin Jubair, ia berkata, Abdullah bin Mas'ud berkata, "Alangkah baiknya dua hal yang tidak disukai: kematian dan kefakiran. Demi Allah, keduanya hanyalah kekayaan dan kefakiran. Aku tidak peduli dengan mana dari keduanya aku diuji, karena hak Allah dalam keduanya adalah wajib. Jika kekayaan, maka ada kewajiban untuk bersedekah, dan jika kefakiran, maka ada kewajiban untuk bersabar."

Dari Al-Hasan, ia berkata, Abdullah bin Mas'ud berkata, "Aku tidak peduli dengan keadaan apa pun aku kembali kepada keluargaku, apakah mereka dalam keadaan baik atau buruk, atau dalam kesulitan. Aku tidak pernah pagi hari dengan keadaan tertentu, lalu aku menginginkan agar aku berada dalam keadaan lain."

📚 Kitab Shifat Ash-Shofwah, jilid 1, halaman 154, Ibn Al-Jauzi

وقال أبو العباس محمد بن يزيد المبرد قيل للحسن بن علي: إن أبا ذر يقول: الفقر أحب إلي من الغنى، والسقم أحب إلي من الصحة، فقال: رحم الله أبا ذر أما أنا فأقول: من اتكل على حسن اختيار الله له لم يتمكن أن يكون في غير الحالة التي اختار الله له. وهذا أحد الوقوف على الرضا بما تعرف به القضاء. (كتاب البداية والنهاية - ط السعادة ج ٨ ص ٣٩ - ابن كثير)

Abu Al-Abbas Muhammad bin Yazid Al-Mubarrad berkata, "Dikatakan kepada Hasan bin Ali, 'Abu Dzar berkata, 'Kefakiran lebih aku sukai daripada kekayaan, dan sakit lebih aku sukai daripada sehat.' Hasan bin Ali menjawab, 'Semoga Allah merahmati Abu Dzar. Adapun aku, aku katakan, 'Barangsiapa yang percaya pada pilihan Allah yang baik baginya, maka ia tidak akan menginginkan keadaan lain selain yang telah Allah pilih untuknya.' Ini adalah salah satu bentuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan oleh taqdir."

📚 Kitab Al-Bidayah wa Al-Nihayah, jilid 8, halaman 39, Ibnu Katsir

Para Ash-Shodiq ( Orang yang Jujur ) Punya Tabi'at dan Kebiasaan Sedikit Tidur


 

Para Ash-Shodiq ( Orang yang Jujur ) Punya Tabi'at dan Kebiasaan Sedikit Tidur


۞ اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِۙ وَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۖ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِۙ هُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝٢٠

"Sesungguhnya Rabb-mu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Muzzammil : 20)

✍🏻  Berdasarkan ayat di atas maka dapat difahami :
⭐ Dua pertiga malam lamanya sekitar 7 jam, dari jam 21.00 malam hingga pukul 04:00 pagi.
⭐ Seperdua malam lamanya sekitar 5 jam, dari jam 23:00 malam hingga jam 04:00 pagi.
⭐ Sepertiga malam lamanya sekitar 3 jam, dari jam 01:00 dini hari hingga jam 04:00 pagi.
✍🏻  Para Ash-Shodiq (orang-orang yang jujur dan benar) punya tabi'at dan kebiasaan sedikit tidur atau hanya sekitar 3-5 jam/hari.
✍🏻  Misal malam hari hanya tidur sekitar 2 jam, maka bisa ditambah tidur siang 1 atau 2 jam.

لا حول ولا قوة إلا بالله


Selasa, 09 Desember 2025

Mauqif Seorang Muslim Terhadap Harta




Mauqif Seorang Muslim Terhadap Harta



"ثُمَّ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَأْخُذَ الْمَالَ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ لِيُبَارَكَ لَهُ فِيهِ وَلَا يَأْخُذُهُ بِإِشْرَافِ وَهَلَعٍ؛ بَلْ يَكُونُ الْمَالُ عِنْدَهُ بِمَنْزِلَةِ الْخَلَاءِ الَّذِي يَحْتَاجُ إلَيْهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونَ لَهُ فِي الْقَلْبِ مَكَانَةٌ وَالسَّعْيُ فِيهِ إذَا سَعَى كَإِصْلَاحِ الْخَلَاءِ. وَفِي الْحَدِيثِ الْمَرْفُوعِ الَّذِي رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ: {مَنْ أَصْبَحَ وَالدُّنْيَا أَكْبَرُ هَمِّهِ شَتَّتَ اللَّهُ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ أَصْبَحَ وَالْآخِرَةُ أَكْبَرُ هَمِّهِ جَمَعَ اللَّهُ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ؟ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ} . وَقَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: أَنْتَ مُحْتَاجٌ إلَى الدُّنْيَا وَأَنْتَ إلَى نَصِيبِك مِنْ الْآخِرَةِ أَحْوَجُ فَإِنْ بَدَأْت بِنَصِيبِك مِنْ الْآخِرَةِ مَرَّ عَلَى نَصِيبِك مِنْ الدُّنْيَا فَانْتَظَمَهُ انْتِظَامًا."
                                           
من كتاب: مجموع الفتاوى ج ١٠ ص ٦٦٣

"Kemudian, hendaknya ia (seorang muslim) mengambil harta dengan jiwa yang dermawan, agar diberkahi baginya di dalamnya, dan tidak mengambilnya dengan keserakahan dan ketamakan. Sebaliknya, harta itu harus berada di sisinya seperti tempat pembuangan (wc atau pembuangan sampah) yang dibutuhkan, tanpa memiliki tempat di dalam hatinya. Dan usahanya dalam mencari harta harus seperti memperbaiki tempat pembuangan.

Dalam hadits marfu' yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan lainnya, Nabi bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ وَالدُّنْيَا أَكْبَرُ هَمِّهِ شَتَّتَ اللَّهُ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ أَصْبَحَ وَالْآخِرَةُ أَكْبَرُ هَمِّهِ جَمَعَ اللَّهُ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ؟ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

"Barangsiapa yang pagi harinya dengan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, memecah-belah kekayaannya, dan tidak akan datang kepadanya dari dunia kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang pagi harinya dengan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dengan sendirinya."

Sebagian As-Salaf berkata, "Engkau membutuhkan dunia, tetapi engkau lebih membutuhkan bagianmu di akhirat. Jika engkau memulai dengan bagianmu di akhirat, maka bagianmu di dunia akan mengikuti dan engkau akan mendapatkannya dengan mudah."

📚 Dari Kitab Majmu’ Al-Fatawa 10/663

Senin, 08 Desember 2025

Menjaga Wudhu' Termasuk Tabi'at dan Tanda Seorang Mukmin



 




Menjaga Wudhu' Termasuk Tabi'at dan Tanda Seorang Mukmin



"وَمَنْ لَمْ يُصَلِّ إلَّا بِوُضُوءِ وَاغْتِسَالٍ فَإِنَّهُ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ إلَّا لِلَّهِ وَلِهَذَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَاهُ أَحْمَد. وَابْنُ مَاجَه مِنْ حَدِيثِ ثوبان عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: {اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تَحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمْ الصَّلَاةُ وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إلَّا مُؤْمِنٌ فَإِنَّ الْوُضُوءَ سِرٌّ بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ} وَقَدْ يَنْتَقِضُ وُضُوءُهُ وَلَا يَدْرِي بِهِ أَحَدٌ فَإِذَا حَافَظَ عَلَيْهِ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِ إلَّا لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَمَنْ كَانَ كَذَلِكَ لَا يَكُونُ إلَّا مُؤْمِنًا وَالْإِخْلَاصُ فِي النَّفْعِ الْمُتَعَدِّي أَقَلُّ مِنْهُ فِي الْعِبَادَاتِ الْبَدَنِيَّةِ وَلِهَذَا قَالَ فِي الْحَدِيثِ الْمُتَّفَقِ عَلَى صِحَّتِهِ: {سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إلَّا ظِلُّهُ} الْحَدِيثَ."
من كتاب: مجموع الفتاوى ج ١٨ ص ٢٦١

"Dan barangsiapa yang tidak shalat kecuali dengan wudhu' dan mandi, maka ia tidak melakukannya kecuali karena Allah. Oleh karena itu, Nabi bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Tsauban, "Tegakkanlah (agama) dan kalian tidak akan mampu, dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah shalat, dan tidak ada yang menjaga wudhu' kecuali orang mukmin. Sesungguhnya wudhu' adalah rahasia antara hamba dan Allah Azza wa Jalla."

Seseorang mungkin berhadats dan tidak ada yang mengetahuinya, namun jika ia menjaga wudhu', maka ia tidak melakukannya kecuali karena Allah. Dan barangsiapa yang demikian, maka ia tidak akan menjadi kecuali orang mukmin.

Ikhlash dalam memberikan manfaat kepada orang lain lebih sedikit daripada ikhlash dalam ibadah badaniyah. Oleh karena itu, Nabi bersabda dalam hadits yang disepakati kesahihannya, "Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya..." (al-hadits)."

📚 Dari kitab: Majmu' Al-Fatawa, jilid 18, halaman 261

Sabtu, 06 Desember 2025

Istighfar Termasuk Kebaikan Yang Paling Agung

 


Istighfar Termasuk Kebaikan Yang Paling Agung



"وَقَالَ: التَّوْبَةُ مِنْ أَعْظَمِ الْحَسَنَاتِ وَالْحَسَنَاتُ كُلُّهَا مَشْرُوطٌ فِيهَا الْإِخْلَاصُ لِلَّهِ وَمُوَافَقَةُ أَمْرِهِ بِاتِّبَاعِ رَسُولِهِ وَالِاسْتِغْفَارِ مِنْ أَكْبَرِ الْحَسَنَاتِ وَبَابُهُ وَاسِعٌ.
فَمَنْ أَحَسَّ بِتَقْصِيرِ فِي قَوْلِهِ أَوْ عَمَلِهِ أَوْ حَالِهِ أَوْ رِزْقِهِ أَوْ تَقَلُّبِ قَلْبٍ: فَعَلَيْهِ بِالتَّوْحِيدِ وَالِاسْتِغْفَارِ فَفِيهِمَا الشِّفَاءُ إذَا كَانَا بِصِدْقِ وَإِخْلَاصٍ.
وَكَذَلِكَ إذَا وَجَدَ الْعَبْدُ تَقْصِيرًا فِي حُقُوقِ الْقَرَابَةِ وَالْأَهْلِ وَالْأَوْلَادِ وَالْجِيرَانِ وَالْإِخْوَانِ. فَعَلَيْهِ بِالدُّعَاءِ لَهُمْ وَالِاسْتِغْفَارِ.
{قَالَ حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ لِي لِسَانًا ذَرِبًا عَلَى أَهْلِي.فَقَالَ لَهُ: أَيْنَ أَنْتَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؟ إنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً} "."
من كتاب: مجموع الفتاوى ج ١١ ص ٦٩٨

Beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah) berkata, "Tobat adalah salah satu kebaikan yang paling agung, dan semua kebaikan itu disyaratkan dengan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan perintah-Nya dengan mengikuti Rasul-Nya. Istighfar adalah salah satu kebaikan yang paling agung, dan pintu itu luas.

Barangsiapa yang merasa kurang dalam ucapan, perbuatan, keadaan, rezeki, atau perubahan hatinya, maka hendaknya ia melakukan tauhid dan istighfar, karena dalam keduanya ada kesembuhan jika dilakukan dengan jujur dan ikhlas.

Demikian pula jika seorang hamba merasa kurang dalam hak-hak kerabat, keluarga, anak-anak, tetangga, dan saudara, maka hendaknya ia berdoa untuk mereka dan meminta ampun bagi mereka.

Hudzaifah bin Yamani berkata kepada Nabi , 'Saya memiliki lidah yang tajam terhadap keluargaku.' Nabi berkata kepadanya, 'Kemanakah engkau dari istighfar? Sesungguhnya saya meminta ampun kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.'"

📚 Dari kitab: Majmu' al-Fatawa, jilid 11, halaman 698


Kamis, 04 Desember 2025

Setiap Mushibah Itu Telah Tertulis Dalam Kitab Lauhul-Mahfuzh


 

Setiap Mushibah Itu Telah Tertulis Dalam Kitab Lauhul-Mahfuzh



مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ۝٢٢ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ ۝٢٣

22. Setiap mushibah yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
23. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri, (QS. Al-Hadid : 22-23)

وَقَالَ عِكْرِمَةُ: لَيْسَ أَحَدٌ إِلَّا وَهُوَ يَفْرَحُ وَيَحْزَنُ، وَلَكِنِ اجْعَلُوا الفَرَح شُكْرًا وَالْحُزْنَ صَبْرًا.

Ikrimah berkata, "Tidak ada seorang pun kecuali dia akan merasa gembira dan sedih, tetapi jadikanlah kegembiraanmu sebagai syukur dan kesedihanmu sebagai sabar." (lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Maka bersyukurlah engkau di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah ketika menanggung kedukaan. Rasulullah bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim 2999)

Rabu, 03 Desember 2025

Ketika Hadapi Kesulitan Hidup Hendaknya Memperbanyak Istighfar dan Taubat



Ketika Hadapi Kesulitan Hidup Hendaknya Memperbanyak Istighfar dan Taubat


وَقَالَ ابْنُ صُبَيْحٍ: شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ الْفَقْرَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ "نُوحٍ": اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كانَ غَفَّاراً. يُرْسِلِ السَّماءَ عَلَيْكُمْ مِدْراراً. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهاراً وَقَدْ مَضَى فِي سُورَةِ "آلِ عِمْرَانَ"(٥) كَيْفِيَّةُ الِاسْتِغْفَارِ، وَإِنَّ ذَلِكَ يَكُونُ عَنْ إِخْلَاصٍ وَإِقْلَاعٍ مِنَ الذُّنُوبِ. وَهُوَ الْأَصْلُ فِي الإجابة 
تفسير القرطبي — القرطبي (٦٧١ هـ) -  سورة نوح

Ibnu Shubaih berkata, "Seorang laki-laki mengadukan kepada Al-Hasan (al-Bashri) tentang kegandaan (kekeringan) tanah, maka Hasan berkata kepadanya, 'Mohon ampunlah kepada Allah!' Orang lain mengadukan kefakiran, maka Al-Hasan berkata kepadanya, 'Mohon ampunlah kepada Allah!' Orang lain lagi berkata, 'Doakanlah kepada Allah agar aku diberi anak!' Al-Hasan berkata, 'Mohon ampunlah kepada Allah!' Orang lain lagi mengadukan kekeringan kebunnya, maka Hasan berkata, 'Mohon ampunlah kepada Allah!' Kami (para murid) berkata kepada Al-Hasan, 'Kenapa engkau hanya menyuruh mereka untuk mohon ampun?' Al-Hasan berkata, 'Aku tidak mengatakan itu dari diriku sendiri, sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Nuh,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ ۝١٠ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ ۝١١ وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ ۝١٢

"Mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai' (QS. Nuh: 10-12).'" Dan telah berlalu dalam surat Al-Imran tentang cara beristighfar, yaitu dengan keikhlasan dan meninggalkan dosa, dan itulah pokok dari jawaban (doa). (lihat Tafsir Al-Qurthubi)

📚 lihat Tafsir Al-Qurthubi - Surat Nuh : 10-12

Selasa, 02 Desember 2025

Qolbun Salim ( Hati Yang Selamat )




Qolbun Salim ( Hati Yang Selamat )


قال تعالى: {يومَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إلا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَليِمٍ} (الشعراء: ٨٨-٨٩) .

والسليم هو السالم، وجاء على هذا المثال لأنه للصفات، كالطويل والقصير والظريف؛ فالسليم القلب الذى قد صارت السلامة صفة ثابتة له، كالعليم والقدير، وأيضا فإنه ضد المريض، والسقيم، والعليل.

وقد اختلفت عبارات الناس فى معنى القلب السليم، والأمر الجامع لذلك: أنه الذى قد سلم من كل شهوة تخالف أمر الله ونهيه، ومن كل شبهة تعارض خبره. فسلم من عبودية ما سواه، وسلم من تحكيم غير رسوله. فسلم فى محبة غير الله معه ومن خوفه ورجائه والتوكل عليه، والإنابة إليه، والذل له، وإيثار مرضاته فى كل حال والتباعد من سخطه بكل طريق. وهذا هو حقيقة العبودية التى لا تصلح إلا لله وحده.

كتاب إغاثة اللهفان في مصايد الشيطان - ت الفقي ج ١ ص ٧ - ابن القيم


Allah berkalam :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَۙ ۝٨٨ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍۗ ۝٨٩

88. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,
89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan qalbun salim (hati yang selamat), (Q.S. Asyu'arā': 88-89).

Qolbun Salim (hati yang selamat) adalah hati yang bersih dan suci. Kata "salīm" digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat yang melekat, seperti ath-thawīl (panjang), al-qashīr (pendek), dan azh-zharīf (halus). Qolbun Salim (hati yang selamat) adalah hati yang telah menjadi sifatnya untuk selalu bersih dan suci, seperti sifat "alīm" (mengetahui) dan "qadīr" (berkuasa). Hati yang selamat juga berarti hati yang tidak sakit, tidak lemah, dan tidak cacat

Orang-orang telah berbeda pendapat tentang makna hati yang selamat, namun intinya adalah hati yang selamat dari semua syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, dan selamat dari semua keraguan yang bertentangan dengan berita Allah.
Hati yang selamat adalah hati yang telah selamat dari perbudakan kepada selain Allah, dan selamat dari mengikuti selain Rasulullah. Hati yang selamat adalah hati yang telah selamat dari mencintai selain Allah, dari takut dan berharap kepada selain Allah, dan dari bertawakal kepada selain Allah. Hati yang selamat adalah hati yang telah selamat dari mengutamakan selain Allah, dan telah selamat dari kemurkaan Allah.
Inilah hakikat al-'ubudiyyah (penghambaan) yang tidak layak kecuali hanya untuk Allah.

📚 Kitab Ighatsatul Lahfān fī Mashāyid asy-Syaithān, karya Ibnul Qayyim)

Tantangan Bagi Siapa Yang Meragukan Al-Qur'an Yang Diturunkan Kepada Muhammad ﷺ


 


Tantangan Bagi Siapa Yang Meragukan Al-Qur'an Yang Diturunkan Kepada Muhammad ﷺ


وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ۝٢٣

"Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah : 23)

وَمَا كَانَ هٰذَا الْقُرْاٰنُ اَنْ يُّفْتَرٰى مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ الْكِتٰبِ لَا رَيْبَ فِيْهِ مِنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ ۝٣٧ اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُۗ قُلْ فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّثْلِهٖ وَادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ۝٣٨ ( سُورَةُ يُونُسَ : ٣٧-٣٨ )

"Jika kalian memang benar, maka buatlah satu surat semisal surat Al-Fatihah 7 ayat!
(1) Surat yang paling agung, (2) berisi petunjuk yang agung, (3) mengandung asma Allah yang agung, (4) mengandung doa yang agung, (5) jika dibaca bisa menghapus dosa-dosa kecil, dan (6) bisa untuk ruqyah (sebagai syifa').. disamping (7) bahasanya agung, mulia dan indah tidak tertandingi makhluq serta mudah dihafal kaum muslimin dari anak kecil sampai orang tua di berbagai penjuru dunia...
Kitab suci apa di muka bumi yang mampu menandingi Al-Qur'an?

Nabi Muhammad ﷺ Diutus Untuk Seluruh Manusia dan Rahmatan Lil-'Alamin


 


Nabi Muhammad Diutus Untuk Seluruh Manusia dan Rahmatan Lil-'Alamin


Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Di antara dalilnya Allah berkalam :


قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ࣙالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ۝١٥٨

Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A'raf : 158).
Ayat ini secara eksplisit menggunakan frasa (إِلَيْكُمْ جَمِيعًا) yang menunjukkan risalah beliau bukan hanya untuk kaum Arab atau bangsa tertentu. 

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ۝١٠٧

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya' : 107).

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ۝٢٨

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(QS. Saba': 28)

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا ۝٢٩ ( سُورَةُ الكهف : ٣٩ )

Minggu, 30 November 2025

Orang Kafir dan Ahlul-Ahwa' Telah Sesat Sehingga Perbuatan Buruk Dianggap Baik


 

Orang Kafir dan Ahlul-Ahwa' Telah Sesat Sehingga Perbuatan Buruk Dianggap Baik



اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ ۝٨

"Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. Al-Fathir : 8)

وعن جعفر بن محمد قال سئل محمد بن ابي الورد عن قوله افمن زين له سوء عمله فراه حسنا سورة فاطر آية ٨ قال من ظن في اساءته انه محسن.
كتاب صفة الصفوة  ج ١ ص ٥٠٧ - ابن الجوزي

Dari Ja'far bin Muhammad, dia berkata: Muhammad bin Abi al-Ward ditanya tentang firman Allah, "Maka apakah orang yang dijadikan amal buruknya indah (terlihat baik) lalu dia melihatnya baik...?" (QS. Fatir: 8). Dia menjawab: "(Maksudnya) orang yang beranggapan bahwa keburukannya adalah kebaikan."


Sabtu, 29 November 2025

Manzilah ( Maqam/Kedudukan ) Kejujuran






Manzilah ( Maqam/Kedudukan ) Kejujuran
فَصْلٌ مَنْزِلَةُ الصِّدْقِ

وَمِنْ مَنَازِلِ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: ٥] مَنْزِلَةُ الصِّدْقِ وَهِيَ مَنْزِلَةُ الْقَوْمِ الْأَعْظَمِ. الَّذِي مِنْهُ تَنْشَأُ جَمِيعُ مَنَازِلِ السَّالِكِينَ، وَالطَّرِيقُ الْأَقْوَمُ الَّذِي مَنْ لَمْ يَسِرْ عَلَيْهِ فَهُوَ مِنَ الْمُنْقَطِعِينَ الْهَالِكِينَ. وَبِهِ تَمَيَّزَ أَهْلُ النِّفَاقِ مِنْ أَهْلِ الْإِيمَانِ، وَسُكَّانُ الْجِنَانِ مِنْ أَهْلِ النِّيرَانِ. وَهُوَ سَيْفُ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ الَّذِي مَا وُضِعَ عَلَى شَيْءٍ إِلَّا قَطَعَهُ. وَلَا وَاجَهَ بَاطِلًا إِلَّا أَرْدَاهُ وَصَرَعَهُ. مَنْ صَالَ بِهِ لَمْ تُرَدَّ صَوْلَتُهُ. وَمَنْ نَطَقَ بِهِ عَلَتْ عَلَى الْخُصُومِ كَلِمَتُهُ. فَهُوَ رُوحُ الْأَعْمَالِ، وَمَحَكُّ الْأَحْوَالِ، وَالْحَامِلُ عَلَى اقْتِحَامِ الْأَهْوَالِ، وَالْبَابُ الَّذِي دَخَلَ مِنْهُ الْوَاصِلُونَ إِلَى حَضْرَةِ ذِي الْجَلَالِ. وَهُوَ أَسَاسُ بِنَاءِ الدِّينِ، وَعَمُودُ فُسْطَاطِ الْيَقِينِ. وَدَرَجَتُهُ تَالِيَةٌ لِدَرَجَةِ النُّبُوَّةِ الَّتِي هِيَ أَرْفَعُ دَرَجَاتِ الْعَالِمِينَ. وَمِنْ مَسَاكِنِهِمْ فِي الْجَنَّاتِ تُجْرَى الْعُيُونُ وَالْأَنْهَارُ إِلَى مَسَاكِنِ الصِّدِّيقِينَ. كَمَا كَانَ مِنْ قُلُوبِهِمْ إِلَى قُلُوبِهِمْ فِي هَذِهِ الدَّارِ مَدَدٌ مُتَّصِلٌ وَمَعِينٌ.

وَقَدْ أَمَرَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ أَهْلَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ. وَخَصَّ الْمُنْعَمَ عَلَيْهِمْ بِالنَّبِيَّيْنِ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ. فَقَالَ تَعَالَى {يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ} [التوبة: ١١٩] وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ} [النساء: ٦٩] فَهُمُ الرَّفِيقُ الْأَعْلَى {وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا} [النساء: ٦٩] وَلَا يَزَالُ اللَّهُ يَمُدُّهُمْ بِأَنْعُمِهِ وَأَلْطَافِهِ وَمَزِيدِهِ إِحْسَانًا مِنْهُ وَتَوْفِيقًا. وَلَهُمْ مَرْتَبَةُ الْمَعِيَّةِ مَعَ اللَّهِ. فَإِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّادِقِينَ، وَلَهُمْ مَنْزِلَةُ الْقُرْبِ مِنْهُ. إِذْ دَرَجَتُهُمْ مِنْهُ ثَانِي دَرَجَةِ النَّبِيِّينَ.

وَأَخْبَرَ تَعَالَى أَنَّ مَنْ صَدَقَهُ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ. فَقَالَ {فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ} [محمد: ٢١] .

مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين ج ٢ ص ٢٥٨ - ابن القيم - أبو عبد الله محمد بن أبي بكر ابن قيم الجوزية


Dari maqam {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: ٥]  (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan) adalah maqam kejujuran, yang merupakan maqam terbesar bagi para salik (orang yang berjalan menuju Allah). Dari sini, semua maqam para salik bermula, dan ini adalah jalan lurus yang jika tidak diikuti, maka orang itu termasuk orang yang terputus dan binasa.
Dengan kejujuran ini, orang-orang munafik dibedakan dari orang-orang mukmin, dan penduduk surga dibedakan dari penduduk neraka. Kejujuran adalah pedang Allah di bumi, yang jika diletakkan pada sesuatu, maka akan memotongnya, dan jika dihadapi dengan kebatilan, maka akan mengalahkannya.
Orang yang menggunakan kejujuran, maka kekuatannya tidak akan dikalahkan, dan orang yang mengucapkan kejujuran, maka kalimatnya akan mengungguli lawan-lawannya. Kejujuran adalah ruh amal, penguji keadaan, dan pendorong untuk menghadapi kesulitan. Ini adalah pintu yang dilalui oleh orang-orang yang sampai kepada Hadirat Allah.
Kejujuran adalah dasar bangunan agama, tiang kemah keyakinan, dan derajatnya setelah kenabian, yang merupakan derajat tertinggi di dunia. Dari kediaman mereka di surga, mengalir mata air dan sungai-sungai ke kediaman orang-orang yang jujur, sebagaimana dari hati mereka ke hati mereka di dunia, ada hubungan yang terus-menerus dan pertolongan yang tak putus-putus.

Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk bersama orang-orang yang jujur, dan mengkhususkan orang-orang yang diberi nikmat dengan para nabi, orang-orang yang jujur, syuhada, dan orang-orang shalih. Allah berkalam :

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ} [التوبة: ١١٩] 

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang jujur." (QS. At-Taubah: 119). Dan Allah bekalam :

{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ} [النساء: ٦٩] 

"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisa: 69)
Mereka adalah ar-rofiq al-a'laa (teman yang paling tinggi), dan  {وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا} [النساء: ٦٩] sebaik-baik teman. Allah terus-menerus memberikan mereka nikmat, kelembutan, dan tambahan kebaikan dari-Nya, serta taufik. Mereka memiliki kedudukan maqom ma'iyyah (bersama Allah), karena Allah bersama orang-orang yang jujur. Mereka juga memiliki kedudukan kedekatan dengan Allah, karena derajat mereka adalah kedua setelah para nabi.

Allah telah memberitahu bahwa orang yang jujur kepada-Nya, maka itu lebih baik baginya. Allah berkalam :

 {فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ} [محمد: ٢١] .

"Maka jika telah tetap keputusan (untuk perang), maka (alangkah baiknya) jika mereka jujur kepada Allah." (QS. Muhammad: 21)



Rabu, 26 November 2025

Mengikuti Hawa Nafsu Termasuk Syirik Yang Bisa Menyesatkan Dari Jalan Allah



Mengikuti Hawa Nafsu Termasuk Syirik Yang Bisa Menyesatkan Dari Jalan Allah


قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : "لَيْسَ الشِّرْكُ عِبَادَةَ الْأَصْنَامِ فَحَسْبُ؛ بَلْ هُوَ أَيْضًا مُتَابَعَتُك لِهَوَاك وَأَنْ تَخْتَارَ مَعَ رَبِّك شَيْئًا سِوَاهُ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَالْآخِرَةِ وَمَا فِيهَا فَمَا سِوَاهُ - تَبَارَكَ وَتَعَالَى - غَيْرُهُ فَإِذَا رَكَنْت إلَى غَيْرِهِ فَقَدْ أَشْرَكْت بِهِ غَيْرَهُ فَاحْذَرْ وَلَا تَرْكَنْ وَخَفْ وَلَا تَأْمَنْ وَفَتِّشْ وَلَا تَغْفُلْ فَتَطْمَئِنَّ وَلَا تُضِفْ إلَى نَفْسِك حَالًا وَلَا مَقَامًا وَلَا تَدَعْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ ". وَقَالَ (الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ أَيْضًا:" إنَّمَا هُوَ اللَّهُ وَنَفْسُك وَأَنْتَ الْمُخَاطَبُ وَالنَّفْسُ ضِدُّ اللَّهِ وَعَدُوَّتُهُ؛ وَالْأَشْيَاءُ كُلُّهَا تَابِعَةٌ لِلَّهِ فَإِذَا وَافَقْت الْحَقَّ فِي مُخَالَفَةِ النَّفْسِ وَعَدَاوَتِهَا كُنْت خَصْمًا لَهُ عَلَى نَفْسِك - إلَى أَنْ قَالَ: "فَالْعِبَادَةُ" فِي مُخَالَفَتِك نَفْسَك وَهَوَاك قَالَ تَعَالَى: {وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}" (من كتاب: مجموع الفتاوى ج ١٠ ص ٥١٨)

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Syirik tidak hanya terbatas pada penyembahan berhala saja, tetapi juga termasuk mengikuti hawa nafsu dan memilih sesuatu selain rabb-mu (Allah) sebagai tandingan bagi-Nya, baik itu dari dunia dan apa yang ada di dalamnya, maupun akhirat dan apa yang ada di dalamnya. Apa pun yang selain Allah, maka itu adalah selain-Nya, dan jika kamu condong kepada selain-Nya, maka kamu telah menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Maka, waspadalah dan jangan condong, takutlah dan jangan merasa aman, periksalah dan jangan lengah, sehingga kamu merasa tenang. Jangan menambahkan kepada dirimu suatu keadaan atau kedudukan, dan jangan meninggalkan sesuatu darinya."

Syaikh Abdul-Qadir juga berkata, "Sesungguhnya yang ada hanyalah Allah dan dirimu, dan kamu adalah yang dituntut, sedangkan nafsu adalah lawan dan musuh Allah. Semua hal adalah tunduk kepada Allah, maka jika kamu setuju dengan kebenaran dalam menentang nafsu dan memusuhinya, maka kamu adalah lawan bagi nafsu itu sendiri."

Beliau juga berkata, "Ibadah itu adalah menentang nafsu dan hawa nafsu kamu." Allah berfirman, "Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS. Al-Jatsiyah: 18)

📚 lihat Majmu' Al-Fatawa 10/518

Selasa, 25 November 2025

Jika Engkau Mencintai Allah Rabbul 'Alamin, Maka Ikutilah Nabi Muhammad ﷺ








 Jika Engkau Mencintai Allah Rabbul 'Alamin, Maka Ikutilah Nabi Muhammad ﷺ



قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝٣١ ( آل عمران : ٣١ )

هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّهُ كَاذِبٌ فِي دَعْوَاهُ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ، حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُحَمَّدِيَّ وَالدِّينَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيعِ أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ، كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ" وَلِهَذَا قَالَ: ﴿قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ﴾ أَيْ: يَحْصُلُ لَكُمْ فَوْقَ مَا طَلَبْتُمْ مِنْ مَحَبَّتِكُمْ إِيَّاهُ، وَهُوَ مَحَبَّتُهُ إِيَّاكُمْ، وَهُوَ أَعْظَمُ مِنَ الْأَوَّلِ، كَمَا قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ الْعُلَمَاءِ: لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبّ، إِنَّمَا الشَّأْنُ أَنْ تُحَبّ وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَغَيْرُهُ مِنَ السَّلَفِ: زَعَمَ قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَ اللَّهَ فَابْتَلَاهُمُ اللَّهُ بِهَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ: ﴿قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ﴾ .


قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝٣١

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali-Imran : 31)

Ayat yang mulia ini menjadi hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, namun tidak berada di atas jalan Muhammad , maka sesungguhnya dia berdusta dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syariat Muhammad dan agama Nabi dalam semua ucapan dan perbuatannya. Sebagaimana yang telah sah dalam hadits shahih dari Rasulullah , bahwa beliau bersabda, "مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ" ("Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami, maka amalan itu tertolak."). Oleh karena itu, Allah berkalam, {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ} "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu'." (QS. Ali Imran: 31) Maksudnya, kamu akan mendapatkan lebih dari apa yang kamu minta, yaitu cinta Allah kepada kamu, dan itu lebih besar daripada cinta kamu kepada-Nya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama hikmah, "Bukanlah yang penting kamu mencintai, tapi yang penting kamu dicintai." Al-Hasan Al-Bashri dan selainnya dari kalangan salaf berkata, "Suatu kaum mengaku bahwa mereka mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini, yaitu, {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ}'Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu'."

📚 Lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Ali-Imran : 31

Kamis, 20 November 2025

Jadikan Rasa Letih, Sakit, Kesedihan dan Musibah Sebagai Penghapus Dosa


 


Jadikan Rasa Letih, Sakit, Kesedihan dan Musibah Sebagai Penghapus Dosa


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ».  
(صحيح - متفق عليه - صحيح البخاري: 5641)

Abu Sa'īd Al-Khudriy dan Abu Hurairah radhiiyallāhu 'anhumā meriwayatkan, Nabi ﷺ bersabda,
"Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya (dosa) dengan sebab itu."  (Shahih  - Muttafaq 'alaihi - Shhih Al-Bukhari - 5641)

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٥٥ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ۝١٥٦ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ ۝١٥٧

"(155) Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).(157) Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah : 155 - 157)

Rabu, 19 November 2025

Hanya Sekedar Pemberitahuan


 

Hanya Sekedar Pemberitahuan


Barangsiapa yang menjalin hubungan dengannya, insya Allah jika kelak mereka mati lebih dulu daripada aku, maka diriku tidak ingin mensholati ataupun masuk rumah mereka.
Sebagaimana Malik bin Dinar rahimahullah menyampaikan perumpamaan

النَّاسُ أَجْنَاسٌ كَأَجْنَاسِ الطَّيْرِ الْحَمَامُ مَعَ الْحَمَامِ وَالْغُرَابُ مَعَ الْغُرَابِ وَالْبَطُّ مَعَ الْبَطِّ وَالصَّعْوُ مَعَ الصَّعْوِ وَكُلُّ إِنْسَانٍ مَعَ شِكْلِهِ

“Manusia berjenis-jenis sebagaimana berjenis-jenisnya burung. Burung merpati dengan burung merpati, burung gagak dengan burung gagak, bebek dengan bebek, burung Regulus dengan burung Regulus. Begitu juga setiap orang akan bersama yang setipe dengannya.” (Al-Ibanah al-Kubra 512)

" الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ "

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ەۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَبْصَارُۙ ۝٤٢

"Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak," (QS. Ibrahim : 42)

وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَسَاۤءُوْا بِمَا عَمِلُوْا وَيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا بِالْحُسْنٰىۚ ۝٣١

"Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." (QS. An-Najm : 31)


Kejujuran Adalah Mahkota Akhlaq Mulia


 

Kejujuran Adalah Mahkota Akhlaq Mulia


Dalam bahasa Arab, kejujuran disebut shidq (الصدق), yang berarti benar, tulus, dan sesuai antara ucapan dengan kenyataan. Kejujuran adalah mahkota akhlaq mulia karena dasar dari segala sifat dan akhlaq terpuji lainnya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ ۝١١٩

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan Ash-Shodiqin (orang-orang yang jujur dan benar)." (QS. At-Taubah : 119)

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «عليكم بالصدق، فإن الصدق يهدي إلى البِرِّ، وإن البر يهدي إلى الجنة، وما يزال الرجل يصدق ويَتَحَرَّى الصدق حتى يكتب عند الله صِدِّيقًا، وإياكم والكذب، فإن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور يهدي إلى النار، وما يزال الرجل يكذب ويَتَحَرَّى الكذب حتى يكتب عند الله كَذَّابا» ( صحيح - متفق عليه )

'Abdullah bin Mas'ūd radhiyallāhu 'anhu meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda, "Hendaknya kalian senantiasa jujur karena kejujuran itu menuntun kepada al-birr (kebaikan) dan sesungguhnya kebaikan itu mengantarkan ke Al-Jannah (Surga). Seseorang yang selalu jujur dan berusaha untuk jujur sehinga dicatat di sisi Allah sebagai shiddiq (orang jujur). Sebaliknya, jauhilah dusta karena dusta itu menjerumuskan kepada al-fujur (kedurhakaan/keburukan) dan sesungguhnya kedurhakaan itu menjerumuskan ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta dan berupaya untuk berdusta sampai dicatat di sisi Allah sebagai kadzdzab (pendusta)." (Shahih - Muttafaq 'alaihi)

Selasa, 18 November 2025

Imam Asy-Syafi'i Mengungkap Kesesatan Shohibul-Bid'ah ( Ahlul-Bid'ah )


 


Imam Asy-Syafi'i Mengungkap Kesesatan Shohibul-Bid'ah ( Ahlul-Bid'ah )


وروي عن الشافعي: (قال: ما ناظرت أحدا أحببت أن يخطئ إلا صاحب بدعة، فإني أحب أن ينكشف أمره للناس) .
(قال البيهقي إنما أراد الشافعي بهذا الكلام حفصا الفرد وأمثاله من أهل البدع، وهكذا مراده بكل ما حكي عنه من ذم الكلام [وذم أهله]، غير أن بعض الرواة أطلقه، وبعضهم قيده) . [ ص: 250 ]
(وروى البيهقي عن أبي الوليد بن الجارود قال: دخل حفص الفرد على الشافعي، فقال لنا: لأن يلقى الله العبد بذنوب مثل جبال تهامة، خير له من أن يلقاه باعتقاد حرف مما عليه هذا الرجل وأصحابه، وكان يقول بخلق القرآن).
📚 درء تعارض العقل والنقل - ابن تيمية - أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني

Diriwayatkan dari Asy'Syafi'i, ia berkata: "Aku tidak pernah berdebat dengan seseorang yang aku ingin dia salah, kecuali dengan shohibul bid'ah (orang yang memiliki bid'ah). Aku senang keburukannya terungkap (tersingkap kedoknya) untuk manusia."
Al-Bayhaqi berkata: "Maksud Asy-Syafi'i dengan perkataan ini adalah Hafsh al-Fard dan orang-orang seperti dia dari kalangan ahli bid'ah. Demikian pula maksudnya dengan semua yang diriwayatkan darinya tentang celaan terhadap al-kalam dan penganutnya, hanya saja sebagian perawi meriwayatkannya secara mutlak, dan sebagian lainnya meriwayatkannya secara terbatas." (hal. 250)
Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Abu al-Walid bin al-Jarud, ia berkata: "Hafsh al-Fard masuk menemui Asy-Syafi'i, maka Asy-Syafi'i berkata kepada kami: 'Seandainya seseorang menemui Allah dengan dosa sebesar gunung Tihamah, itu lebih baik baginya daripada menemui Allah dengan keyakinan yang sedikit pun dari keyakinan orang ini dan penganutnya.' Asy-Syafi'i juga berkata: 'Hafsh al-Fard dan penganutnya berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk.'"
📚 lihat Dar-ut Ta’arudh Al-Aqli Wa An-Naql

Senin, 17 November 2025

Menepis Tuduhan dan Asumsi Dusta "Allah Memiliki Fisik dan Semisal Makhluq"


 


Menepis Tuduhan dan Asumsi Dusta "Allah Memiliki Fisik dan Semisal Makhluq"


Ketahuilah Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah meyakini Allah Al-Bashir/Maha Melihat (QS. Asy-Syura : 11), memiliki 'Ain/Mata (QS. Hud : 37 dan QS. Thaha: 39), Wajah (QS. Al-Baqarah : 272, QS. Ar-Rahman: 27) dan Yadd/Tangan (QS. Al-Ma’idah: 64, QS. Shad : 75) serta shifat Al-Uluw yaitu Istawa 'ala Al-'Arsy (QS. Al-A’raaf: 54 dan QS. Thaha :5) Sesuai yang ditetapkan dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits ataupun Al-Ijma'. Ahlus-Sunnah tidak mengatakan Allah memiliki fisik dan tidak menyerupakan Allah dengan makhluq. Allah berkalam :

.... لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۝١١ ( الشورى : ١١ )

🔸 Dalil penetapan sifat Al-Bashir (Maha Melihat), 'Ain, Wajah, dan Yadd bagi Allah sesuai keagungan dan kesempurnaan-Nya, bukan sebagai anggota tubuh fisik. Demikian juga sifat Al-Uluw yaitu istawa 'ala Al-'Arsy.
🔸 SIfat melihat, 'ain, wajah, tangan itu semua bukan tolok ukur makhluq ataupun serupa dengan makhluq karena makhluq pun banyak yang tidak punya mata, tidak punya wajah dan tidak punya tangan. Wajah manusia, wajah jin, wajah kera, wajah domba, wajah anjing, wajah ikan dsb walau sama-sama wajah tapi hakikatnya tidak serupa. Padahal sama-sama wajah makhluq. Terlebih lagi dengan Wajah Al-Kholiq tentu tidak mungkin sama dengan wajah makhluq.
🔸 Jika ruh bisa melihat (punya mata), punya wajah dan tangan maka bukan berarti ruh berfisik. Karena ruh bisa pisah dengan jasad dan memiliki shurah (bentuk). Baik di alam mimpi ketika tidur ataupun ruh di alam Barzakh.
🔸 Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah tidak mengatakan Allah berfisik dan membutuhkan tempat (مكان).
🔸 Ahlus-Sunnah meyakini Allah memiliki shifat Al-Uluw yaitu istawa 'ala Al-'Arsy. Makna Istiwa' secara haqiqi yaitu bertakhta ataupun al-uluw. Allah juga memiliki sifat Ma'iyyah dan Qorib, karena istiwa' Allah itu beda dengan istiwa' makhluq.

Sabar Yang Baik ( الصَّبْرُ الْجَمِيلُ )

Sabar Yang Baik ( الصَّبْرُ الْجَمِيلُ ) ﴿فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ﴾ ".... Maka kesabaran yang baik...